Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

Ini Rahasia Welwitschia, Tanaman Gurun Yang Tak Bisa Mati

Galih Agus Saputra
26/8/2021 15:15
Ini Rahasia Welwitschia, Tanaman Gurun Yang Tak Bisa Mati
Ilustrasi tanaman gurun.(Jill Heyer/ Unsplash)

GURUN pasir barang jelas bukan tempat yang ramah bagi makhluk hidup, termasuk tanaman. Namun, hukum tersebut tampaknya tidak berlaku untuk Welwitschia. 

Tanaman yang banyak ditemukan di Gurun Namib, Afrika bagian selatan ini punya aspek genetik yang membuatnya mampu hidup dengan baik di daerah yang kerontang itu. Bahkan, pakar Genetika Tanaman Queen Mary University of London, Inggris, Andrew Leitch menjelaskan tanaman ini bisa hidup ribuan tahun dan tidak pernah berhenti tumbuh.

Sebuah penelitian yang baru-baru ini terbit di jurnal Nature Communications telah berhasil mengurai rahasia genetik, di balik tanaman yang dalam bahasa Afrika disebut 'tweeblaarkanniedood' atau yang berarti 'dua daun yang tidak bisa mati' ini. Pakar Botani dari Fairy Lake Botanical Garden di Shenzhen, Tiongkok yang mengerjakan penelitian ini yakni Tao Wan, mengatakan informasi genetik atau genom Welwitschia pada dasarnya mencerminkan lingkungan tanaman yang gersang dan miskin nutrisi.

"Sekitar 86 juta tahun yang lalu, setelah kesalahan dalam pembelahan sel, seluruh genom Welwitschia berlipat ganda selama masa kekeringan yang meningkat dan berkepanjangan di wilayah tersebut atau yang mungkin menjadi pembentukan Gurun Namib itu sendiri," kata Wan, seperti dilansir dari Independent, Rabu, (25/8).

Aktivitas paling dasar untuk menunjang kehidupan Welwitschia, lanjut Wan, ialah replikasi DNA. Namun, jika Welwitschia memiliki genom yang besar, maka ia akan membutuhkan energi berlebih untuk menunjang kehidupan terutama di 'lingkungan yang keras'.

Lebih dari itu, jika sebagian besar genom Welwitschia adalah sekuen DNA yang mampu mereplikasi 'sampah', berarti ia akan memiliki sekuen DNA berulang dengan pola menyebar atau yang disebut 'retrotransposon'. Wan dan tim selanjutnya memrediksi bahwa Welwitschia telah mengalami ledakan retrotransposon 1 hingga 2 juta tahun silam. Fenomena itu kemungkinan besar turut dipengaruhi peningkatan tekanan suhu di lingkungan.

"Proses ini, bersama dengan kekuatan selektif lainnya, secara drastis telah mengurangi ukuran dan kebutuhan energi pada DNA Welwitschia sehingga memunculkan genom yang lebih efisien dan berkebutuhan rendah," imbuh Wan.

Perubahan genetik ini pada gilirannya juga turut memengaruhi perubahan bentuk daun Welwitschia. Tiap tanaman, umumnya mengalami pertumbuhan daun pada ujung batang atau cabangnya.  Tapi ujung batang asli Welwitschia justru sudah mato, sehingga daunnya kini justru keluar dari area rentan atau sel-sel segar tanaman yang sedang tumbuh.

Dalam kondisi dunia yang kini semakin panas, materi genetik Welwitschia dianggap Wan dan tim dapat lebih memudahkan  manusia untul membiakkan tanaman yang lebih keras dan minim air. “Ketika kami melihat tanaman mampu hidup di lingkungan ini begitu lama dan melestarikan DNA serta proteinnya, saya benar-benar merasa seperti kita dapat menemukan petunjuk bagaimana meningkatkan pertanian,” kata Leebens-Mack. (M-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Bintang Krisanti
Berita Lainnya