Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
Di zaman industri 4.0 ini, startup (perusahaan rintisan) muncul bak cendawan di musim hujan. Banyak yang bertahan, tidak sedikit pula yang tumbang.
Kalau Anda punya hasrat untuk berkecimpung dalam ranah tersebut, boleh disimak dulu buku 'Ekosistem Inovasi dan Kewirausahaan Rintisan' ini. Buku tersebut ialah buah karya Ketua Ikatan Alumni Universitas Indonesia (Iluni UI) Rahmat Yananda dan Ketua Puskakom LPPSP FISIP UI, Ummi Salama.
Dalam bedah buku daring yang diadakan Fisip UI, Kamis (17/6), Rahmat menjelaskan, buku ini pada dasarnya ialah kepanjangan dari disertasi S3-nya terkait suatu kawasan yang sengaja dibangun untuk kepentingan inovasi (Territorial Innovation).
Dalam konsep seperti ini, ujarnya, kita akan melihat bagaimana suatu kawasan dikembangkan dengan basis kolaborasi kampus, industri, dan pemerintahan. Konsep seperti ini, katanya, sejalan dengan semangat yang muncul pada 1980-an atau yang dikenal dengan Ekonomi Berbasis Pengetahuan.
"Di buku ini nanti akan terlihat bagaimana kampus berperan dalam setiap riset ekosistem inovasi. Salah satu yang paling klasik itu ada Silicon Valley yang dianggap sebagai salah satu yang terbaik. Indonesia sendiri sebenarnya juga sudah pernah membangun seperti Puspitek di Tangerang Selatan, Kawasan Industri di Batam, atau beberapa tempat di Bandung," tutur Rahmat.
Dalam buku ini, Rahmat mula-mula memberikan pembahasan terkait perkembangan infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi (ICT) di Indonesia beserta dampaknya terhadap ekonomi dan wilayah. Selain itu, ia juga membahas konsep apa saja yang dianggap penting, misalnya, digitalisasi, sharing economiy, industry 4.0.
Kedua, ia memberikan contoh bagaimana ekonomi berbasis pengetahuan di negara lain muncul, salah satunya dengan dukungan internet, hingga melahirkan sejumlah pelopor penting. Contohnya seperti pendiri Amazon atau Apple, hingga kasus yang menarik di Asia seperti sosok Jack Ma.
"Bagaimana para pelopor ini memanfaatkan teknologi atau internet untuk memunculkan ekonomi baru. Kami beri kisi-kisinya di situ, bahkan kami sampaikan pula bagaimana sebenarnya dunia startup atau ekonomi rintisan itu muncul. Kami sampaikan, dari yang namanya konsep enterpreneur-nya, sampai metode, dan model bisnisnya. Buku ini boleh dibilang kaya, dan bisa menjadi panduan untuk generasi sekarang yang mencoba memahami perkembangan ekosistem ekonomi berbasis pengetahuan melalui dunia digital," imbuh Rahmat.
Sekilas buku ini kata Rahmat, memang terlihat ensiklopedik atau hendak menyampaikan banyak hal. Tapi memang demikian tujuan buku ini disusun, mengingat minimnya penerbitan buku sejenis yang menyampaikan informasi secara sederhana dan ringkas yang mampu membuat mahasiswa belajar inovasi secara sederhana.
Kalangan muda
Dalam disertasinya, Rahmat mengaku menemukan bahwa kawasan atau wilayah memang sangatlah penting untuk membangun ekonomi berbasis pengetahuan. Namun ternyata, yang tidak kalah penting dalam pembangunan tersebut adalah keberadaan sang enterpreneur, terutama kalangan muda, lantaran merekalah yang mampu menguasai dan menggerakan ekosistem.
Melihat temuan itu, ia lantas mewawancarai sejumlah enterpreneur muda, khususnya mereka yang telah mengepalai unicorn di Indonesia, yang lahir sekitar empat atau tiga tahun sebelumnya.
Bersama enterpreneur muda,Rahmat mencoba membangun pendekatan pada sisi apa saja yang menjadi karakter enterpreneur, yang bisa menjadi pelopor di bisnis rintisan masing-masing, termasuk bagaimana cara mereka memaksimalkan potensi yang ada.
"Misalnya, e-commerce, ini sebenarnya adalah produk terpenting yang ada di industri 4.0 Indonesia. Industri yang sama berkembang di Tiongkok dan Amerika Serikat pada 1990-an. Di sini baru meledak sekitar 2014-an ke atas. Nah berarti di sini ada suatu keadaan ketika kita menyalin, memanfaatkan infrastruktur internet, kemudian menjadi suatu layanan atau produk yang maksimal. Dan rata-rata ekonomi berbasis ilmu pengetahuan itu ternyata diawali dengan e-commerce. Kalau Amerika ada Amazon, Tiongkok ada Alibaba, dan di kita ada yang namanya Tokopedia dan sejenisnya. Nah itulah kenapa kita membahas para pelopor di dunia berbasis ecommerce," tutur Rahmat.
Sertakan kampus
Menurut Rahmat, jika Indonesia mau melahirkan pengusaha atau enterpreneur baru di ranah industri rintisan, mau tidak mau harus menyertakan perguruan tinggi di dalamnya. Silicon Valley, misalnya, hingga saat ini mengalami kemajuan karena ada keterlibatan Universitas Stanford. Sementara pengembangan di Tiongkok, ada lembaga ilmu pengetahuan yang mendorong bagaimana para enterpreneur itu lahir dari sektor pengetahuan.
"Enterpreneur kita saat ini, memang mereka yang tamat perguruan tinggi. Tapi belum 'berteman' dengan perguruan tinggi dalam menghasilkan karya mereka. Saya rasa itulah kelemahan kita. Nah buku ini sebenarnya muncul dalam rangka mengolaborasikan semua unsur agar potensinya lebih maksimal. Sebagai contoh, katakanlah Jakarta. Kota ini termasuk sebagai salah satu ecosystem challanger atau ekosistem yang dianggap mampu menyaingi ekosistem besar di belahan dunia lain. Mengapa? karena dia punya pasar besar, lalu punya infrastruktur ICT baik, dan ketiga, dia juga punya enterpreneur. Sebagaimana kita tahu, empat dari unicorn kita enterpreneur-nya juga berbasis di Jakarta," pungkas Rahmat. (M-2)
MASA depan kayu dinilai bukan hanya sebagai material bangunan, tetapi juga sebagai sumber energi terbarukan.
Serikat Pekerja menuntut agar kebijakan yang diambil tetap berpijak pada prinsip kedaulatan, keadilan sosial, dan keberlanjutan ekonomi.
Lighting Experience Days 2025 ini untuk meningkatkan keterampilan pelaku industri tata cahaya dan memperluas jaringan.
STARTUP Indonesia Nosuta membuka jalan bagi mahasiswa kehutanan untuk berkarier di Jepang. Lima belas mahasiswa Program Studi Kehutanan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM)
Indonesia berada di persimpangan antara pertumbuhan keuangan digital dan meningkatnya minat investor regional — ini momentum penting bagi industri kripto lokal.
Endress+Hauser, perusahaan instrumentasi pengukuran, layanan, serta rekayasa proses industri, merelokasi kantor cabang Medan ke lokasi yang lebih strategis.
DUA ekonom senior merespons isu merger Grab terhadap Goto.
Startup AI asal Prancis, Mistral AI berhasil mengumpulkan dana sebesar 385 juta euro dan menjadi pemimpin utama di Eropa.
Ke-12 startup Indonesia ini sudah menjadi unicorn. Apa saja? Simak yuks.
Dalam perjalanan membangun Aruna, Utari menekankan pentingnya bagi founders untuk melakukan riset pasar yang kuat dan menyeluruh
Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Nasari dikukuhkan sebagai pionir unicorn koperasi di Indonesia oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno.
Valuasi Gojek sudah menembus angka US$10 miliar atau setara Rp141 triliun.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved