Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
Bagi Anda pecinta sushi, pasti tidak asing dengan wasabi. Wasabi lebih dari sekadar menambah kenikmatan makanan. Penelitian terbaru menemukan bahwa bahan aktif yang terkandung dalam wasabi yakni 6-MSITC (6-Methylsulfinyl Hexyl Isothiocyanate), tidak hanya dikenal sebagai antioksidan dan antiinflamasi, namun juga dikaitkan dengan peningkatan daya ingat jangka pendek dan jangka panjang.
Penelitian yang dipublikasikan baru-baru ini di jurnal Nutritions oleh para peneliti di Universitas Tohoku, Jepang ini, melibatkan 72 sukarelawan sehat berusia antara 60 dan 80 tahun yag dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama menerima 100 miligram ekstrak wasabi dan kelompok lainnya mendapat pil plasebo tanpa wasabi.
Setelah tiga bulan pemakaian sehari-hari, mereka yang diberi 100 miligram wasabi setiap hari diuji kemampuan berbahasa, konsentrasi, dan kemampuan melakukan tugas-tugas sederhana. Semuanya menunjukkan peningkatan daya ingat, baik jangka pendek maupun jangka panjang.
"Kami mengetahui dari penelitian pada hewan sebelumnya bahwa wasabi memberikan manfaat kesehatan,” kata ketua peneliti Rui Nouchi, seorang profesor di Institut Pengembangan, Penuaan dan Kanker Universitas Tohoku, kepada CBS News.
“Yang benar-benar mengejutkan kami adalah perubahan dramatisnya. Peningkatannya sangat besar,” lanjutnya.
Memori episodik – kemampuan untuk mempelajari, menyimpan, dan mengambil informasi – meningkat rata-rata 18% pada subjek wasabi, yang secara keseluruhan juga mendapat skor rata-rata 14% lebih tinggi dibandingkan mereka yang diberi pil plasebo.
6-MSITC, dikenal karena manfaat anti-inflamasinya, tampaknya mengurangi peradangan di area otak yang berperan atas memori – hipokampus.
Tak berhenti hanya pada penemuan tersebut, Nouchi pun melanjutkan penelitiannya. "Metode yang direkomendasikan untuk meningkatkan kesehatan otak, seperti diet dan olahraga tertentu, tampaknya terlalu rumit untuk diikuti oleh orang lanjut usia," kata Nouchi.
Melansir dari situs berita, USA Today, Senin (11/12), tim Tohoku akan menguji wasabi pada kelompok yang lebih muda sebagai persiapan pengujian pada pasien demensia.
Selain sifat antinflamasi dan antibakteri, penelitian sebelumnya menunjukkan wasabi memiliki beberapa manfaat kesehatan lainnya, seperti kandungan vitamin C tingkat tinggi untuk mendukung sistem kekebalan tubuh, perlindungan terhadap gangguan neurodegeneratif dan mendukung kesehatan jantung.(M-3)
Beberapa penyakit kuno seperti Rabies, Trakoma, Kusta, TBC, dan Malaria masih menjadi masalah kesehatan serius di Indonesia.
Menggunakan talenan yang sama untuk sayur dan daging bisa menyebabkan kontaminasi silang berbahaya seperti Salmonella. Simak tips mencegahnya berikut.
Kebiasaan merokok biasanya diawali hanya dengan satu batang rokok tapi akan ada banyak resiko yang mengikuti setelahnya.
Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin, mengungkapkan pentingnya untuk mengukur tekanan darah secara rutin.
Jambu biji mengandung sejumlah nutrisi yang bisa mengatasi atau membantu permasalahan kesehatan.
Adapun ruang lingkup kerja sama yang dilakukan yaitu pengembangan sistem klaim digital dan pengembangan sistem pembayaran kepada seluruh fasilitas kesehatan.
DOKTER spesialis Kejiwaan Tiur Sihombing mengungkapkan mencegah demensia alzheimer bisa dilakukan dengan cara memperbaiki kualitas tidur.
Menciptakan pola tidur melalui sleep hygiene bagi lansia dinilai dapat memberikan istirahat yang cukup dan menjaga fungsi otak.
Dilansir dari The Atlantic, pareidolia merupakan fenomena psikologi saat setiap orang dapat melihat bentuk tertentu pada gambar biasa, namun persepsinya cenderung berbeda dengan orang lain.
Studi di jurnal JAMA menunjukkan vaksin herpes zoster dapat menurunkan risiko demensia pada lansia.
Pikun dini atau demensia, yang sebelumnya hanya dikaitkan dengan usia lanjut, kini semakin banyak ditemukan pada generasi milenial dan Gen Z
Hipertensi yang tidak terkelola dengan baik terbukti meningkatkan risiko terjadinya demensia.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved