Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

Bantu Atasi Kekeringan, di California Air Limbah Diolah jadi Bir

Adiyanto
09/10/2023 09:45
Bantu Atasi Kekeringan, di California Air Limbah Diolah jadi Bir
Proses pengisian kaleng bir dari air limbah di Devil's Canyon Brewing Company San Carlos, California(Loren Elliott / AFP)

Bir yang diseruput oleh Aaron Tartakovsky terlihat dan terasa sama seperti bir lainnya, dengan sedikit rasa buah. Namun bir tersebut mengandung bahan yang tidak biasa yakni air limbah daur ulang dari gedung pencakar langit di San Francisco.

“Minuman ini dibuat untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan potensi sumber air yang belum termanfaatkan yang mungkin tampak buruk pada pandangan pertama, pada saat Amerika Barat sedang berjuang melawan kekeringan kronis yang diperburuk oleh pemanasan global,”  jelas Tartakovsky.

“Bir pada dasarnya telah menyatukan orang-orang sejak awal peradaban manusia,” kata bos perusahaan daur ulang Epic Cleantec kepada AFP.

“Pembuatan minuman ini merupakan media yang luar biasa untuk menunjukkan kepada masyarakat di era perubahan iklim ini. Air daur ulang adalah cara yang sangat bagus untuk memastikan bahwa komunitas kita aman untuk generasi mendatang," imbuhnya.

Bir tersebut menggunakan air yang berasal dari pancuran, bak cuci, dan mesin cuci di gedung apartemen San Francisco yang dihuni 550 orang.

Epic Cleantec mengolah air limbah bangunan di ruang bawah tanah. Mereka mengembalikan sebagian besar air tersebut ke 40 lantai di atasnya untuk digunakan kembali untuk pembilasan toilet atau sistem irigasi.

“Namun setelah disaring, air berubah dari keruh, abu-abu kental menjadi cairan sebening kristal yang memenuhi atau melampaui standar kualitas minuman yang ditetapkan pemerintah federal,” kata Tartakovsky.

Untuk membuktikannya, dia bekerja sama dengan tempat pembuatan bir untuk menciptakan Epic OneWater Brew, minuman yang terinspirasi dari bir Kolsch Jerman.

Tidak ada perbedaan

Perusahaan Epic Cleantec memurnikan air dalam tiga tahap. Pertama, bakteri menargetkan kontaminan dalam cairan, mirip dengan cara kerja mikroba di perut manusia pada makanan dan minuman yang kita konsumsi.

Kemudian air disaring melalui membran berukuran hanya seperseribu diameter rambut manusia. Akhirnya didesinfeksi dengan sinar ultraviolet, dan klorin.

Hasil ini mengejutkan Chris Garrett, bos tempat pembuatan bir Devil's Canyon, yang telah memproduksi 7.200 kaleng bir menggunakan air dari gedung tersebut.

Faktanya, katanya, air limbah yang diolah mungkin menghasilkan air yang lebih bersih dibandingkan air yang biasa dia gunakan untuk membuat bir dan tidak ada perubahan rasa yang terlihat.

 

Namun, undang-undang California saat ini melarang kedua perusahaan tersebut memasarkan atau menjual bir tersebut secara komersial.

Mereka berharap hal ini bisa diubah, dan mereka telah mendistribusikan kaleng bir secara gratis pada acara-acara besar seperti Pekan Iklim baru-baru ini di New York.

“Saya rasa apa yang ditunjukkan oleh proyek bir kami kepada masyarakat adalah bahwa masyarakat lebih siap menerima air daur ulang,” kata Tartakovsky, yang menyajikan bir di pesta pernikahannya sendiri.

Di beberapa bagian Amerika Serikat, seperti Scottsdale di Arizona, air limbah yang diolah telah lama didaur ulang untuk mengairi lapangan golf dan tanaman.

Di Orange County, California, air yang telah diolah dipompa ke dalam tanah, lalu memasuki akuifer bawah tanah sebelum akhirnya dikembalikan ke keran.

Namun karena kekeringan kronis, sumber air di wilayah tersebut mongering, termasuk Sungai Colorado yang amat penting  bagi jutaan orang Amerika.

Pihak berwenang sedang mencari cara untuk mendaur ulang air limbah untuk digunakan kembali secara langsung, tanpa harus mengembalikannya ke lingkungan alam terlebih dahulu.

Mengikuti Colorado tahun lalu, pemerintah California berencana untuk mengadopsi langkah-langkah baru untuk mengejar teknologi ini sebelum akhir tahun 2023.

Dikenal sebagai "penggunaan kembali langsung yang dapat diminum" (DPR), praktik ini telah diterapkan selama beberapa dekade di Windhoek, sebuah kota di gurun barat daya Namibia, Afrika.

Namun para penentang muncul di Amerika Serikat dan menyebut proses tersebut sebagai “toilet-to-tap” sebagai upaya untuk membangkitkan rasa jijik, dengan  mengabaikan teknologi daur ulang yang digunakan.

Meskipun demikian, penelitian Universitas Stanford baru-baru ini menemukan bahwa air daur ulang mungkin lebih bersih dibandingkan air yang kita minum sehari-hari, berkat upaya ekstra yang dilakukan untuk memurnikannya.

Hal ini juga menawarkan keuntungan lain dibandingkan alternatif yang mahal, seperti mengolah air laut.

“Masyarakat sering menganggap desalinasi air laut adalah alternatif yang lebih baik,” kata Bill Mitch, salah satu penulis penelitian tersebut.

“Tetapi selain harus berada di dekat pantai… membersihkan air laut juga membutuhkan lebih banyak energi dibandingkan air limbah perkotaan, dan biayanya dua kali lipat,” ujarnya.

Mitch, seorang profesor teknik sipil dan lingkungan, berharap inisiatif seperti yang dilakukan Epic Cleantec dapat membantu mengubah sikap masyarakat terhadap air limbah.

Dalam beberapa tahun terakhir, bir lain yang menggunakan air limbah telah dibuat di Arizona dan Idaho.(AFP/M-3)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Adiyanto
Berita Lainnya