Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
Kepunahan hewan-hewan berukuran besar ternyata berpengaruh terhadap perkembangan otak manusia. Hal ini diungkap dalam sebuah studi yang dilakukan para peneliti dari Tel-Aviv University.
Ketika manusia pertama kali muncul di Afrika 2,6 juta tahun lalu, rata-rata hewan yang menjadi buruan mereka berukuran besar, dengan berat lebih dari 1.000 pon (sekitar 450 kilogram). Namun, sepanjang era Pleistosen (sekitar 2,5 juta hingga 11 juta tahun yang lalu), ketika banyak makhluk berukuran besar di Bumi di ambang kepunahan, hal tersebut memaksa nenek moyang kita untuk mengembangkan berbagai metode baru untuk menangkap hewan buruan yang lebih kecil.
Saat mereka beralih untuk memburu mangsa yang lebih kecil dan gesit inilah, manusia mulai mengembangkan kemampuan kognitif yang lebih tinggi dan diduga mengalami pertumbuhan volume otak dari 650cc menjadi 1.500cc.
Dr. Miki Ben-Do dari Tel-Aviv University, mengungkapkan, berburu hewan yang lebih kecil menghasilkan tekanan evolusioner yang berkepanjangan pada fungsi otak manusia. "Memburu binatang yang lebih kecil, yang dapat berlari atau terbang dengan sangat cepat, membutuhkan fisiologi yang harus disesuaikan untuk mengejar hewan buruan serta alat yang lebih canggih," papar Dr Ben-Do seperti dilansir dari dailymail.co.uk, Selasa (2/3).
"Aktivitas kognitif juga meningkat karena saat perburuan membutuhkan pengambilan keputusan yang cepat, untuk mengenali perilaku hewan informasi ini perlu disimpan dalam memori yang lebih besar," imbuhnya.
Ketika ukuran hewan mulai mengecil, manusia juga mulai mengembangkan persenjataan yang lebih fungsional untuk mendukung perburuannya, seperti busur dan anak panah, tombak, bahkan manusia telah bisa memanfaatkan hewan lain untuk membantunya berburu.
'Namun saat manusia memutuskan untuk membuat pemukiman permanen dan bercocok tanam, perkembangan di otak mereka justru menurun ke volume saat ini yaitu 1300-1400cc," jelas Dr Ben-Do.
"Ini terjadi karena sumberdaya yang mereka kembangkan tanaman dan hewan peliharaan itu tidak dapat terbang, sehingga tidak diperlukan lagi alokasi kemampuan kognitif seperti ketika mereka melaksanakan tugas perburuannya," sambungnya.
Tesis Dr. Ben-Do tentang perkembangan otak manusia ini mendapatkan dukung dari Profesor Ran Barkai dari Jacob M. Alkow, yang merupakan peneliti senior di Department of Archaeology di Tel Aviv University.
Namun, menurut dua profesor ini, perkembangan otak manusia ini jugalah yang menjadi penyebab utama kepunahan hewan-hewan besar di Bumi. "Di mana pun kemunculan manusia, baik homo erectus atau homo sapiens, cepat atau lambat diikuti dengam kepunahan massal hewan besar," ungkap Prof. Barkai.
"Ketergantungan pada hewan besar itu ada harganya, karena manusia seringkali merusak rantai makanan mereka sendiri," pungkasnya. (M-4)
Peneliti berhasil mengidentifikasi rahang Penghu 1 dari dasar laut Taiwan sebagai milik Denisovan, spesies manusia purba yang misterius.
Penemuan baru di Gua Kruger, Afrika Selatan, mengungkapkan teknik berburu canggih yang digunakan oleh manusia purba sekitar 7.000 tahun yang lalu.
Indonesia merupakan rumah bagi koleksi fosil manusia purba terbesar di Asia Tenggara. Dari seluruh temuan Homo erectus di dunia, 60% ditemukan di Indonesia.
Penemuan fosil manusia berusia sekitar 86.000 tahun di Gua Tam Pà Ling, Laos, memberikan wawasan baru tentang keberadaan manusia purba di Asia Tenggara.
Sekitar 40.000 tahun yang lalu, Homo sapiens muncul dari Afrika menggantikan Neanderthal, yang telah hidup di Eurasia barat selama ratusan ribu tahun.
Sebagai bentuk penghargaan dan kesepakatan para peneliti, fosil kerangka itu dinamai Besse, julukan khas bagi anak perempuan Suku Bugis
Selama ini diyakini neuron hanya tumbuh saat kecil, namun penelitian baru menunjukkan otak orang dewasa mungkin masih bisa menumbuhkan sel otak baru.
Peneliti menemukan otak perempuan mengalami perubahan signifikan selama pubertas, kehamilan, dan perimenopause akibat fluktuasi hormon.
Saat teh celup dengan kantong teh yang terbuat dari kertas dimasukan ke air panas, sifat kertas ialah menyerap air dan akan robek saat teh diseduh atau dicelupkan di air panas.
Durasi tidur yang dibutuhkan oleh anak per harinya berbeda-beda tergantung dari usia masing-masing.
Penelitian dari MLU menemukan stimulasi listrik ringan melalui metode tDCS dapat memengaruhi kecepatan dan fleksibilitas seseorang dalam mengambil keputusan.
Kurkumin diyakini dapat meningkatkan faktor neurotropik yang berasal dari otak (BDNF).
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved