Headline

Tidak ada solusi militer yang bisa atasi konflik Israel-Iran.

Fokus

Para pelaku usaha logistik baik domestik maupun internasional khawatir peningkatan konflik Timur Tengah.

Lezatnya Grontol Ayam dan Carang Gesing di Omah Dhuwur Kotagede

Ardi Teristi Hardi
28/4/2021 05:43
Lezatnya Grontol Ayam dan Carang Gesing di Omah Dhuwur Kotagede
Menu Grontol Ayam dan Carang Gesing jadi andalan Omah Dhuwur Kotagede(MI/Ardi Teristi Hardi )

WILAYAH Kotagede, Yogyakarta, selama ini dikenal sebagai sentra kerajinan perak. Namun, bekas Ibukota Kerajaan Mataram Islam ini ternyata menyimpan berbagai kuliner tradisional nan lezat dan menyegarkan, seperti Grontol Ayam, Carang Gesing, hingga Java Punch. Sayang untuk dilewatkan.

Salah satu pemilik Omah Dhuwur, Mela Maulani menjelaskan, Grontol Ayam menjadi salah satu menu andalan di Omah Dhuwur. "Menu ini bisa menjadi pilihan bagi mereka yang tidak makan nasi," terang Mela, Minggu (25/4).

Ayam Grontol dibuat dari ayam yang telah diungkep kemudian dimasak bersama jagung manis dan bumbu-bumbu dapur, seperti bawang merah, bawang putih, kunir, kemiri kemangi, tomat, dan garam. Penyajiannya pun cukup unik. Ayam Grontol dan nasi putih masing-masing disajikan dalam balutan daun pisang. Selain itu, ada pula lalapan dan acar sebagai pelengkap.

Untuk pencuci mulut, Omah Dhuwur memiliki makanan Carang Gesing. Makanan ini dibuat dari beberapa bahan, seperti pisang kepok kuning, kuning telur, gula pasir, santan, susu, vanili, es crim, dan stroberi.

"Carang Gesing di sini kita modifikasi dengan krim. Jadi lebih kental," terang dia.

Sementara itu, untuk minuman, Java Punch menjadi pilihan yang menyegarkan sekaligus menyehatkan. Java Punch dibuat dari aneka empon-empon, seperti jahe, kunir, asem, dan jeruk nipis.Walaupun minuman tradisional, rasanya Java Punch cocok dinikmati oleh milenial.

Satu porsi Grontol Ayam dan Carang Gesing, masing-masing dibanderol dengan harga Rp40 ribu dan Rp20 ribu. Sementara itu, minuman Java Punch dibanderol dengan harga Rp25 ribu.

Arsitektur Unik

Omah Dhuwur menjadi salah satu pionir restoran di wilayah Kotagede. Beroperasi sejak 2002, restoran ini memiliki dua bangunan utama, yaitu rumah kalang dibangun tahun 1900-an pada bagian depan dan joglo dibangun tahun 1700 an.

Kedua bangunan tersebut memiliki luas sekitar 500 meter persegi di atas tanah seluas 3.500 meter persegi. Dengan luas itu, tempat ini bisa menampung pengunjung hingga 700 orang.

"Pada masa pandemi, kami membatasi maksimal 300 orang agar sesuai dengan aturan prokes," kata Mela.

Tidak hanya kuliner, pengunjung bisa juga melakukan aktivitas yang lain di sini, seperti belajar membatik ataupun belajar membuat perhiasan dari perak. Dalam kesempatan itu, Mela pun menceritakan cikal bakal restoran Omah  Dhuwur. Awal mulanya keluarganya terlebih dulu mendirikan tempat kerajinan  perak (HS Silver). Setelah itu, keluarganya kemudian berpikiran untuk membuat restoran. "Kebetulan waktu itu di sini belum ada restoran yang  besar," kata dia.

baca juga: Kuliner

Bangunan Omah Dhuwur yang dulunya pernah menjadi sekolah saat zaman Belanda ini kemudian direnovasi hingga menjadi seperti saat ini.

"Saya tidak ingat nama bangunan ini dulunya apa. Namun, karena bangunan ini lebih tinggi dari pada bangunan yang lain, bangunan ini kemudian dinamai Omah Dhuwur (rumah yang tinggi)," kata dia.

Sementara itu, menurut salah seorang pengunjung, Yanto menyebut, suasana di Omah Dhuwur sangat nyaman dengan pemandangan yang indah. Ia pun tertarik dengan arsitektur dan ornamen-ornamen perpaduan tradisional Jawa, Cina, dan Eropa yang ada di Omah Dhuwur.

"Makanannya juga lezat. Bumbu rempah-rempahnya terasa dan minumannya menyegarkan," tutup dia. (OL-3)

 

 

 

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya