Headline
Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.
Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
MASIHKAH Anda ingat dengan kejadian demonstrasi besar-besaran yang berlangsung pada masa putaran kedua Pilkada DKI Jakarta 2017? Ketika itu, ada dua kandidat yang ikut kontestasi tersebut, yakni pasangan calon Anies Baswedan-Sandiaga Uno (Anies-Sandi) versus Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat (Ahok-Djarot).
Demonstrasi besar yang terjadi di Jakarta kala itu berlangsung di kawasan Monas. Jutaan orang berkumpul dan melayangkan protes serta memberi cap pada salah satu pasangan cagub DKI Jakarta, yakni Ahok, sebagai penista agama. Ia dianggap menistakan agama Islam terkait dengan ucapannya soal surah Al-Maidah.
Kejadian itu sangat menyita perhatian publik Tanah Air, bahkan dunia. Kisah itu pula yang lantas termuat dalam sebuah buku dengan cara melihat yang lebih spesifik terkait dengan peran media menghadapi populisme Islam. Mantan Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika yang juga mantan jurnalis, Usman Kansong, mengulas hal itu dalam sebuah buku berjudul Populisme Islam di Indonesia dan Bagaimana Media Memberitakannya.
"Buku ini benar berangkat dari disertasi saya kemudian saya ubah judulnya supaya lebih menarik bagi masyarakat. Ada dua argumen yang membuat saya berani mengambil judul ini. Pertama, Pilkada DKI itu pengaruhnya se-Indonesia, bahkan pembahasannya sampai ke negara lain. Kedua, saya juga membahas sejarah populisme Islam di Indonesia berikut perkembangannya," ucap Usman selaku penulis dalam acara bedah buku Populisme Islam di Indonesia dan Bagaimana Media Memberitakannya yang digelar di Novotel Jakarta Cikini, Kamis (21/11).
Saat mengomentari isi buku Usman itu, Ketua Dewan Pengawas LPP TVRI 2023-2028 Agus Sudibyo menyebut penulis termasuk berani mengangkat kejadian itu menjadi sebuah tulisan karena isu yang dibahas itu cukup sensitif. Namun, Agus melanjutkan, isu itu memang penting untuk ditulis dan dipublikasikan dalam bentuk buku agar bisa menjadi pembelajaran menyoal demokrasi di Indonesia pada masa mendatang. Dengan latar belakang disertasi yang diubah menjadi buku, Agus menilai apa yang disampaikan Usman dalam buku merupakan fakta empiris.
"Ini bagi saya suatu keberanian karena yang dibicarakan adalah hubungan antara identitas dalam artian agama dan politik dan media masa sehingga menjadi sesuatu yang sensitif, tapi karena apa yang dihadirkan adalah sebuah fakta, harus diungkap agar menjadi pembelajaran bersama. Saya menilai ini sebuah fakta empiris dan temuan ilmiah. Karenanya, sangat penting untuk dihadirkan demi mengoreksi jalannya demokrasi di Indonesia," kata Agus.
Diterangkan Agus, ada sejumlah hal yang ia tangkap dari buku karya mantan Pemimpin Redaksi Media Indonesia itu, yakni terkait dengan fakta yang mesti diketahui bersama, populisme Islam pernah terjadi di Indonesia. Kemudian soal respons media menghadapi populisme di ruang politik Indonesia, lalu masa ketika demokrasi didominasi dengan tendensi menormalisasi yang abnormal atau privatisasi ruang publik.
"Setelah membaca buku ini, saya melihat Mas Usman menuliskan betapa ambigunya pers di Indonesia dalam menghadapi masalah itu. Ada media yang memilih netral dan bahkan ada media yang justru mengglorifikasi dan memberikan ruang kepada pesan-pesan populisme itu," jelasnya.
"Kemudian yang disarankan penulis terkait dengan bagaimana media masa menghadapi politik yang begitu dominan dengan tendensi populisme itu adalah harus menghadapi dengan sikap profesional dan idealismenya," imbuhnya.
Hal senada juga disampaikan Direktur Pemberitaan Media Indonesia Abdul Kohar, yakni buku itu menjadi penting untuk dijadikan rujukan khususnya kepada insan pers agar tak gagap menghadapi populisme.
"Buku ini sangat layak menjadi rujukan bagi siapa pun, khususnya teman-teman pers, untuk tahu sikap sebaiknya ketika dihadapkan pada situasi yang sebetulnya sangat membahayakan bagi kesatuan bangsa," ungkap Kohar.
Sedikit nukilan dari buku itu: 'Selain menghadap-hadapkan rakyat pribumi dan elite korup, populisme juga mencakup orang luar. Di Pilkada DKI 2017, kalangan populis Islam menganggap mereka tidak ikut serta atau mendukung aksi mereka menolak Ahok sebagai musuh atau sebagai orang luar. Akibatnya, terjadi polarisasi di masyarakat Indonesia, bukan hanya di Jakarta, antara kalangan konservatif agama yang mengharamkan pemimpin bukan muslim dan kalangan demokrat yang menghalalkan pemimpin bukan muslim'. (Rif/Kudusisara/M-2)
Info Buku
Judul Buku: Populisme Islam Di Indonesia dan Bagaimana Media Memberitakannya
Penulis: Usman Kansong
Terbit: 2024
Penerbit: PT. Kompas Media Nusantara
Halaman: 304
Program Rp 1 miliar per RW yang dijanjikan Agus-Sylvi dinyatakan sebgai politik uang. Namun, tidak ada unsur pidana, hanya pelanggaran administrasi.
KETUA Panitia Pengawas (Panwas) Pemilihan Kepala Daerah Kota Yogyakarta, Agus Muhammad Yasin, mengungkapkan pihaknya masih menemukan ketidaksesuaian data dalam daftar pemilih sementara (DPS) dengan data pemilih yang sesungguhnya.
GUBERNUR Jakarta terpilih di Pilkada 2024 Pramono Anung membeberkan kegiatan menunggu pelantikan, Pramono mengaku rutin bertemu dengan tim transisi
Pilkada Jakarta 2024 hanya digelar satu putaran saja setelah pasangan Pramono Anung-Rano Karno 'si Doel' berhasil meraih suara 50,07%.
CALON gubernur Jakarta nomor urut 1 Ridwan Kamil tidak menghadiri penetapan Pramono Anung-Rano Karno 'si Doel' sebagai pasangan calon terpilih Pilkada Jakarta 2024.
Bicara Udara mendorong langkah nyata dari Gubernur Jakarta terpilih untuk menjawab permasalahan polusi yang kian mengancam kesehatan dan produktivitas warga Jakarta.
Wibi mengungkapkan hasil Pilkada Jakarta mencerminkan suara serta harapan masyarakat untuk pemimpin yang mampu membawa perubahan positif.
Juru bicara Tim Pemenangan Pramono Anung-Rano Karno, Chico Hakim, mengatakan tak adanya gugatan ke MK memantapkan kemenangan Pramono-Rano di Pilkada Jakarta.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved