Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Langit Beijing Menguning Diterpa Badai Pasir Terburuk

Adiyanto
16/3/2021 09:00

BADAI pasir yang melanda Beijing, pada Senin (15/3), membuat ibu kota Tiongkok itu diselimuti kabut kuning tebal menyebabkan melonjaknya tingkat polusi. Warga tepaksa menggunakan kacamata, masker, dan penutup rambut untuk melindungi diri dari debu dan pasir yang bertiup dari Gurun Gobi tersebut.

Pemerintah kota memerintahkan sekolah untuk membatalkan kegiatan olahraga dan acara di luar ruangan dan menyarankan masyarakat untuk tetap di rumah jika memungkinkan. Kabut juga menyebabkan sejumlah penerbangan dibatalkan.

Badan cuaca setempat menyatakan badai pasir terbesar yang melanda Tiongkok dalam satu dekade itu, telah menyebabkan kualitas udara memburuk. Jarak pandang di Beijing kini kurang dari 500 meter.

Di bawah asap  tebal yang menyelimuti bangunan dan jalan, penduduk Beijing khawatir terhadap risiko kesehatan mereka. Tingkat polusi mencapai PM 2.5, yang berbahaya.

"Saya merasa setiap tarikan napas akan memberi saya masalah paru-paru," kata warga Beijing Zhang Yunya kepada AFP.

Sebuah studi tahun 2019 yang diterbitkan dalam jurnal Nature Sustainability menemukan sekitar dua juta mil persegi vegetasi telah ditanam di bumi sejak tahun 2000, seperempatnya disumbangkan oleh Tiongkok. Tetapi, dampak dari zona hijau itu disangsikan mampu menghijaukan gurun di barat laut negara itu.

Pan Xiaochuan, seorang ahli kesehatan lingkungan yang berbasis di Beijing, mengatakan kepada AFP bahwa kurangnya hujan atau salju baru-baru ini, membuat tanah menjadi sangat kering dan membuat badai pasir sangat ganas.

"Jika kelembapan lebih sedikit, lebih banyak debu yang terkikis. Karena badai pasir dihembuskan dari ketinggian, pohon sebagai sabuk penahan angin pada umumnya tidak akan efektif." ujarnya.

“Badai pasir yang bertiup ke ibu kota adalah akibat dari kondisi cuaca ekstrem dan penggurunan,” kata Li Shuo dari Greenpeace.

Namun dia mengatakan kepada AFP bahwa aktivitas industri yang "intens" juga telah berkontribusi pada udara buruk di Beijing selama beberapa pekan terakhir. Produksi baja, semen, dan aluminium, kata dia, sudah melampaui tingkat seperti sebelum pandemi,  karena ekonomi kembali menggeliat. (AFP/M-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Adiyanto
Berita Lainnya