Warga Bergotong-royong Menyelamatkan Gereja Bersejarah di Jerman

Adiyanto
20/12/2020 16:06

HANS Powalla seorang atheis.  Namun, dia dan penduduk desa lainnya di sekitar Kota Stiege di Jerman telah memulai tugas mulia menyelamatkan bangunan gereja bersejarah yang sangat indah dengan memindahkannya dari tengah hutan ke pusat kota.

Powalla, mantan tukang listrik berusia  74 tahun itu mengatakan, aksi mereka lantaran terpesona dengan arsitektur bangunan gereja yang unik dan makna yang diberikannya kepada wilayah di pegunungan Harz tersebut.

Objek yang dimaksud adalah gereja paranada, atau gereja kayu, lengkap dengan ornamen naga di bagian atapnya. Gereja bergaya Nordik itu dibangun pada 1905.

Bangunan itu adalah salah satu dari tiga gereja di era tersebut yang masih berdiri di Jerman, dan digolongkan sebagai monumen penting.

Tidak seperti kebanyakan gereja yang memiliki bagian-bagian menonjol di pusat kota, tempat ibadah ini dibangun sebagai sarana perlindungan pribadi bagi pasien yang baru sembuh dari penyakit paru-paru di sanatorium yang terletak di dalam hutan. Tetapi, sanatorium itu ditutup dan pada 2009 gereja tersebut tidak lagi digunakan.

Lokasinya yang terisolasi dan terpencil menjadikannya target para vandalisme.

Pada 2013, salah satu area di sekitar bangunan ini juga sempat terbakar, tepatnya di bekas klinik paru-paru, hanya beberapa meter dari gereja.

"Dari desa, kami melihat gumpalan asap hitam. Untungnya gereja itu tidak rusak," kata Regina Nowolski, 69, anggota Asosiasi Pecinta Gereja Kayu, yang didirikan bersama Powalla.

"Dari peristiwa itu muncul gagasan bahwa kami harus melakukan sesuatu atau gereja itu suatu hari akan runtuh," kata Regina Bierwisch, juru bicara asosiasi tersebut.

"Satu-satunya solusi untuk menyelamatkan gereja adalah dengan memindahkannya."

Ternyata ide Regina dkk tidak mudah diwujudkan. Sejumlah tantangannya antara lain sulitnya mendapatkan izin memindahkan bangunan dan mencari cara bagaimana memindahkannya. Mereka sempat mempertimbangkan mengangkat seluruh bangunan dengan helikopter militer, Namun, di sisi lain, mereka juga bingung karena tak punya dana.

Anggota asosiasi lantas membawa masalah tersebut ke wali kota. Mereka juga menulis surat kepada otoritas federal yang mengurus konservasi bangunan dan membuat permohonan untuk menggalang dana dari masyarakat.

"Pada awalnya saya menganggapnya sebagai ide yang lucu. Tapi saya segera menyadari bahwa mereka tidak menyerah, mereka ada di sana untuk melihatnya," kata Ronald Fiebelkorn, wali kota wilayah Oberharz am Brocken, kepada AFP.

Didukung antusiasme warga, Fiebelkorn kemudian membawa ide ini ke otoritas negara bagian dan federal. Para pejabat pun akhirnya mengalah. Dengan dukungan dan pendanaan dari masyarakat dan pemerintah, proyek sebesar 1,1 juta euro (US$1,3 juta) untuk memindahkan gereja itu, sekarang memasuki tahap akhir.

Sebidang tanah telah disediakan di Kota Stiege, ditawarkan oleh otoritas regional kepada asosiasi dengan harga murah. Asosiasi juga membeli gereja tersebut dari pemilik saat ini, sebuah perusahaan real estate di Berlin, dengan harga hanya satu euro.

Peletakan batu pertama di tempat baru tersebut dimulai pada November dan setelah pondasi beton dipasang, mulai Maret gereja akan dibongkar dari atas ke bawah dengan mencopot satu persatu papannya.

"Sama seperti rumah Lego," kata Bierwisch. (M-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Adiyanto
Berita Lainnya