Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

Perbandingan Perguruan Tinggi di Indonesia dengan Korea Selatan dalam Riset

M Iqbal Al Machmudi
18/6/2025 20:17
Perbandingan Perguruan Tinggi di Indonesia dengan Korea Selatan dalam Riset
Ilustrasi(Medcom)

KARAKTER pendidikan perguruan tinggi di Indonesia dan Korea Selatan memiliki perbandingan yang cukup signifikan terutama dalam pengembangan riset atau penelitian.

Eks Rektor di Cyber University of Foreign Studies, Hankuk University pada 2014-2017 yang kini menjabat sebagai Rektor Universitas Siber Asia (Unsia), Cho Jang Youn, mengungkapkan profesor di Indonesia memiliki waktu yang sedikit untuk melakukan riset atau penelitian karena waktunya dihabiskan untuk mengajar di kampus.

"Profesor di banyak universitas di Korea Selatan hanya mengajar 6 jam per minggu, atau maksimal 9 jam. Di Indonesia bisa sampai 20 jam. Jadi, para profesor tidak punya waktu untuk riset lebih lanjut," kata Cho, Rabu (18/6).

Perbedaan lainnya yakni kualitas sekolah pascasarjana dinilai kurang optimal untuk melakukan riset. Sehingga ke depan banyak profesor tidak tahu bagaimana cara melakukan riset. Untuk itu sangat penting untuk bekerja sama dengan universitas di Korea Selatan, Singapura, atau universitas-universitas di Amerika Serikat.

"Poin selanjutnya yakni lingkungan universitas juga yang tidak karena di Indonesia ada 3.277 universitas tapi skala univeristas yang sangat kecil yang hanya punya  1.000, 2.000, bahkan 500 mahasiswa, tidak bagus. Sementara di Korea Selatan hanya ada 200 universitas," ungkap rektor asing pertama di Indonesia itu.

Menurutnya universitas seharusnya bersifat spesialisasi. Cho mencontohkan Institut Pertanian Bogor (IPB) yang terkenal di bidang pertanian, Institut Teknologi Bandung (ITB) di bidang teknik dan spesialisasi lainnya baik di bidang IT, bisnis, dan lainnya. 

"Jadi, lebih baik berspesialisasi. Jadi, universitas di Korea biasanya berspesialisasi. Universitas kuat di bidang kedokteran, atau sains, atau farmasi," ungkapnya.

Mengajar dengan Hati

Cho yang sudah 5 tahun menjabat sebagai rektor di Unisa membawa misi untuk membuka peluang bagi siapapun bisa duduk di jenjang perguruan tinggi.

"Banyak anak yang kehilangan kesempatan untuk pendidikan karena sebagian besar dari mereka secara ekonomi kurang mampu. Jadi, lebih baik membawa universitas ke mereka dengan cara memberikan akses yang mudah, berkualitas, dan terjangkau," ungkapnya.

Biaya kuliah di Unisa jauh lebih murah hanya Rp3 juta per semester. Tujuan utama universitasnya ingin menjadikan kualitas pengajaran terbaik.

"Jadi, saya membuat pusat riset untuk keunggulan pengajaran. Jadi, sekarang kami mempelajari bagaimana cara meningkatkan kualitas pengajaran. Sekarang, saya sudah mendirikan pusat keunggulan pengajaran. Dan bulan depan saya akan membuka pusat karier masa depan," ungkapnya.

"Jadi, universitas Siber Asia yang paling penting adalah human touch. Kita harus bekerja erat dengan mahasiswa," pungkasnya.(H-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Indrastuti
Berita Lainnya