Headline

Presiden sebut negara butuh kepolisian tangguh, unggul, bersih, dan dicintai rakyat.

Fokus

Puncak gunung-gunung di Jawa Tengah menyimpan kekayaan dan keindahan alam yang luar biasa.

Selera Musik Ternyata Tidak Bebas dari Prasangka

MI Weekend
25/11/2020 08:35
Selera Musik Ternyata Tidak Bebas dari Prasangka
James Hetfield, pentolan band heavy metal, Metallica.(AFP/GEORG HOTCHMUTH/APA)

Musik konon bisa memicu respon emosional yang kuat. Namun, ternyata bukan hanya lantaran suara penyanyi, lirik, dan juga irama. Respons emosional terhadap musik terbukti juga bersumber pada stereotipe yang kita miliki terhadap genrenya. 

Dilansir Neuroscience News, Minggu (22/11), seorang peneliti musik bernama Profesor Emery Schubert yang berasal dari bidang Seni dan Ilmu Sosial di University News South Wales, Australia serta Dr. Marco Susino di  Flinders University, Australia menemukan bahwa manusia menggunakan stereotipe dan pengalaman masa lalu saat menanggapi musik secara emosional.

“Beberapa orang tampaknya sudah menetapkan respons emosional mereka bahkan tanpa mendengarkan musiknya, karena memiliki prasangka atau stereotipe pada genre musik tertentu,” ujar Susino.

Dalam riset tanpa mendengarkan musik sama sekali ini, para peneliti sekadar menggunakan lirik serupa dengan menyertakan label genre yang berbeda-beda untuk mengetahui respons responden. 

“Dengan penelitian ini, kami dapat memprediksi bahwa seseorang akan memiliki respons emosional terhadap musik, bahkan tanpa perlu menyimaknya, hanya karena stereotipe budaya tentang musik tersebut," kata Schubert.

Misalnya, tanpa perlu memutar musik apa pun, lirik berlabel 'heavy metal' menghasilkan respons emosional yang sama sekali berbeda daripada ketika lirik yang sama disebutkan kepada pendengarnya sebagai "Gagaku Jepang".

Dalam studi sebelumnya yang sama tentang stereotipe tentang musik hip hop atau musik heavy metal, tercatat genre ini dikaitkan dengan kemarahan, ketakutan, dan rasa jijik. "Mereka dianggap memiliki nilai negatif dibandingkan dengan lirik yang sama ketika diberi label sebagai ‘musik pop," ucap Schubert.

Susino menambahkan, itu menandakan tanggapan emosional kita sebagian didasarkan pada perspektif dan ekspektasi kita terhadap musik bersangkutan, ketimbang karena konten yang diekspresikannya. 

Mereka berkesimpulan, temuan studi ini menunjukkan betapa pentingnya musik dalam mendobrak stereotipe budaya. “Cara Anda menantang stereotipe adalah dengan membenamkan diri dalam budaya itu,” katanya. “Jika kita ingin menjadi lebih baik sebagai individu dan secara kolektif, kita perlu menantang beberapa asumsi yang kita buat. Dalam hal itu, saya pikir musik dapat digunakan untuk membantu meruntuhkan beberapa penghalang yang ada antara budaya dan stereotipe yang berbeda." (NeuroScienceNews/Yulia Kendriya Putrialvita/M-2) 

 

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Irana Shalindra
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik