Selasa 21 Maret 2023, 07:42 WIB

Mencari Jejak Sejarah Bangsa Yahudi di selatan Maroko

Adiyanto | Weekend
Mencari Jejak Sejarah Bangsa Yahudi di selatan Maroko

FADEL SENNA / AFP
Tim arkeolog sedang menggali di sebuah sinagog, tempat ibadah bangsa Yahudi di Maroko

 

Di wilayah, Akka, Maroko, yang subur, dua arkeolog sedang meneliti lantai sebuah sinagog untuk mencari fragmen terkecil yang dapat ‘bersaksi’ tentang sejarah Yahudi kuno negara itu. Mereka merupakan bagian dari tim peneliti dari Maroko, Israel, dan Prancis. Mereka merupakan bagian dari proyek untuk mengungkap jejak bangsa Yahudi di negara Afrika Utara itu, setelah semuanya ‘lenyap’ pasca eksodus kaum minoritas tersebut.

“Penemuan fragmen manuskrip agama Ibrani adalah ‘tanda dari atas’, “ canda arkeolog Israel Yuval Yekutieli, dari Ben-Gurion University of the Negev.

Upaya untuk mengungkap ‘harta karun’ sejarah Yahudi yang tersebar di wilayah itu, dimungkinkan setelah Maroko dan Israel menormalisasi hubungan pada 2020.

Akka, sebuah lembah hijau dengan rimbun pohon kurma yang dikelilingi perbukitan gurun sekitar 525 kilometer (325 mil) di selatan ibu kota Rabat, pernah menjadi persimpangan perdagangan trans-Sahara.

Di wilayah itu, terdapat kawasan Yahudi di Desa Tagadirt, dimana terdapat reruntuhan sinagog yang dibangun dari tanah dalam tradisi arsitektur daerah tersebut.

Meskipun situs itu belum diketahui usianya, para ahli mengatakan sangat penting untuk memahami sejarah Yahudi-Maroko di wilayah tersebut. “Sangat mendesak untuk meneliti jenis ruang rentan yang berisiko menghilang ini,” kata Saghir Mabrouk, seorang arkeolog dari Institut Arkeologi dan Warisan Budaya Nasional Maroko (INSAP).

Penjarahan

Komunitas Yahudi di Maroko mencapai puncaknya pada abad ke-15, menyusul pengusiran brutal orang Yahudi Sephardic dari Spanyol. Pada awal abad ke-20, ada sekitar 250 ribu orang Yahudi di Maroko.

Tetapi, setelah gelombang eksodus pascapembentukan Israel pada tahun 1948, termasuk setelah Perang Arab-Israel 1967, jumlah komunitas Yahudi di Maroko terus menyusut dan hanya tinggal 2.000 hingga hari ini.

"Proyek ini bertujuan untuk mempelajari komunitas tersebut sebagai bagian integral dari masyarakat Maroko, dan bukan dari perspektif Yahudi-sentris," kata antropolog Israel Orit Ouaknine, yang berasal dari Maroko.

Seiring berjalannya hari, para arkeolog mengumpulkan sejumlah kecil fragmen, manuskrip, dan benda-benda lain yang ditemukan di bawah "bimah", sebuah mimbar di tengah sinagog.

Yekutieli, arkeolog Israel, mengatakan hal yang paling mengejutkan adalah bahwa tidak ada yang mendokumentasikan secara tertulis tentang benda-benda yang terkubur dan hanya ketika penggalian dimulai barulah benda-benda itu ditemukan. Di antara artefak yang digali dan kini dikatalogkan dengan cermat oleh tim adalah sejumlah kontrak komersial dan surat nikah, perabotan sehari-hari, serta koin.

 

Sinagog itu sudah mulai rusak ketika para penjarah mencoba menyerbu tempat persembunyian yang terkubur. “Kabar baiknya adalah salah satu balok runtuh, membuat akses menjadi sulit,” kata Yekutieli.

Upaya penjarahan serupa tercatat di reruntuhan sinagog Aguerd Tamanart, yang terletak di wilayah lain sekitar 70 kilometer (45 mil) barat daya Akka, tempat penggalian dimulai pada 2021.

Di tempat ini, artefak tidak dikubur melainkan disembunyikan di kompartemen rahasia di balik tembok yang runtuh. Tim berhasil menyelamatkan sebagian besar benda, sekitar 100.000 buah termasuk fragmen manuskrip.

Kesaksian berharga'

Di kedua situs, arsitek Salima Naji telah memimpin upaya untuk mengembalikan bangunan dari tanah itu dengan hati-hati. “Lebih dari 10 tahun yang lalu, saya mulai dengan menciptakan kembali tipologi semua sinagog di wilayah tersebut,” katanya.

"Pengalaman saya dalam merehabilitasi masjid dan ksour (desa berbenteng) membantu saya untuk lebih memahami sinagog."

Pemugaran masih berlangsung di sinagog Tagadirt, tempat Naji dan timnya bekerja keras untuk merekonstruksi jendela atap yang menerangi gedung.

Saat ini, penduduk Muslim di bekas kawasan Yahudi menyambut baik restorasi tersebut. "Hal yang baik untuk tidak membiarkan sinagog terbengkalai," kata perajin Mahjouba Oubaha.

Penggalian ini barulah permulaan untuk mengungkap benda-benda sehari-hari dan cara hidup orang Yahudi di masa lalu.

Orit Ouaknine mengatakan dia melakukan wawancara dengan bekas penduduk Yahudi di dua desa tersebut, yang sekarang tinggal di Israel, Amerika Serikat, dan Prancis. “Kami berpacu dengan waktu untuk mengumpulkan kesaksian berharga ini,” kata antropolog Israel itu. (AFP/M-3)

Baca Juga

MI/ Nike Amelia Sari

Tenun Ikat Galaran di Koleksi Baru Ohmmbybai

👤Nike Amelia Sari 🕔Kamis 01 Juni 2023, 13:25 WIB
Tenun ikat itu dihasilkan para perajin binaan Cita Tenun Indonesia di Jawa...
AFP

Kiat Dampingi Anak Saat Menggunakan Media Digital

👤Nike Amelia Sari 🕔Kamis 01 Juni 2023, 12:05 WIB
Orangtua harus menerapkan aturan jam dan durasi dalam penggunaan...
Unsplash/ John Schnobrich

Waspada Penipuan dengan Modus Penawaran Kerja Freelance

👤Rahmatul Fajri 🕔Kamis 01 Juni 2023, 11:15 WIB
Saat ini marak penipuan lowongan pekerja lepas (freelance) dengan hanya melakukan like dan subscribe ke akun atau kanal media...

E-Paper Media Indonesia

Baca E-Paper

Berita Terkini

Selengkapnya

BenihBaik.com

Selengkapnya

MG News

Selengkapnya

Berita Populer

Selengkapnya

Berita Weekend

Selengkapnya