Headline

Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Kapal Pintar Otonom Pertama di Dunia ini Siap Mengarungi Samudera

Adiyanto
30/4/2021 20:30
Kapal Pintar Otonom Pertama di Dunia ini Siap Mengarungi Samudera
Kapal Malflower 400, kapal otonom yang dilengkapi kecerdasan buatan(BEN STANSALL / AFP)

KAPAL itu menghentikan mesinnya di Plymouth Sound, lepas pantai barat daya Inggris. Ada sedikit riak air terkena goyangannya. Tak lama kemudian, Mayflower 400, demikian nama kapal itu, mengaktifkan sendiri hidrofon yang dirancang untuk mendengarkan suara ikan paus.

Kapal cerdas pertama di dunia itu diluncurkan, Jumat (30/4).  Memiliki tinggi 50 kaki (15 meter) dan bobot sembilan ton, kapal tersebut dapat berlayar secara otonom alias tanpa pengemudi. Mayflower 400 kini sedang mempersiapkan pelayaran transatlantic pertamanya.

Dalam perjalanannya, kapal yang dilapisi panel surya itu akan mempelajari polusi laut dan menganalisis plastik di dalam air, serta melacak mamalia air.

Brett Phaneuf, salah satu pendiri organisasi amal ProMare dan otak di balik proyek Mayflower, mengatakan, lautan memberikan pegaruh paling kuat pada iklim global.

Rosie Lickorish, seorang spesialis dalam teknologi yang muncul di IBM, salah satu mitra dalam proyek tersebut, mengatakan kapal tak berawak ini dapat memberikan keuntungan dalam penelitian laut dan perubahan iklim.

"Memiliki kapal tanpa orang di dalamnya memungkinkan para ilmuwan untuk memperluas wilayah yang dapat mereka amati," katanya kepada AFP.

Berbagai penyedia teknologi dan layanan telah berkontribusi pada proyek tersebut. Proyrk ini juga melibatkan ratusan individu dari berbagai negara termasuk India, Swiss, dan Amerika Serikat.

“Proyek ini diperkirakan menelan biaya 10 kali lipat dari sekitar US$1 juta yang diinvestasikan oleh ProMare tanpa dukungan masyarakat global," papar Phaneuf.

Kapten pintar  

Proyek nirlaba ini akan menawarkan data yang dikumpulkan selama penelitian secara gratis. Kapal otonom itu dijadwalkan berangkat pada 15 Mei jika cuaca mendukung dan izin diberikan oleh otoritas Inggris.

Nama Mayflower diambil dari kapal kuno yang digunakan para petualang Inggris sewaktu mencari kehidupan baru di Benua Amerika pada 1620. "Tidak akan ada yang bosan atau capek atau sakit di kapal yang satu ini. Jadi bisa memakan waktu berapa pun asalkan mereka yang terlibat proyek ini suka melakukan penelitian," ujar Phaneuf berseloroh, di pelabuhan Inggris.

Tiga teknisi komputer yang memeriksa peralatan dari jarak jauh, terlihat duduk di sampingnya. Meirwen Jenking-Rees, seorang mahasiswa teknik berusia 21 tahun, memeriksa mesin kapal sebelum diuji coba di laut.

Pembuatan kapal yang diopersasikan secara otomatis ini dilengkapi tenaga surya. Adapun proses pembuatannya  membutuhkan waktu satu tahun. Kapal ini dilengkapi "kapten pintar",  berupa kecerdasan buatan yang dibenamkan di ruang kemudi. Prosesnya membutuhkan waktu lebih lama karena komputer harus mempelajari cara mengidentifikasi hambatan maritim dengan menganalisis ribuan foto.

Seperti halnya mobil pintar,  Mayflower 400 juga harus diajari cara menghindari tabrakan di laut, juga mengatasi cuaca. Pakar robot dan insinyur perangkat lunak Ollie Thompson mengatakan dengan menjalankan "sejumlah skenario", kapal dapat mempelajari bagaimana tindakan yang baik atau pun buruk, serta aman maupun tidak. “Jadi kalau melakukan kesalahan, kapal ini bisa mengoreksi dirinya sendiri, lalu belajar sendiri," imbuhnya.

Kapal otomatis ini menggunakan "mata" dan "telinga"  canggih yang terdiri dari enam kamera dan radar.

Namun, karena kurangnya peraturan seputar pelayaran tak berawak, Mayflower 400 belum diuji di laut yang ganas atau badai, situasi yang digambarkan Jenking-Rees sebagai skenario kasus terburuk.

Namun, dalam simulasi, pesawat robotik itu telah menghadapi gelombang setinggi 50 meter. Lickorish menjelaskan bahwa kecerdasan buatan kapal akan sangat penting dalam melakukan eksperimen ilmiah.

"Ia dilatih dengan ratusan jam data audio untuk mendeteksi keberadaan mamalia laut, mengenali mamalia laut, dan benar-benar memberi tahu kami sesuatu tentang distribusi populasi di lautan terbuka". (AFP/M-4)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Adiyanto
Berita Lainnya