Headline

Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Fosil Manusia Berusia 86.000 Tahun Ditemukan di Gua Tam Pà Ling

Febriansah
24/12/2024 12:13
Fosil Manusia Berusia 86.000 Tahun Ditemukan di Gua Tam Pà Ling
Penemuan fosil manusia berusia sekitar 86.000 tahun di Gua Tam Pà Ling, Laos, memberikan wawasan baru tentang keberadaan manusia purba di Asia Tenggara. (Kira Westaway)

PENEMUAN fosil tulang manusia berusia sekitar 86.000 tahun di sebuah gua di Laos mengguncang dunia arkeologi dan paleontologi. Fosil ini memberikan petunjuk baru tentang keberadaan manusia purba di Asia Tenggara.

Penemuan ini berasal dari Gua Tam Pà Ling, yang juga dikenal sebagai Gua Monyet, terletak di ketinggian sekitar 3.840 kaki (1.170 meter) di atas permukaan laut, di sebuah pegunungan di Laos utara. Fragmen tulang manusia yang ditemukan sebelumnya di gua ini diperkirakan berusia 70.000 tahun, menjadikannya salah satu bukti paling awal tentang keberadaan manusia di wilayah ini.

Tim arkeolog berhasil menemukan dua fragmen tulang baru, seperti yang dilaporkan dalam penelitian yang dipublikasikan pada 13 Juni 2023 di jurnal Nature Communications. 

Tulang-tulang tersebut terdiri dari bagian depan tengkorak dan tulang kering kemungkinan terbawa ke dalam Gua Tam Pà Ling selama musim hujan. Meskipun tulang-tulang ini retak dan tidak utuh, para peneliti dapat membandingkan ukuran dan bentuknya dengan tulang-tulang manusia purba lainnya, dan menemukan  tulang-tulang tersebut paling mirip dengan Homo sapiens daripada spesies manusia purba lain, seperti Homo erectus, Neanderthal, atau Denisova.

Menurut perkiraan para peneliti, tengkorak tersebut diperkirakan berusia sekitar 73.000 tahun. Sementara tulang keringnya berasal dari sekitar 86.000 tahun yang lalu.

Para peneliti menggunakan metode penanggalan luminesensi pada sedimen di sekitar lokasi, serta penanggalan seri uranium pada gigi mamalia dari lapisan yang sama untuk menentukan rentang usia sisa-sisa manusia tersebut.

Penanggalan luminesensi adalah metode yang mengukur waktu terakhir bahan kristal, seperti batu, terpapar sinar matahari atau panas, sementara penanggalan seri uranium adalah teknik radiometrik yang, seperti penanggalan karbon-14, mengukur peluruhan uranium menjadi thorium, radium, dan timbal seiring berjalannya waktu.

Penemuan ini sangat luar biasa, karena para peneliti telah lama memperdebatkan waktu kedatangan Homo sapiens di Asia.

Dikutip dari Live Science pada Selasa (24/12), Fabrice Demeter, seorang paleoantropolog di Universitas Kopenhagen sekaligus penulis utama studi ini, menyatakan bahwa sedikit sekali atau bahkan tidak ada penelitian antropologi yang dilakukan di Laos sejak perang dunia kedua.

“Perdebatan mengenai kolonisasi manusia di Asia Tenggara telah berlangsung selama beberapa dekade, karena para peneliti berusaha memahami bagaimana dan kapan manusia menyeberangi selat dan lautan hingga akhirnya mencapai Australia,” tambahnya.

Karena itu, Tam Pà Ling dianggap sebagai lokasi utama untuk mengajukan berbagai pertanyaan tentang migrasi, karena wilayah Asia Tenggara benar-benar berada di persimpangan antara Asia Timur dan kepulauan Asia Tenggara/Australia. (Live Science/Z-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya