PERKEMBANGAN teknologi telah mendorong tumbuhnya berbagai layanan video streaming OTT (over the top) seperti Netflix, Disney+ Hotstar, hingga Vidio. Tren tersebut dikatakan Direktur Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Hilmar Farid, harus bisa ditangkap para pelaku industri film karena memang sesuai kebutuhan generasi.
"Demografi kita sudah sangat berubah. Sekarang ini milenial Gen Z, dan Generasi Alpha menjadi jumlah terbesar penduduk kita. Sehingga kalau kita salah berbicara tentang perflman hari ini, mungkin perlu di kepala kita bayangkan bahwa merekalah yang kita tuju," kata Hilmar pada pembukaan rangkaian kegiatan Hari Film Nasional (HFN) 2023 yang dilakukan secara langsung di auditorium Gedung Film, Jakarta Selatan, hari ini.
Dengan adaptasi, ia menilai, industri film dapat terus tumbuh tanpa menunggu pulihnya kebiasaan masyarakat kembali menonton di sinema. Di sisi lain, aktor Slamet Rahardjo mengingatkan akan batasan keamanan tayangan yang tampak lebih longgar di OTT.
"OTT itu tanpa sensor. Jangan sampai kita kehilangan mata angin (arah)," ujar aktor berusia 74 tahun itu.
Menurutnya, sebaiknya penempatan empan papan digunakan dalam hal ini. Ungkapan empan papan dalam bahasa Jawa bermakna sebagai suatu sikap atau laku perbuatan orang yang pandai menempatkan sesuatu pada tempatnya dan pada saat dan kondisi yang tepat. Dengan begitu, pertumbuhan OTT tetap akan menghasilkan tayangan yang baik bagi generasi muda.
Rangkaian HFN 2023
HFN 2023 yang digelar oleh Badan Perfilman Indonesia (BPI) bersama Ditjen Kebudayaan Kemendikbudristek dan dan Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Indonesia (Kemenko PMK) memiliki serangkaian kegiatan.
Mengusung tema Profiling Industri Film Indonesia Bercermin Pada Masa Lalu, Merencanakan Masa Depan, HFN 2023 digelar 6-11 Maret 2023 berlokasi di Gedung Film, Pancoran, Jakarta Selatan. Kegiatan yang meliputi konferensi perfilman nasional, lokakarya hingga pameran perfilman yang digelar secara hybrid (luring dan daring) ini berlangsung mulai pukul 09.00 hingga 17.00 WIB dan terbuka untuk umum.
Publik bisa mengikuti acara konferensi dan workshop dengan melakukan pendaftaran secara daring yang dapat diakses melalui media sosial BPI. Acara akan ditayangkan melalui kanal Youtube Badan Perfilman Nasional.
Gunawan Paggaru, Ketua Umum BPI mengungkapkan bahwa pada HFN 2023 ini BPI berupaya menonjolkan pemikiran-pemikiran yang relevan untuk pemajuan perfilman Indonesia dan tidak sekedar seremonial. Untuk itu mereka menghadirkan 50 pembicara dari semua aspek pemangku kepentingan mulai dari pemerintah, pelaku usaha, pelaku pendidikan profesi, komunitas film, dan penyelenggara kegiatan yang lain. Agenda konferensi film mengangkat fokus pembahasan berbeda setiap harinya, di antaranya adalah kode etik profesi perfilman Indonesia, pengembangan pasar film dan persaingan usaha, hingga harmonisasi undang-undang dan peraturan terkait perfilman.
Agenda berikutnya dilanjutkan 15-18 Maret 2023 berupa penggodogan materi yang didapat dari hasil konferensi untuk melahirkan naskah akademis. Naskah ini kemudian sebagai rekomendasi kepada pemerintah berisi penguatan ekosistem perfilman Indonesia.
Puncak acara peringatan Hari Film Nasional (HFN) 2023 berupa sarasehan film pada 30 Maret 2023. "Hasil konferensi ini akan diolah oleh tim kerja yang dibentuk Badan Perfilman Indonesia menjadi naskah akademik pengembangan perfilman Indonesia dan rekomendasi tindak lanjut penguatan dan kemajuan perfilaman Indonesia yang akan diserahkan ke pemerintah dan pemangku kepentingan perfilman nasional pada 30 Maret 2023," ujar Viviani Idris, Ketua Panitia Penyelenggara HFN 2023. (M-1)