Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Temuan baru dari University of Georgia menunjukkan, sedikit stres sebenarnya bisa sangat bermanfaat bagi tubuh dan otak. Stres pada tingkat ringan dapat mendorong seseorang keluar dari zona nyaman yang baik untuk meningkatkan kerja otak.
Tim peneliti mengatakan tingkat stres yang rendah hingga sedang dapat meningkatkan kemampuan otak dalam merekam memori kerja. Memori kerja mengacu pada informasi jangka pendek yang digunakan orang untuk menyelesaikan tugas sehari-hari.
Contohnya termasuk mengingat nomor telepon seseorang, atau mengingat arah saat mengemudi. Tidak mengherankan, penulis penelitian menekankan bahwa manfaat ini terbatas pada stres sedang. Karena begitu tingkat stres mencapai tingkat tinggi, kondisi itu dapat merusak kesehatan seseorang.
“Hasil buruk dari stres cukup jelas dan bukan hal baru,” kata penulis studi utama Assaf Oshri, profesor asosiasi di Sekolah Tinggi Ilmu Keluarga dan Konsumen, seperti dikutip dari situs Study Finds, Rabu (23/11).
Terus-menerus merasa sangat stres dapat mengubah struktur otak seseorang. Saat seseorang sangat stres secara teratur, itu menyebabkan berkurangnya kemampuan otak yang berperan melakukan pengendalian otot, pengambilan keputusan, pengendalian diri, pengaturan emosi, dan banyak lagi. Stres kronis juga terkait dengan peningkatan kerentanan terhadap berbagai penyakit mulai dari mual dan migrain hingga hipertensi dan penyakit jantung.
“Tapi ada sedikit informasi tentang efek stres yang lebih terbatas. Temuan kami menunjukkan bahwa tingkat stres yang dirasakan rendah hingga sedang dikaitkan dengan peningkatan aktivitas saraf memori kerja, menghasilkan kinerja mental yang lebih baik," kata Oshri.
Pada studi terbaru ini, tim menganalisis rangkaian pemindaian magnetic resonance imaging (MRI) terhadap lebih dari 1.000 orang dari berbagai latar belakang ras dan etnis. Peserta penelitian diberi pertanyaan tentang seberapa sering mereka mengalami pikiran atau perasaan tertentu.
Misalnya, seberapa sering ia merasa kesal dalam waktu satu bulan, seberapa puas ia pada berbagai hal dalam hidupnya, dan bagaimana lingkar pertemanan di hidupnya berperan dalam aktivitas sosialnya.
Jejaring sosial peserta juga dianalisis melalui sejumlah ukuran berbeda. Contohnya bagaimana perasaan mereka tentang kemampuan mereka sendiri untuk menangani kejadian tak terduga, seberapa puas mereka terhadap hidupnya, dan ketersediaan dukungan berbasis teman di seluruh jaringan sosial mereka.
Khususnya, orang yang melaporkan dukungan sosial tingkat tinggi dari teman dan keluarga lebih mampu mengatasi tingkat stres rendah hingga sedang dengan cara yang sehat.
“Bagi sebagian orang, menghadapi kesulitan adalah hal yang baik. Tapi bagi yang lain, mungkin tidak," tutur Oshri.
(M-4)
Studi dari SGH dan NNI mengungkap perkembangan skoliosis idiopatik remaja (AIS) lebih dipengaruhi faktor otak daripada tas berat atau postur buruk.
Studi terbaru yang dipublikasikan PLOS Mental Health mengungkapkan remaja dengan kecanduan internet mengalami perubahan dalam kimia otak dan konektivitas fungsional.
Untuk pemenang lomba makan otak-otak, bakal diambil tiga tercepat total hadiah pemenang hingga Rp3,7 juta.
Obat untuk mengatasi kantuk atau microsleep ialah beristirahat atau tidur yang cukup dengan kualitas yang baik.
Gejala yang bisa dijadikan patokan untuk deteksi dini ialah jika hingga usia bayi 18 bulan (1,5 tahun) belum bisa menegakkan kepala (head lag)
Mengetik terlalu lama dan duduk di posisi yang sama dalam waktu lama, termasuk mengendarai motor, bisa memicu munculnya neuropati.
Untuk mempersiapkan kemandirian anak sebelum masuk SD, berikut tips dari Samanta Elsener yang bisa dilakuakn orangtua:
Sejumlah dampak negatif yang mungkin terjadi pada anak yang masuk Sekolah Dasar (SD) sebelum usia yang tepat.
Usia ideal untuk memulai pendidikan SD bervariasi bagi setiap anak, bergantung pada kesiapan kognitif, perilaku, dan psikososial mereka.
Imunisasi merupakan salah satu langkah krusial dalam menjaga kesehatan anak-anak, tidak hanya melalui perlindungan terhadap penyakit infeksi,
Kualitas udara yang buruk merupakan isu yang semakin mengkhawatirkan di berbagai kota besar di dunia terutama di Indonesia.
TKT lansia dan latihan kognitif untuk lansia dilakukan melalui aktivitas senam otak (brain gym) dan bermain puzzle (puzzle therapy).
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved