Headline
RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian
Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.
Cuaca panas ekstrem telah mendominasi berita utama dalam beberapa pekan terakhir, mulai dari ‘kubah panas’ yang melingkupi sebagian besar Eropa, hingga kebakaran hutan yang terjadi di Yunani, Spanyol, Kanada, dan Hawai, serta melonjaknya suhu di tengah musim dingin di Amerika Selatan.
Di tengah kondisi ini, seorang peneliti PBB memperingatkan kondisi ini bakal semakin intens dan berlangsung lama lantaran perubahan iklim. Di beberapa wilayah kondisi ini bahkan akan segera melanda sepanjang tahun.
“Ini adalah konsekuensi paling cepat dari pemanasan global yang kita lihat dalam sistem cuaca,” kata John Nairn, penasihat senior di Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) PBB, kepada AFP dalam sebuah wawancara, Rabu (23/8).
“Masyarakat terlalu santai melihat tanda-tanda itu. Ilmu pengetahuan telah menyatakan bahwa hal ini akan terjadi dan tidak akan berhenti. Kondisi semacam ini bakal lebih intens dan lebih sering," imbuhnya.
Salah satu alasannya, jelas dia, pemanasan global tampaknya menyebabkan melemahnya aliran ‘jet global’ -- udara yang mengalir tinggi di atmosfer bumi. Menurut Naim ketika aliran ini menjadi lebih lambat dan lebih bergelombang, hal ini memungkinkan sistem cuaca untuk "terparkir" di satu tempat lebih lama.
“Kita bisa mendapatkan situasi musim panas di mana terjadi gelombang panas yang terus-menerus, dan panas terus bertambah karena gelombang (panas) ini tidak bergerak,” kata Nairn.
“Perlambatan dan berhentinya pola cuaca membuat kita terjebak sehingga Amerika Utara, sebagian Samudera Atlantik, Eropa, dan Asia secara bersamaan berada di puncak (gelombang) dan terjebak dalam kondisi cuaca panas seperti ini.”
Gelombang panas merupakan salah satu bencana alam yang paling mematikan. Ratusan ribu orang meninggal setiap tahunnya lantaran penyakit yang disebabkan cuaca ekstrem ini yang sebenarnya dapat dicegah. (M-3)
KOMUNITAS Bidara di Mbay, Kabupaten Nagekeo, Flores, NTT, melakukan kegiatan sosialisasi adaptasi dan mitigasi perubahan iklim bagi para pemuda, pelajar, nelayan, petani, mahasiswa.
Pencairan gletser akibat perubahan iklim terbukti dapat memicu letusan gunung berapi yang lebih sering dan eksplosif di seluruh dunia.
Kemah pengkaderan ini juga mengangkat persoalan-persoalan lingkungan, seperti perubahan iklim yang mengakibatkan bencana alam.
"Nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus menjadi vektor utama. Keberadaan dan penyebarannya yang meluas menjadikan arbovirus sebagai ancaman serius,”
Fenomena salju langka menyelimuti Gurun Atacama, wilayah terkering di dunia, menghentikan sementara aktivitas observatorium ALMA.
Dalam serangkaian lokakarya yang digelar selama lima hari tersebut, para musisi membahas akar penyebab krisis iklim, peran seni dan budaya dalam mendorong perubahan nyata.
Mencairnya gletser memuci letusan gunung api yang lebih sering dan eksplosof, yang memperparah krisis iklim.
Penelitian terbaru mengungkap hilangnya hutan tropis menyebabkan pemanasan global berkepanjangan setelah peristiwa Great Dying 252 juta tahun lalu.
Pemanasan global akibat emisi gas rumah kaca meningkat, anggaran karbon Bumi diperkirakan akan habis dalam waktu 3 tahun ke depan.
Meski dunia menjaga pemanasan global di bawah 1,5 derajat celcius, pencairan lapisan es di dunia tetap melaju tak terkendali.
Peningkatan suhu juga sangat dipengaruhi oleh emisi gas rumah kaca (GRK), seperti karbon dioksida yang dihasilkan dari aktivitas manusia.
Penyebab Pemanasan Global: Faktor & Dampak Buruknya. Pemanasan global mengkhawatirkan? Pelajari penyebab utama, faktor pendorong, dan dampak buruknya bagi bumi. Temukan solusinya di sini!
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved