Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
SEJAUH mana kamu mengenal sosok Kartini? Dari surat-suratnya, ia merupakan pelopor emansipasi perempuan Indonesia. Memperjuangkan kemajuan perempuan Indonesia di kala terikat oleh adat dan tradisi yang kuat. Kartini pun memperjuangkan hak perempuan Indonesia untuk diberi pendidikan agar dapat mandiri.
Pada zamannya, perjuangan Kartini tidak mudah. Ia mendapatkan banyak tantangan, baik dari kaum adat dan masyarakat, maupun para pejabat. Dengan perjuangan dan jasanya, ia lantas ditetapkan sebagai pahlawan kemerdekaan nasional oleh Presiden Sukarno melalui Keppres No.108 Tahun 1964. Kemudian, setiap 21 April diperingati sebagai Hari Lahir Kartini.
Untuk mengenal lebih dekat dengan sosok Kartini, kamu bisa membaca buku Trilogi Kartini, yang diterjemahkan serta disunting Wardiman Djojonegoro (menteri pendidikan dan kebudayaan periode 1993-1998) dan diterbitkan Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Buku itu dibuat dalam tiga jilid dengan total 1.500 halaman dan dikerjakan dalam waktu dua tahun. Jilid 1 berisi kumpulan terjemahan 179 surat Kartini dan 11 artikel-memo dari bahasa Belanda ke dalam bahasa Indonesia. Jumlah surat terbanyak hingga saat ini.
Jilid 2 merupakan biografi Kartini dari buku Kartini Sebuah Biografi oleh Sitisoemandari Soeroto, dan dilengkapi dengan highlight dari kehidupan, renungan, dan cita-cita Kartini oleh Wardiman Djojonegoro. Lalu, jilid 3 berisi keadaan kesetaraan gender di Indonesia serta upaya peningkatan kesetaraan gender Indonesia (KGI).
Secara keseluruhan, buku Trilogi Kartini mengungkapkan pemikiran mendalam RA Kartini. Melalui tiga jilid yang komprehensif, buku itu menghadirkan pandangan Kartini tentang pendidikan, kesetaraan gender, dan hak-hak perempuan, yang masih relevan hingga kini. Trilogi Kartini bukan sekadar dokumentasi sejarah, melainkan juga sebuah cerminan perjalanan panjang Kartini dalam memperjuangkan hak-hak perempuan, yang tetap menginspirasi generasi masa kini.
Buku itu juga memberikan wawasan baru tentang Kartini sebagai sosok intelektual yang berani melawan norma-norma sosial pada zamannya dan meletakkan fondasi penting bagi kemajuan perempuan di Indonesia. Buku Trilogi Kartini tidak hanya diperuntukkan menunjang upaya meningkatkan literasi, tetapi juga membantu pembaca menelusuri dan mengenal sejarah, serta memahami lebih jauh akan kesetaraan gender, khususnya di Indonesia.
“Tujuan buku ini (menjadi) rujukan untuk sejarah. Banyak orang mengada-ada, banyak orang bikin legenda mengenai Kartini. Dengan ini, legenda-legenda yang ada itu bisa dikurangi. Contohnya, banyak yang menegur Kartini karena tidak bicara mengenai ibunya, seolah-olah Kartini itu menghina atau tidak menghargai ibunya, tapi ada surat dari Kartini mengenai ibunya,” kata Wardiman dalam acara konferensi pers dan peluncuran buku Trilogi Kartini, Kamis (10/10).
Pemikiran Kartini
Tujuan kedua penerbitan buku itu ialah menyampaikan pemikiran luar biasa dari Kartini, yaitu menolong perempuan Indonesia atau emansipasi. Ketiga, peningkatan kesetaraan gender di Indonesia lebih cepat lagi. Saat ini, gaji perempuan masih lebih rendah jika dibandingkan dengan gaji laki-laki. Wardiman mengatakan, dengan kesetaraan gender, nantinya perempuan dan laki-laki bekerja dengan gaji yang sama dan jumlah pekerjaan yang sama.
