Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Inflasi Mengganggu Keceriaan Perayaan Idul Fitri di Pakistan

Adiyanto
19/4/2023 12:30
Inflasi Mengganggu Keceriaan Perayaan Idul Fitri di Pakistan
Suasana sebuah lorong pasar di Pakistan(Arif ALI / AFP)

Menjelang Lebaran, penghasilan pengusaha makanan dan pakaian di Pakistan biasanya kebanjiran order. Namun, tahun ini, dengan inflasi yang membumbung tinggi, banyak yang khawatir mereka bahkan tidak akan mampu membayar sewa bulanan kios mereka. "Tidak ada pelanggan, tidak ada pembeli," kata Shehzad Ahmed, yang mengelola toko yang menjual tas, perhiasan, dan barang lainnya di kota timur Lahore, seperti dikutip AFP, Rabu (19/4)

Di negara Asia Selatan berpenduduk lebih dari 220 juta orang itu inflasi secara years on years mencapai 35,4% di bulan Maret. Harga makanan melonjak lebih dari 47% dalam 12 bulan, sementara biaya transportasi naik 55%

Pakistan juga terlilit utang dan perlu memperkenalkan reformasi yang serius untuk membuka bantuan dana talangan US$6,5 miliar dari Dana Moneter Internasional guna menghindari gagal bayar.

Perekonomian merosot  lantaran kesalahan manajemen keuangan dan ketidakstabilan politik selama bertahun-tahu. Situasi itu diperburuk oleh krisis energi global dan banjir dahsyat pada tahun lalu yang membuat sepertiga wilayah negara itu terendam dan merusak sektor pertanian.

Kini, di akhir Ramadan, Idul Fitri, yang umumnya dirayakan oleh umat Islam di seluruh dunia dengan berkumpul bersama kerabat dan teman, saling bertukar hadiah, dan berdandan dengan pakaian dan sepatu baru, sepertinya tak lagi ceria dirayakan masyarakat Pakistan.

"Jumlah pembeli jauh lebih sedikit dibandingkan tahun lalu dan itu karena inflasi," kata pedagang Saif Ali kepada AFP.

Sheikh Amir, pemilik toko kecil yang menjual gelang dan perhiasan imitasi lainnya mengatakan dia biasanya dapat memperoleh cukup uang sepanjang tahun selama Idul Fitri. "Akhir-akhir ini menjadi sangat sulit. Tapi, kami harus tetap berusaha dengan harapan akan dapat menghasilkan cukup uang untuk membayar sewa toko."

Distrik perbelanjaan besar di seluruh negeri biasanya mengalami lonjakan pendapatan dalam seminggu menjelang lebaran. Di pusat kota, pasar dan toko tetap buka sampai lewat tengah malam. Banyak  di antaranya menggelar obral khusus, untuk menarik pelanggan. "Usaha kami melambat," kata Ali, yang berharap bisa menjual ratusan selendang bordir menjelang Idul Fitri.

Menurut Fatima Azhar Mehmood, ibu tujuh putri, untuk Lebaran kali ini ia akan menghemat anggaran. "Saya harus berbelanja baju untuk mereka, dan pada saat yang sama saya harus membeli barang untuk keperluan rumah," katanya.

Alih-alih membeli pakaian siap pakai untuk anak-anak perempuannya, Fatima pergi berbelanja kain di Distrik Old Lahore dan berencana menjahit sendiri. "Kami harus  membagi jatah, membeli keperluan untuk anak-anak dan juga bayar uang sewa rumah yang segera jatuh tempo," katanya.

Siasat berhemat juga dilakukan Amna Asim, warga Pakistan lainnya. Dia memutuskan hanya anak-anak yang akan mendapatkan baju Lebaran, sedangkan yang telah dewasa tidak. "Belanja untuk anak-anak adalah suatu keharusan," katanya. "Kita tidak bisa mengabaikan anak-anak. Bahkan, jika perlu kita berkorban untuk kebahagian mereka,” ujarnya. (M-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Adiyanto
Berita Lainnya