Headline
Kemenu RI menaikkan status di KBRI Teheran menjadi siaga 1.
Pemanasan global bertanggung jawab atas kebakaran yang semakin meningkat di Siberia. Menurut sebuah laporan yang diterbitkan Kamis (3/11), dalam beberapa dekade ke depan dampak kebakaran itu akan melepaskan sejumlah besar karbon yang sekarang terperangkap di dalam tanah.
Para peneliti khawatir pelepasan karbon itu bakal melebihi ambang batas suhu di wilayah tersebut. Perubahan kecil suhu juga dapat menyebabkan peningkatan eksponensial di area yang terbakar di wilayah itu.
Pada 2019 dan 2020, kebakaran di bagian dunia yang terpencil ini menghancurkan luas permukaan yang setara dengan hampir setengah dari luas yang terbakar dalam 40 tahun sebelumnya, sebut penelitian ini yang diterbitkan dalam jurnal Science.
Kebakaran yang terjadi baru-baru ini telah memuntahkan sekitar 150 juta ton karbon ke atmosfer.
“Area di atas lingkaran Arktik (Kutub Utara) memanas empat kali lebih cepat daripada bagian planet lainnya dan amplifikasi iklim inilah yang menyebabkan aktivitas kebakaran menjadi abnormal," ujar David Gaveau, salah satu penulis studi ini, kepada AFP.
Para peneliti berkonsentrasi pada area di Siberia terutama di wilayah yang berukuran lima setengah kali ukuran Prancis. Dengan gambar satelit mereka mengamati area permukaan lahan yang terbakar setiap tahun dari 1982 hingga 2020.
Pada 2020, kebakaran menghanguskan lebih dari 2,5 juta hektare (6,2 juta hektar) lahan dan melepaskan, dalam setara CO2, sebanyak yang dipancarkan oleh negara Spanyol dalam satu tahun, para ilmuwan menyimpulkan.
Tahun itu, musim panas di Siberia rata-rata tiga kali lebih panas daripada tahun 1980. Kota Verkhoyansk di Rusia mencapai 38 derajat Celcius di musim panas, sebuah rekor untuk kawasan Arktik (Kutub Utara)
Suhu udara rata-rata di musim panas, dari Juni hingga Agustus, melampaui 10 derajat Celcius hanya empat kali dalam periode yang diteliti, yakni pada tahun 2001, 2018, 2019, dan 2020. Ini ternyata menjadi tahun-tahun dengan kebakaran paling banyak di wilayah tersebut.
“Para peneliti khawatir bahwa ambang batas pada 10 derajat Celcius ini akan menjadi titik puncak yang semakin sering dilampaui,” kata Gaveau. (AFP/M-3)
Meski dunia menjaga pemanasan global di bawah 1,5 derajat celcius, pencairan lapisan es di dunia tetap melaju tak terkendali.
Peningkatan suhu juga sangat dipengaruhi oleh emisi gas rumah kaca (GRK), seperti karbon dioksida yang dihasilkan dari aktivitas manusia.
Penyebab Pemanasan Global: Faktor & Dampak Buruknya. Pemanasan global mengkhawatirkan? Pelajari penyebab utama, faktor pendorong, dan dampak buruknya bagi bumi. Temukan solusinya di sini!
Terwujudnya Taman Kehati diharapkan dapat memberikan manfaat jangka panjang bagi masyarakat dan ekosistem.
Gambar satelit NASA menunjukkan dampak pemanasan global di Alaska. Di mana lapisan salju tahun lalu telah menghilang dan menyisakan hamparan tanah kosong yang luas.
ASOSIASI Pengusaha Pengelola Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (Aspel B3) Indonesia melantik pengurus baru di Batam, Kepulauan Riau.
Meski sebagian universitas mengadopsi kebijakan sustainability, banyak yang belum memiliki implementasi secara sistematis.
Aksi Kolaboratif ini diisi berbagai rangkaian acara, mulai bersih-bersih pantai, penanaman cemara laut, talkshow lingkungan, serta edukasi untuk masyarakat dan pelajar.
Diskusi bersama diskusi bersama Gubernur dan DPRD Provinsi Nusa Tenggara Timur digelar untuk menyusun perda terkait kelestarian lingkungan.
Di titik pemberangkatan, peserta melakukan penanaman pohon sebagai simbol komitmen terhadap kelestarian lingkungan.
Roda perekonomian harus terus berputar dengan tidak mengabaikan ekosistem lingkungan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved