Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
PIMPINAN Pusat (PP) Muhammadiyah mengingatkan kepada Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan Aisyiyah (PTMA) untuk tidak sembarangan memberikan gelar profesor kehormatan.
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir mengingatkan seluruh PTMA di Indonesia agar tidak sembarangan memberikan gelar profesor kehormatan. Ia menekankan pentingnya menjaga integritas akademik dan marwah kelembagaan.
“Pesan kami, PTMA jangan ikut-ikutan memberikan gelar profesor kehormatan. Ini memang belum masuk SK, tetapi sudah jadi arahan,” ujar Haedar dalam sambutannya saat menghadiri pengukuhan Prof Dr Jebul Suroso sebagai guru besar Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP), Kamis (10/4).
Menurut Haedar, gelar profesor bukan sekadar simbol, melainkan jabatan akademik yang melekat pada institusi dan profesi seseorang.
Ia bahkan menyebutkan bahwa meskipun belum ada surat keputusan resmi, imbauan tersebut layak dianggap sebagai arahan langsung dari pimpinan pusat demi menjaga kredibilitas PTMA.
Dalam kesempatan itu, Haedar juga menyinggung capaian PTMA secara nasional. Saat ini, terdapat 14 perguruan tinggi Muhammadiyah yang telah mengantongi akreditasi unggul.
Namun ia mengingatkan, pencapaian institusional harus dibarengi dengan peningkatan mutu tridarma perguruan tinggi, termasuk kontribusi nyata dalam mencerdaskan bangsa dan membangun peradaban.
Haedar pun menyoroti posisi perguruan tinggi di Indonesia yang masih tertinggal dalam peringkat universitas dunia. Bahkan perguruan tinggi negeri sekalipun belum mampu bersaing di jajaran atas.
“Universitas Indonesia saja berada di peringkat 206 dunia. Selebihnya berada di bawah peringkat 300, 400, bahkan 1.000. PTMA ada di kisaran 1.200-an,” ujar dia.
Ia juga membandingkan posisi perguruan tinggi di Indonesia dengan negara-negara di Timur Tengah dan Amerika Latin yang sudah lebih unggul.
“Kita harus bekerja keras hanya untuk masuk ke dalam standar pemeringkatan universitas dunia. Artinya, meskipun kita merasa besar di dalam negeri, di tingkat global kita masih tertinggal,” tegas Haedar.
Lebih lanjut, Haedar menyebut daya saing sumber daya manusia Indonesia pun masih rendah. Dalam lingkup ASEAN saja, Indonesia tertinggal dari tujuh negara lain. Karena itu, ia menyerukan agar seluruh perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta, menjalankan “jihad pendidikan” dengan kesungguhan dan tekad membangun kualitas.
Sementara itu, Prof. Dr. Jebul Suroso yang dikukuhkan sebagai guru besar bidang manajemen keperawatan, menjadi guru besar ke-16 di UMP. Dalam pidatonya, Jebul berharap profesi keperawatan dapat terus berkembang mengikuti kemajuan zaman.
“Saya berharap karakter perawat semakin baik, adaptif terhadap teknologi, kuat, modern, dan memiliki jiwa kewirausahaan,” ujar Jebul yang juga menjabat sebagai Ketua Forum Rektor PTMA. (H-2)
Haedar Nashir mendukung kepercayaan Presiden RI kepada Brian untuk memajukan pendidikan tinggi.
Haedar kemudian mengajak seluruh lapisan masyarakat dan elit politik mengedepankan kejujuran, keterpercayaan, kerja keras, kemandirian, kebersamaan, keluhuran moral, dan keberadaban.
Muhammadiyah telah memulai program itu (makan bergizi gratis) lewat kerja sama lintas Majelis Pendidikan Dasar Menengah dan Majelis Pembinaan Kesehatan Umum (PKU).
UMS sebagai perguruan tinggi memiliki visi pemberi arah perubahan di berbagai bidang IPTEKS.
WAKIL Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Wamendikdasmen) Fajar Riza Ul Haq mengatakan, kampus yang berkemajuan ialah kampus yang mampu memberikan dampak bagi masyarakat lokal.
MOMEN Mei-Juni penting untuk disegarkan kembali.
KETUA Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir mengatakan, syariat lahiriyah dalam momentum Idul Adha ialah menyembelih hewan kurban.
Perguruan Tinggi Muhammadiyah & 'Aisyiyah (PTMA) memiliki tantangan strategis untuk mempertahankan bahkan meningkatkan kenaikan mahasiswa.
Haedar berpendapat, implementasi hal tersebut, yakni sekolah swasta gratis bukan hal yang mudah diimplememtasikan di negara besar dengan penduduk lebih dari 281 juta jiwa.
Pancasila harus betul-betul dijadikan nilai penting yang menjiwai dan sekaligus membentuk pemikiran mendasar dalam kehidupan berbangsa dan penyelenggaraan bernegara.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved