Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Para Pemimpin Dunia Diminta Serius Antisipasi Perubahan Iklim

Adiyanto
09/1/2021 21:10
Para Pemimpin Dunia Diminta Serius Antisipasi Perubahan Iklim
Demo Perubahan Iklim di Paris, Prancis, November lalu(Lucas BARIOULET / AFP))

PARA pemimpin global akan mencoba menghidupkan kembali diplomasi lingkungan internasional pada Senin (11/1), dengan menggelar pertemuan puncak KTT keanekaragaman hayati.  Pertemuan ini sebagai salah satu upaya mengatasi dampak pemanasan global dan punahnya beragam spesies.

Pertemuan yang dinamai One Planet Summit ini tertunda pada 2020 akibat pandemi virus korona, krisis kesehatan yang menurut para ahli mencerminkan banyaknya ragam bahaya akibat perusakan lingkungan.

KTT yang dihelat di Prancis secara virtual ini bermitra dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Bank Dunia. KTT ini juga melibatkan Presiden Prancis Emmanuel Macron, Sekjen PBB Antonio Guterres, Kanselir Jerman Angela Merkel, dan Presiden Uni Eropa, Ursula Von der Leyen.

Prancis berharap, KTT pekan depan itu akan mempertemukan isu-isu seputar iklim dan perlindungan ekosistem. Sumber AFP menyatakan seiring dengan pemanasan global, pelestarian keanekaragaman hayati adalah jaminan bagi kelangsungan hidup manusia.

Sejauh ini, upaya melindungi dan memulihkan alam dalam skala global dianggap gagal

Planet ini (Bumi) berada di titik puncak kepunahan massal. Para ilmuwan sepakat musnahnya beragam spesies telah meningkat 100 hingga 1000  kali lipat.

Panel penasehat sains PBB untuk keanekaragaman hayati memperingatkan dalam laporan penting tahun 2019, bahwa satu juta spesies terancam punah, sebagian besar disebabkan oleh hilangnya habitat dan eksploitasi alam yang berlebihan.

Aktivitas manusia, simpulnya, telah sangat merusak tiga perempat lahan bebas es di planet ini.

Darurat Iklim

Gambaran tentang perubahan iklim sama mengerikannya. Di bawah kesepakatan Paris 2015, negara-negara di dunia berjanji untuk membatasi pemanasan global jauh di bawah 2 derajat  celsius dan 1,5 derajat celsius,  jika memungkinkan.

Sejauh ini, dengan pemanasan rata-rata per tahun lebih dari 1 derajat celsius saja, dunia telah menyaksikan puncak kekeringan yang mematikan, gelombang panas, curah hujan yang menyebabkan banjir, dan badai super yang semakin merusak dengan naiknya air laut.

Layanan pemantauan iklim Uni Eropa mengatakan 2020 sebagai tahun terpanas.

Bulan lalu, Guterres memperingatkan bahwa sejumlah negara tidak berbuat maksimal untuk menghindari kenaikan suhu yang merusak bumi. Dia mendesak para pemimpin dunia untuk mengumumkan "darurat iklim" di negara mereka.

KTT iklim utama PBB berikutnya, COP26, juga ditunda karena pandemi dan direncanakan digelar pada November.

Para peserta KTT  yang akan digelar Senin menyatakan siap menunjukkan komitmen mereka menjadi aksi nyata untuk melestarikan dan memulihkan keanekaragaman hayati. Para pemimpin negara yang hadir akan mempresentasikan inisiatif  mereka pada sejumlah tema, yakni perlindungan ekosistem darat dan laut, agro-ekologi, pendanaan untuk keanekaragaman hayati dan hubungan antara deforestasi, spesies, dan kesehatan manusia.

Oktober lalu, panel keanekaragaman hayati PBB memperingatkan tanpa perubahan mendasar cara manusia dalam memperlakukan alam, pandemi di masa depan akan lebih sering terjadi, membunuh lebih banyak orang, dan mendatangkan kerusakan yang lebih buruk pada ekonomi global daripada covid-19. (M-4)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Adiyanto
Berita Lainnya