”Surat-surat itu menggambarkan bahwa rakyat saya itu keren. Bahkan kalau dia menyebutkan kelas yang rendah pun itu nyastra, kira-kira begitu, lewat pikiran, lewat puisi. Itu melampaui bayangan saya tentang sosok Kartini. Jadi, menurut saya, menjadi sangat relevan sekali buku ini untuk dibaca ulang, bahkan dipercakapkan di sekolah-sekolah. Buku ini memuat banyak data tentang Kartini yang humble, rendah diri, tidak melawan masyarakat, tidak antikawin. Semua ada di dalam (buku ini),” kata seorang aktivis lingkungan dan feminis ekologi Siti Maimunah dalam kesempatan yang sama.
”Siapa nekat mendapat tiga perempat dari dunia. Siapa nekat aja (tuh) mendapat. Ini buat saya, wow! Kebayang nggak semangatnya? Semangat berdialog dengan dirinya. Itu saya nggak tahu bagaimana bisa bikin semangat seperti itu," imbuhnya.
Lalu, ada satu kutipan lagi yang disukai Siti, yakni ‘Mari perempuan-perempuan seluruhnya, kita harus bersatu’. Kata bersatu, imbuh Siti, menandai imajinasi yang lebih luas pada saat Kartini dikungkung di kamar. Itulah yang membuat Siti terkaget-kaget.
Siti menambahkan, ketiga jilid buku tersebut sama pentingnya untuk dibaca karena membantu kita memahami lebih jauh apa saja yang dilakukan Kartini. “Pak Wardiman membantu kita untuk memetakan duduk perkaranya apa, sih. Kenapa si Kartini ini kemudian disalahkan karena dia juga menerima poligami, misalnya? Pak Wardiman berani menjawab hal-hal itu (di buku Trilogi Kartini),” paparnya.
Selain membaca kumpulan surat-surat Kartini di buku jilid 1, buku jilid 2 tak kalah penting karena melalui biografi bisa membantu membayangkan seperti apa sosok Kartini berikut kegelisahannya. Pun jilid 3 yang bicara soal kesetaraan gender di Indonesia berikut data-datanya.
“Itu sebuah pekerjaan berat sekali, lo, mengutip 100 lebih surat dan meletakkan di bagian mana dan memengaruhi orang. Salah satu capaian dalam penulisan baik buku maupun lainnya, yakni bisa membuat pembaca terpengaruh. Buku ini berhasil membawa ke arah tersebut," tuturnya. (M-2)
Info Buku
Judul Buku: Trilogi Kartini
Penerjemah dan Penyunting: Prof Wardiman Djojonegoro
Terbit: 2024
Halaman: 1500
Penerbit: Yayasan Pustaka Obor Indonesia
DI sudut-sudut ingatan kolektif bangsa ini, setiap 21 April masih terpatri kuat sosok Raden Ajeng Kartini.
Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat, menegaskan bahwa perempuan Indonesia harus bersatu dan menggalang kekuatan kolektif untuk menghadapi tantangan besar
Semangat dan perjuangan RA Kartini harus terus dihidupkan sebagai pendorong agar kita mampu menjawab berbagai tantangan yang dihadapi perempuan di masa kini.
SETIAP 21 April, kita kembali mengenang sosok Raden Ajeng Kartini, seorang pelopor pembebasan perempuan yang memperjuangkan hak atas pendidikan yang merdeka dan adil.
Sepanjang 2024 terdapat 31.947 kasus kekerasan dengan 27.658 kasus di antaranya dialami perempuan.
UPAYA mendorong penerapan kesetaraan gender di sejumlah bidang harus konsisten dilakukan demi mewujudkan kehidupan keseharian yang lebih baik di masa depan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved