Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Penangkapan Berlebihan, Hiu Karang Terancam Punah

Adiyanto
16/6/2023 11:14
Penangkapan Berlebihan, Hiu Karang Terancam Punah
Hiu terumbu karang yang semakin terancam punah(Pedro PARDO / AFP)

Sebuah studi global memperingatkan penangkapan ikan yang berlebihan mendorong hiu terumbu karang menuju kepunahan. Kondisi ini menandakan bahaya yang jauh lebih besar bagi makhluk pemangsa laut itu daripada yang diperkirakan sebelumnya.

Menurut para peneliti keberadaan hiu karang penting bagi manusia karena spesies ini bertindak sebagai pengelola ekosistem laut. Ia menjaga rantai makanan tetap seimbang yang menjadi tempat bergantung ratusan juta orang.

Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Science, pada Kamis (15/5) ini, merupakan hasil dari proyek Global FinPrint, yang mengumpulkan lebih dari 22.000 jam rekaman video dari terumbu karang di seluruh Afrika, Timur Tengah, Asia, Australasia, dan Amerika.

Sebuah tim yang terdiri lebih dari 100 ilmuwan itu menemukan bahwa lima spesies hiu terumbu karang yang paling umum menurun 70% hingga 60%.

Data penipisan terumbu karang yang diteliti berasal dari model komputer yang memerkirakan seperti apa jumlah hiu tanpa tekanan manusia. Hiu itu ternyata sama sekali tidak ada di 14% terumbu karang yang pernah didokumentasikan sebelumnya.

Penulis utama Colin  Simpfendorfer  dari James Cook University dan University of Tasmania mengatakan kepada AFP bahwa sebelum penelitian, hiu terumbu karang (tidak seperti sepupu mereka yang lebih besar yang tinggal di lautan dalam),  tidak dianggap buruk.

Rantai makanan

Temuan mengenai populasi hiu karang ini akan membantu memperbarui daftar merah International Union for Conservation of Nature (IUCN), sebagai spesies yang memenuhi syarat berstatus "terancam punah", dan menjadi sebuah langkah penting menuju tindakan konservasi.

Simpfendorfer menambahkan bahwa faktor terbesar dalam penurunan populasi hiu tersebut adalah penangkapan ikan yang berlebihan, baik yang menargetkan hiu untuk diambil sirip dan dagingnya, maupun secara tidak sengaja membunuh mereka sebagai hasil tangkapan sampingan.

Dari segi dampak, hilangnya hiu itu menyebabkan efek gangguan pada rantai makanan. Mangsa yang mereka makan bertambah jumlahnya, tetapi tingkat berikutnya menurun, dan seterusnya sehingga menciptakan gangguan yang membahayakan ketahanan pangan manusia.

Hiu karang juga mengendalikan herbivora. Ketika herbivora menjadi makin banyak, mereka memakan lebih banyak alga, yang menjebak karbon untuk digunakan dalam fotosintesis.

“Penyerapan karbon di terumbu karang tanpa hiu akan jauh lebih rendah daripada ketika ada ikan tersebut,” ujar Simpfendorfer. “Itu artinya ada dampak terhadap pemanasan global.”

Titik Harapan

Pendanaan untuk proyek ini berasal dari Yayasan Keluarga Paul G. Allen, yang juga menadanai penelitian untuk sensus gajah di Afrika.

Dalam studi tentang hiu karang ini, para ilmuwan menggunakan stasiun video bawah air jarak jauh (BRUVS) berumpan. Kamera dengan sejumlah kecil ikan yang digantung untuk menarik dan mengamati hiu.

Secara total, mereka mensurvei 391 terumbu karang di 67 negara dan wilayah menggunakan 22.756 kamera -- menghasilkan rekaman video mentah, yang dikumpulkan selama tiga tahun.

Tim penelti menemukan terumbu karang dengan populasi hiu yang lebih sehat cenderung berada di negara berpenghasilan tinggi dengan peraturan yang lebih ketat. Sementara negara berpenghasilan rendah umumnya memiliki terumbu karang yang lebih buruk.

Namun tim juga menemukan ‘titik harapan’ tertentu di negara berkembang, seperti Pulau Sipadan di Malaysia dan Karang Mercusuar di Belize."Di dalam dan di sekitar perairan mereka, hal-hal cukup terkuras - tetapi di daerah di mana Anda memiliki KKP (kawasan perlindungan laut) yang kuat dan cara yang sangat baik untuk menegakkan aturannya, Anda memiliki populasi hiu yang banyak," kata rekan penulis Michael Heithaus dari Florida International University kepada AFP.

Kondisi ini, kata dia, menawarkan harapan bahwa daerah yang sangat terkuras dapat dihuni kembali selama populasinya masih utuh dan program pengelolaan yang hati-hati tetap dipatuhi. (M-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Adiyanto
Berita Lainnya