Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
"BAGAIMANA kabar kampungmu setelah pilkada, Kang Gareng?" tanya Petruk.
"Baik. Aman-aman saja, Le, (adik),” jawab Gareng.
Lebih lanjut Gareng menjelaskan seusai pilkada situasi dan kondisi kampungnya tidak ada gejolak apa-apa. Warga berkegiatan seperti biasanya dengan pekerjaan mereka masing-masing. Walaupun berbeda pilihan, warga saling menghormati dan rukun.
"Kalau kampungmu bagaimana?" Gareng balik bertanya.
Petruk mengatakan di dusun tempat tinggalnya juga kondusif, masyarakat rukun dan damai. Warga yang jagoannya kalah tetap bisa tertawa meski sedikit menggerutu. Adapun warga yang calonnya menang menyungging senyum lega tanpa jemawa.
Lalu, Petruk bertanya kepada Bagong yang duduk di sampingnya. "Wargamu juga rukun-rukun saja, ta, Le?"
Bagong tidak segera menjawab. Ia seperti sedang memikirkan sesuatu. Dahinya mengerut dan sesekali menggeleng-gelengkan kepala sambil tersenyum kecut. Lalu, dipandanglah kedua kakaknya, Gareng dan Petruk, dengan mimik serius.
"Jagomu kalah, Gong?" kata Gareng.
"Apa karena enggak dapat amplop 'serangan fajar'?" sambung Petruk sambil terkekeh.
Gareng tertawa pula mendengar ucapan Petruk. Bagong pun ikut-ikutan tertawa meskipun agak telat. Beberapa saat kemudian, mereka terpingkal-pingkal bersama. Itu bukan tertawa karena gembira ria, melainkan tertawa yang bernuansa sinis.
Seperti diketahui, 'serangan fajar' merupakan praktik politik uang yang terjadi pada setiap menjelang pemilu dan pilkada. Wujudnya bukan hanya uang, melainkan juga sembako yang diberikan kepada warga agar memilih calon pemimpin tertentu.
Setelah puas menertawai diri, Petruk menatap Bagong sambil mengatakan, "Kenapa kamu ikut tertawa dengan pertanyaan saya soal 'serangan fajar'?"
Bagong mengaku geli dengan masih maraknya politik uang 'serangan fajar' pada setiap menjelang pemilihan pemimpin, baik di tingkat nasional maupun daerah. Praktik itu dilarang UU, tetapi jalan terus dan semua merasa tidak ada masalah.
Walapun tidak semua yang memiliki hak pilih akan memilih calon yang memberi amplop (uang) dan atau barang, faktanya masih banyak yang terpengaruh. Mereka memilih bukan karena calon mereka yang terbaik, tetapi karena telah diberi.
"Gong, bagaimana itu bisa terus saja terjadi. Apa pendapatmu?" tanya Petruk.
Gareng menyela bahwa sulit memberantasnya. Itu disebabkan kondisi masyarakat masih banyak yang keliru memaknai demokrasi dan karena kemiskinan. Mereka berharap betul adanya uang beredar meskipun hanya sekali selama lima tahun.
"Jadi, angel… Angel (sulit)," kata Gareng.
Pilkada yang digelar di seluruh penjuru negara Amarta telah berjalan lancar dan damai. Meskipun hasil akhir masih dihitung secara berjenjang dari bawah, berdasarkan hitung cepat, nama-nama terpilih sudah dapat diketahui.
Memang ada pihak atau calon yang kalah lalu menuduh pihak lain curang dan menempuh jalur hukum. Namun, kecil kemungkinan upaya itu bisa mengubah hasil akhir bila tidak benar-benar memiliki bukti yang kuat. Itu sekadar dinamika dalam setiap pemilihan.
Menurut Bagong, pihak yang paling berdosa terjadinya praktik politik uang itu ialah para calon karena semua ingin menang sehingga hampir semua melakukan cara seperti itu. Maka itu, di situlah terjadi jor-joran 'membuang' uang.
Nafsu menang itulah, kata Bagong, yang membuat setiap calon rela mengeluarkan uang banyak hingga kadang amat tidak masuk akal. Lebih jauh dari itu, mereka menggunakan berbagai cara, tidak peduli itu melanggar aturan, asalkan menang.
"Itu praktik politik bolot!" tukasnya.
"Sebenta…Sebentar, Gong. Apa itu politik bolot?" sergah Petruk.
Dijelaskan bahwa bolot yang dimaksud ialah daki. Jadi politik bolot ialah cara mendapatkan kekuasaan dengan cara-cara yang menjijikkan, yaitu melakukan segala upaya, termasuk menyuap warga dengan uang dan atau barang.
Bagong berpendapat guna mencegah politik uang, di antaranya perlu mengubah diksi kata menang menjadi unggul. Artinya, mendapat suara terbanyak. Kenapa demikian? Karena itu bukan perang atau perkelahian, melainkan merebut hati rakyat.
Jadi, secara psikologis, itu membuat setiap kompetitor tidak 'kesetanan' harus menang. Dengan demikian, tidak melakukan hal-hal yang tidak etis, apalagi dilarang. "Kata menang itu juga melukai yang kalah. Coba bila menggunakan kata unggul yang berarti mendapat kepercayaan rakyat."
Semua komponen bangsa diharapkan introspeksi dan merestorasi diri. Tahu dan sadar bahwa politik uang itu tidak baik dan merusak demokrasi serta tatanan sosial, tetapi semua ikut arus tersebut. Jadi, jangan berpikir untuk kepentingan sepihak, tapi berkontribusi demi kualitas demokrasi.
"Wa…Tak menyangka kamu berpikir seserius itu Gong," ujar Petruk.
"Apa kamu tidak memikiran itu, Kang?" tanya Bagong.
Petruk menyadari bahwa diskusi dan obrolan masyarakat setiap menjelang pemilu dan pilkada umumnya sekitar politik uang. Membanding-bandingkan besar atau kecilnya uang dari para calon serta nama-nama di belakang atau penyokong mereka.
Program yang semestinya menjadi isu utama yang diperbincangkan ternyata tidak menarik bagi publik. Maka itu, pascapemilihan, warga tak mengontrol program yang dijanjikan calon terpilih. Mereka tenggelam dalam kehidupan masing-masing.
Obrolan Panakawan di teras rumah Semar di Dusun Klampisireng mengusik tuan rumah dalam istirahat siangnya. Pamong Pandawa itu lalu bangkit dari tidurnya dan menimbrung. "Ramai sekali. Sedang membicarakan apa thole (anak-anak)?"
Gareng menjawab, "Pilkada yang baru lalu, Pak. Maaf, mengganggu Bapak."
"Pilkada sudah selesai. Saya senang semua rukun dan damai," ujar Semar.
Semar mengajak semua warga di mana pun untuk mendukung siapa pun pemimpin yang terpilih karena mereka yang mendapat amanah rakyat. Dengan demikian, program yang dijanjikan bisa ditunaikan dengan baik bagi kesejahteraan rakyat. (M-2)
Mahkamah Konstitusi (MK) kembali menerima pengajuan gugatan hasil pemungutan suara ulang (PSU) Pilkada 2024 setelah rampung menyidangkan dua gelombang gugatan hasil PSU
Mahkamah Konstitusi (MK) menolak permohonan sengketa hasil pemungutan suara ulang (PSU) Pilkada Kota Banjarbaru
KETUA Umum PDIP Megawati Soekarnoputri mengumpulkan kader partainya yang terpilih sebagai kepala daerah pada kontestasi Pilkada 2024
DAFTAR Pemilih Sementara (DPS) Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Ulang di Kabupaten Bangka, Provinsi Bangka Belitung, bertambah 4.965 orang.
DUA daerah di Provinsi Bangka Belitung (Babel) akan melaksanakan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Ulang pada 27 Agustus 2025 mendatang.
MAHKAMAH Konstitusi (MK) memerintahkan Komisi Pemilihan Umum (KPU) untuk menggelar pemungutan suara ulang (PSU) ulang Pilkada 2024 di Kabupaten Barito Utara
ADA kata-kata bijak, ‘pemimpin itu juga guru’. Maknanya, pemimpin semestinya juga berjiwa pendidik karena ucapan, sikap, dan perilakunya harus bisa menjadi contoh.
Wayang kulit adalah salah satu warisan budaya Indonesia yang telah diakui oleh UNESCO. Seni tradisional ini bukan hanya hiburan semata, tetapi juga memiliki nilai filosofi dan sejarah mendalam
Keduanya memiliki nilai budaya yang tinggi, namun cara penyampaian cerita dan visualisasinya sangat berbeda, mencerminkan keragaman dalam tradisi wayang di Indonesia.
Di antara banyak tokoh pewayangan, Semar menempati posisi istimewa sebagai sosok yang penuh misteri namun kaya akan kebijaksanaan.
Temukan sejarah wayang kulit, dari asal-usulnya hingga perkembangannya dalam budaya Indonesia.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved