Headline

Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.

Fokus

PSG masih ingin menambah jumlah pemain muda.

Ilmuwan Tiongkok Berhasil Mengkloning Serigala Kutub

Devi Harahap
23/9/2022 10:00
 Ilmuwan Tiongkok Berhasil Mengkloning Serigala Kutub
Ilustrasi: Serigala Arktik (Serigala Kutub)(Unsolash.com/M. Zonderling )

Para ilmuwandi Tiongkok berhasil mengkloning serigala Arktik liar dalam rangka konservasi hewan langka. Mereka berharap teknologi genetik yang kontroversial ini dapat digunakan untuk membantu menyelamatkan eksistensi spesies lain yang kini terancam saat dunia menuju krisis kepunahan.

Pada Senin (19/9), perusahaan bidang bioteknologi yang berbasis di Beijing, Sinogene Biotechnology meluncurkan klon serigala betina dari seekor bayi serigala. Hewan ini lahir pada 10 Juni lalu dan kini usianya telah menginjak 100 hari. Serigala hasil kloning tersebut diberi nama Maya.

Pihak Sinogene dalam sebuah pernyataan yang diposting di Weibo, menyatakan pihaknya meluncurkan proyek kloning serigala Arktik pada 2020, bekerja sama dengan taman hiburan di Tiongkok Harbin Polarland.

Mereka mengatakan  Maya, serigala berwarna abu-abu-coklat dengan ekor lebat itu dalam kondisi sehat. Selama konferensi pers, perusahaan menunjukkan video aktivitas Maya yang sedang bermain dan beristirahat.

"Setelah dua tahun berupaya dengan sungguh-sungguh, serigala Arktik berhasil dikloning. Ini adalah penelitian perdana untuk jenis Artik di dunia," kata Mi Jidong selalu manajer umum perusahaan pada konferensi pers menurut media pemerintah Tiongkok seperti dilansir dari CNN pada Rabu (21/9).

Untuk diketahui, Serigala Arktik yang dikenal sebagai serigala putih atau serigala kutub merupakan subspesies serigala abu-abu yang berasal dari tundra Arktik Tinggi, di Kepulauan Arktik utara Kanada.

Menurut World Wildlife Fund (WWF), status konservasinya adalah metrik yang digunakan untuk menentukan seberapa dekat suatu spesies dengan kepunahan. Populasi hewan ini dianggap berisiko rendah dari ancaman kepunahan karena habitatnya cukup jauh untuk menghindari pemburu. Namun, pasokan makannya semakin terancam akibat perubahan iklim, sementara pembangunan yang dilakukan manusia, seperti jalan dan jaringan pipa terus merambah habitat hidup hewan tersebut.

Para ilmuwan menggunakan proses yang disebut transfer inti sel somatik dalam membuatan kloning serigala tersebut. Teknik ini pernah digunakan untuk membuat klon mamalia pertama, Dolly the sheep, pada tahun 1996.

Menurut media pemerintah, para ilmuwan mampu menciptakan 85 embrio seperti itu, yang dipindahkan ke dalam rahim tujuh anjing beagle sehingga menghasilkan kelahiran satu Serigala Arktik yang sehat yaitu Maya yang baru dikloning.

Pihak perusahaan mengatakan dalam posting Weibo-nya bahwa Serigala Arktik kloning kedua diharapkan akan segera lahir.

"Teknologi kloning memberikan titik masuk yang baik untuk perlindungan hewan liar yang terancam punah dan memiliki kontribusi besar bagi perlindungan keanekaragaman hayati," kata He Zhenming, direktur Institut Sumber Daya Hewan Laboratorium dari Institut Nasional untuk Pengawasan Makanan dan Obat-obatan Tiongkok lewat unggahan di Weibo.

Lebih lanjut Zhengming mengatakan bahwa keberhasilan kloning Maya adalah peristiwa yang sangat penting bagi perlindungan satwa liar dunia dan pemulihan spesies yang terancam punah.

Pihak Sinogene  selanjutnya akan berkolaborasi dengan Taman Margasatwa Beijing untuk meneliti lebih lanjut perkembangan teknologi dan aplikasi kloning. Selain itu, mereka akan melakukan penelitian tentang konservasi dan pengembangbiakan hewan langka dan terancam punah di Tiongkok.

Diketahui Maya asli meninggal pada 2021 karena usia tua. Sekarang Maya hasil kloning tinggal bersama ibu pengganti. Nantinya ia akan ditempatkan di Harbin Polarland dan dapat dilihat oleh masyarakat umum.

Krisis Kepunahan

Ini bukan pertama kalinya teknologi kloning digunakan oleh para ilmuwan konservasi. Di Malaysia, setiap kematian badak sumatera, para ilmuwan berharap dapat menggunakan jaringan dan sel beku untuk melahirkan badak baru menggunakan ibu pengganti.

Pada akhir 2020, para ilmuwan Amerika berhasil juga sukses mengkloning musang kaki hitam liar yang terancam punah secara global. Para Ilmuwan di Australia juga bertaruh pada teknologi penyuntingan gen kloning yang mencoba menyunting sel dari hewan berkantung (Kanguru) untuk menciptakan kembali seekor hewan mirip seperti harimau Tasmania yang telah punah .

Teknologi kloning berkembang ketika para ilmuwan di seluruh dunia berlomba untuk menyelamatkan spesies yang terancam punah, saat Bumi mendekati kepunahan massal yang keenam kali.

Untuk diketahui, ada lima peristiwa kepunahan massal dalam sejarah, masing-masing memusnahkan antara 70% dan 95% spesies tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme. Kepunahan terbaru terjadi 66 juta tahun yang lalu ditandai dengan punahnya dinosaurus.

Ancaman kepunahan massal keenam ini menjadi fenomena unik dan berbeda dari sebelumnya karena disebabkan oleh aktivitas manusia yang telah memusnahkan ratusan spesies melalui perdagangan satwa liar, polusi udara, hilangnya habitat, dan penggunaan zat beracun.

Sebuah studi tahun 2020 menemukan bahwa sekitar sepertiga dari semua tumbuhan dan hewan di Bumi bisa punah pada 2070. Keadaan ini bisa menjadi lebih buruk jika emisi gas rumah kaca terus meningkat dengan cepat.

Sayangnya, upaya konservasi yang memanfaatkan teknologi baru ini banyak menimbulkan kontroversi. Sebagian orang mengkritik mengenai etika dan implikasi kesehatan dari kloning dan pengeditan gen suatu spesies.

Dalam kasus Maya, seorang ilmuwan mengatakan bahwa para ilmuwan perlu meneliti lebih dalam terkait dampak dan potensi risiko kesehatan. Selain itu, diperlukan beberapa aturan atau pedoman dalam penggunaan teknologi kloning yang hanya bisa digunakan untuk mngkloning spesies hewan yang sudah punah atau sangat terancam punah. (M-4)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Adiyanto
Berita Lainnya