Headline

Hakim mestinya menjatuhkan vonis maksimal.

Fokus

Talenta penerjemah dan agen sastra sebagai promotor ke penerbit global masih sangat sedikit.

Lima Hal yang Perlu Kamu Tahu tentang Film Yuni

Fathurrozak
24/8/2021 15:35
Lima Hal yang Perlu Kamu Tahu tentang Film Yuni
Film Yuni(Dok Fourcolours Film)

Film terbaru sutradara Kamila Andini, Yuni, akan diputar perdana di Toronto International Film Festival (TIFF) pada September. Berikut beberapa fakta tentang film Yuni.

1. Diputar di Program Platform TIFF

Yuni akan diputar dan berkompetisi dalam seksi program Platform di Toronto International Film Festival (TIFF) yang berlangsung pada 8-19 September. Pada program ini, aktor peraih nominasi Oscar, Riz Ahmed menjadi ketua jurinya. Pada TIFF 2019, film Riz, Sound of Metal juga tayang perdana dan berkompetisi di program Platform.

*2. Syuting Sebelum Pandemi*

Film Yuni membutuhkan waktu dari pra hingga pasca produksi setidaknya hingga tiga tahun. Meski baru rilis pada 2021, film ini sebenarnya sudah merampungkan syutingnya sebelum covid-19 mewabah ke seluruh dunia.

“Syuting sebelum pandemi. Beruntung banget. Pas hari terakhir syuting sudah ada berita covid di Tiongkok. Cuma belum masuk ke Indonesia. Bahkan ketika itu gue sempat pentas teater dulu di Melbourne. Cuma pasca-produksinya ini yang karena pandemi juga jadi cukup tantangan. Banyak festival film juga tahun lalu karena di tahun pertama pandemi, tidak jelas akan ada atau enggak,” cerita Kamila Andini saat Live Spaces Twitter bersama Kinosaurus, Senin, (23/8).

*3. Madura Sempat Jadi Calon Lokasi*

Film yang berkisah tentang remaja SMA yang bermimpi melanjutkan studi tapi harus dihadapkan pada pilihan tawaran lamaran menikah itu, mengambil lokasi syuting di Serang, Banten.

Sebelumnya, Dini dan produser Ifa Isfansyah sempat memasukkan Madura sebagai salah satu lokasi pilihan untuk latar film mereka.

“Gue pengen main dengan tekstur. Jadi butuh ruang yang teksturnya kaya banget. Banyak yang bisa dilihat dimensinya, dan menarik,” terang Dini.

“Salah satunya yang gue temuin pas ke Serang itu. Sempat juga ke Madura. Kami tertarik datang ke sana karena ada tambang garamnya. Tapi kayaknya kok enggak ya, agak jauh dan enggak ketemu relasinya dengan cerita, hanya menarik visual. Jadi mencari yang bukan visual based, tetapi texture based. Ketemu lah di Serang.”

*4. Penulisan Bekerja Sama dengan Prima Rusdi*

Dini menulis sendiri naskah untuk film Yuni. Namun, dalam prosesnya dirinya juga bermitra dengan penulis skenario Prima Rusdi (AADC? 1 dan 2, Eliana, Eliana, Banyu Biru).

Sejak film debut Dini, ia selalu melihat Prima sebagai sosok yang selalu diajaknya berdiskusi untuk menjaga visi Dini dalam menulis. 

“Di sini kepikiran coba saja nulis bareng. Walau pas gue dateng ke dia udah ada draft satu, secara kerangka tulisan sudah ada, strukturnya mau gimana. Di cerita ini butuh banyak layer, maka butuh banyak memperdalam subplot, konteks dan lain-lainnya,” terang Dini.  

“Sistem kerjanya setiap draft ganti-gantian. Misal setelah draft satu dikerjakan gue, draft selanjutnya Prima. Begitu seterusnya. Tapi untuk draft akhir itu di gue. Prima sebenarnya sudah tahu apa yang mau gue ceritakan. Cuma seringkali gue  enggak pede saja. Jadi butuh mitra buat ngasih perspektif yang lain untuk memastikan apa yang gue mau.”

*5. Disunting Lee Chatametikool*

Film Yuni disunting oleh penyunting asal Thailand, Lee Chatametikool. Lee dikenal dalam film-film garapan sutradara Apichatpong Weerasethakul. Film terbaru Apichatpong, Memoria, yang tayang di Cannes 2021 juga disunting oleh Lee.

Lee juga adalah penyunting film Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas karya sutradara Edwin, yang memenangkan Golden Leopard di Festival Film Locarno Swiss tahun ini. (M-2) 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Irana Shalindra
Berita Lainnya