Headline

Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Budaya Cabai di Berbagai Wilayah Dunia

Kevino Dwi Velrahga
06/11/2021 12:00
Budaya Cabai di Berbagai Wilayah Dunia
Temu wicara soal budaya cabai yang diadakan oleh Goethe Institut.(MI/Dok Goethe Institut)

DI beberapa wilayah dunia, cabai sangat populer digunakan sebagai penguat rasa makanan maupun pelengkap bumbu hidangan. Namun, perihal cabai ternyata tidak hanya terbatas tentang makanan, tetapi juga dalam aspek kebudayaan.

Cabai telah memengaruhi gastronomi hingga tercipta menu-menu khusus yang menjadi ciri khas budaya tertentu, terutama di Asia Tenggara. Cabai juga telah tertanam dalam pola pikir masyarakat yang jika makan tanpa dilengkapi cabai, menjadi sesuatu yang kurang nikmat.

“Di Indonesia setidaknya sebelum mereka makan, mereka pasti memikirkan ada sambalnya atau tidak dalam makanan tersebut. Setiap kali bepergian, mereka turut membawa sambal favorit untuk menemani mereka makan ke mana pun mereka pergi. Ini menjadi sebuah mindset,” ujar Pakar Kuliner William Wongso dalam gelar wicara yang diadakan Goethe-Institut Jakarta bersama Goethe-Institut Bandung, Bangkok, dan Yangon, Jumat (5/11).

Baca juga : Perayaan Cap Go Meh 2024 Terbesar di Kawasan SCBD Rangkul Keberagaman Rayakan Persatuan

Dalam gelar wicara bertemakan budaya cabai yang diadakan secara daring melalui Zoom Meeting itu, William menjelaskan pola pikir tersebut merupakan hal mendasar yang diterapkan oleh banyak masyarakat Indonesia. 

Sambal sendiri merupakan produk olahan yang dibuat dari cabai, garam, dan bahan pelengkap lainnya. Memiliki banyak varian rasa karena bisa dicampur dengan berbagai elemen, namun yang pasti, bahan utamanya adalah cabai.

Seniman kontemporer sekaligus penggagas Sedekah Benih, Vincent Rumahloine, turut membenarkan sambal telah tertanam di pemikiran orang Indonesia. Ia sendiri menjadikan sambal sebagai pengingat akan kampung halamannya.

Baca juga : Ini Tips Agar Cabai Bisa Tahan Lama

“Saya sekarang tinggal di Eropa tapi saya membawa sambal Indonesia. Ini penting bagi saya supaya bisa mengingat kota asal. Makanan ini juga menjadi pemersatu kami (orang Indonesia yang tinggal di Eropa) karena semua orang di sini punya memori yang sama terkait rasa sambal,” tutur Vincent.

Sama dengan Indonesia, masyarakat Myanmar pun ikut menjadikan cabai sebagai pengingat akan negaranya saat sedang berada di luar negeri. Hal itu disampaikan Juri Masterchef Myanmar, Daw Phyu Phyu Tin, yang turut menjadi narasumber dalam gelar wicara.

Ia bercerita masyarakat Myanmar acap kali menambahkan cabai bubuk di makanan mereka ketika sedang berada di luar negeri. Bagi mereka, itu membuat makanan yang tersaji memiliki rasa yang mirip dengan masakan rumahan Myanmar.

Baca juga : Hotel di Singapura Ajak Para Tamunya untuk Cintai Budaya Lokal

Berbeda dengan masyarakat Asia, di Jerman, olahan cabai dimakan bukan bertujuan untuk mengingat kampung halaman tapi untuk merasakan suasana berada di negara lain. Ini terjadi karena masyarakat Jerman sendiri tidak memiliki makanan pedas tradisional sehingga mereka 

“Banyak dari orang Jerman bepergian dan melihat banyak budaya berbeda. Ketika sudah pulang mereka bilang, ‘Wah saya rindu dengan rasa pedas ini’. Mereka pun mencoba untuk menghidupkan rasa itu dengan cara menanam sendiri berbagai varietas cabai di rumahnya dan bereksperimen menambahkan rasa pedas di dalam makanannya,” terang Pakar Cabai yang tinggal di Jerman, Alexander Hicks.

Hicks sendiri pada awalnya menanam 13 varietas cabai berbeda di pekarangan rumahnya. Terhitung pada 2006, ia total memiliki 375 varietas cabai yang berasal dari berbagai belahan dunia. Dan untuk sekarang, lebih dari 2.000 varietas cabai telah ia tumbuhkan dan jual beli kan.

Baginya, cabai merupakan komoditas yang menjanjikan dan selalu memiliki peminat. Tidak hanya sebagai tonggak utama rasa pedas, cabai juga telah melekat menjadi budaya serta selalu menarik untuk didiskusikan karena dapat terus berkembang beriringan dengan perubahan zaman. (OL-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya