Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
Berdasarkan hasil survei Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 di Indonesia mengindikasikan bahwa lebih dari 19 juta penduduk usia di atas 15 tahun mengalami gangguan mental emosional, sementara lebih dari 12 juta orang di usia yang sama mengalami depresi.
Stres di lingkungan kerja menjadi salah satu hal yang mendatangkan dampak buruk bagi kesehatan mental. Sebuah studi dari Gallup berjudul State of the Global Workspace Report tahun 2022 menyebutkan sebanyak 21% responden pekerja di Indonesia mengaku sering stres.
Bentuk gangguan kesehatan mental yang sering terjadi di lingkungan kerja antara lain ialah tingkat stres yang tinggi dan kecemasan berlebihan dan depresi. Hal ini berpotensi memengaruhi performa serta kapabilitas karyawan, yang pada akhirnya dapat mengganggu produktivitas perusahaan. Ini didukung oleh sebuah studi dari WHO tahun 2019 yang menyatakan bahwa secara global depresi dan kecemasan dapat menyebabkan nilai produktivitas yang hilang sebesar US$1 triliun.
"Menjaga kesehatan mental di lingkungan kerja memerlukan peran aktif dari seluruh pihak, baik dari karyawan maupun manajemen perusahaan," kata Saranathan Ramaswamy, selaku Presiden Direktur P&G Indonesia, seperti dikutip dari siaran pers yang diterima Media Indonesia, Rabu (11/10.
"Dalam menyikapi hal tersebut, kami di P&G Indonesia turut mengambil langkah proaktif dalam menyusun beragam inisiatif yang dapat menunjang kesehatan mental karyawan. Kami meyakini bahwa kinerja terbaik perusahaan dapat dicapai saat karyawan berada dalam kondisi terbaik mereka," lanjutnya
Bertepatan dengan Hari Kesehatan Mental Sedunia yang jatuh pada 10 Oktober 2023, Procter & Gamble (P&G) Indonesia perkuat komitmennya dalam mendukung kesehatan mental di lingkungan kerja. Lewat sesi diskusi bertajuk Pentingnya Kesehatan Mental di Lingkungan Kerja dalam Menjaga Produktivitas dan Kesejahteraan Pekerja, P&G Indonesia memaparkan berbagai program penunjang kesejahteraan dan kesehatan mental yang telah diimplementasikan.
P&G berkomitmen menerapkan upaya-upaya dalam menjaga kondisi dan kesehatan mental karyawan di lingkungan kerja. Upaya ini mencakup sejumlah program, sumber daya, dan lingkungan yang mendukung kesejahteraan fisik dan mental. Aksi yang dilakukan P&G dalam mewujudkan upaya ini melalui dua inisiatif, yakni Program Utama dan Program Pendukung.
Program utama meliputi sejumlah program yang dijalankan P&G, seperti Employee Assistance Program (EAP) yang merupakan layanan psikologi profesional untuk dukungan kesehatan mental, dan tim medis internal seperti dokter dan perawat. Selain itu, hal lain yang diberikan oleh P&G Indonesia kepada karyawannya juga telah mencakup asuransi yang menaungi kasus/layanan kesehatan mental.
Selain itu adapula Mental Health First-Aiders/Healthy Mind Champion. Mereka adalah karyawan P&G Indonesia yang sudah dilatih dan disertifikasi oleh lembaga Singapore Red Cross Academy, sehingga dapat membantu para karyawan lainnya dalam mendeteksi dan mengidentifikasi karyawan yang kemungkinan memiliki tanda-tanda awal masalah kesehatan mental, lalu melakukan pendekatan dan mengarahkan mereka ke layanan kesehatan mental profesional untuk mendapatkan perawatan yang sesuai.
Seperti halnya dengan program utama, P&G juga memiliki program pendukung yang meliputi sejumlah program yang dijalankan, di antaranya Wonder Mommies.Melalui program ini para ibu yang bekerja di P&G bisa berbagi informasi dan mendapatkan edukasi dari para pakar yang diundang dalam sesi-sesi daring atau tatap-muka, mengenai topik-topik seputar pengasuhan anak.
Program pendukung lainnya adalah Extended Parental Leave yang ditujukan agi pekerja perempuan (maternity leave) selama 3,5 bulan, bahkan dengan opsi untuk dapat memperpanjang cuti tambahan 3 bulan sehingga total menjadi 6,5 bulan, jika dinilai perusahaan memang terbukti dibutuhkan.
P&G juga memberikan hak cuti selama 2 bulan (60 hari) bagi para karyawan laki-laki agar dapat mendukung istri pada masa krusial dalam mengasuh dan merawat anak yang baru lahir. Hal ini memudahkan karyawan dalam beradaptasi dengan peran baru sebagai orangtua, yang diharapkan memberikan dukungan yang lebih besar untuk kesejahteraan mental. (M-3)
Puasa Daud tak hanya mendekatkan diri pada Tuhan, tetapi juga bermanfaat untuk kesehatan fisik, mental, dan spiritual.
WHO menyatakan bahwa stres merupakan respons alami manusia saat menghadapi tekanan atau perubahan dalam kehidupan. Setiap orang pasti pernah mengalami stres.
Temukan 6 kebiasaan sehari-hari yang tanpa disadari dapat meningkatkan hormon stres kortisol. Pelajari cara menghindarinya untuk menjaga kesehatan mental dan fisik Anda tetap optimal.
Dari 314 kasus kematian akibat bunuh diri pada 2024 di Singapura, 202 kasus atau 64,3% adalah laki-laki, sementara 112 kasus atau 35,7% sisanya adalah perempuan.
Baby blues merupakan kondisi yang terjadi akibat perubahan hormon, kelelahan serta mempersiapkan diri untuk beradaptasi dengan peran baru sebagai ibu.
Media sosial dapat memperburuk kondisi emosional penderita bipolar. Ketahui tiga dampak negatif utamanya.
Pendekatan sekolah terhadap siswa pada hari pertama bisa menjadi penentu bagaimana anak akan menjalani proses pendidikan selanjutnya.
"Kalau sudah di atas 7 tahun itu sebenarnya sudah tidak boleh (saat mandi) ditengok-tengok lagi, apalagi sama orangtua yang beda gender, karena menghormati anak juga,"
Perilaku menyimpang tidak semata-mata merupakan bentuk kenakalan, melainkan "sinyal" dari ketidakseimbangan dalam ekosistem kehidupan anak.
Meskipun pertanyaan soal kapan hamil terlihat sederhana, tetapi tidak bisa dipungkiri ada beberapa perempuan yang tersinggung. Ini cara menanggapinya menurut psikolog.
Orang yang melakukan flexing biasanya ingin terlihat sukses dari apa yang dia miliki untuk membangun citra orang terhadap dirinya atau agar dia mendapat pengakuan dari komunitasnya.
SEJUMLAH anak tampak kerap memegang genital atau alat kelaminnya sehingga tak jarang orangtua merasa khawatir melihat kebiasaan tersebut. Ini penyebabnya kata psikolog.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved