Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
KELOMPOK manusia prasejarah yang hidup berburu dan meramu di Eropa Utara atau wilayah Baltik rupanya sudah mengenal keragaman tradisi kuliner. Hal itu diungkap sekelompok arkeolog yang menganasilis pecahan tembikar dari masa antara 7500 hingga 6000 tahun silam (era prasejarah).
Tembikar itu diambil para arkeolog dari 500 bangkai kapal yang ditemukan di 61 situs arkeologi di seluruh wilayah Baltik. Dalam penelusuran itu mereka juga menemukan perbedaan yang cukup mencolok terkait preferensi makanan dan praktik kuliner di sejumlah kelompok.
Preferensi bahkan terlihat di daerah yang memiliki kesamaan ketersediaan sumber daya. Pada saat itu tembikar sudah digunakan untuk menyimpan bahan makanan seperti ikan laut, anjing laut, berang-berang, babi hutan, beruang, dan rusa, hingga kacang hazel, serta ikan air tawar.
Salah satu penulis makalah penelitian, Harry Robson menjelaskan penemuan ini cukup mengejutkan mengingat tembikar atau pot keramik kurang praktis atau tidak konsisten dengan gaya manusia berburu dan meramu yang hidupnya nomaden. Meski begitu, peneliti juga telah berhasil mengidentifikasi bukti lain yang sebelumnya tak pernah diduga yakni produk susu.
Dari penemuan itu, para arkeolog kemudian menduga manusia di era berburu dan meramu rupanya juga telah menjalin relasi dengan manusia yang hidup di jaman Mesolithikum Akhir atau yang mulai mengenal pertanian.
"Kehadiran lemak susu di beberapa kapal pemburu dan peramu adalah contoh tak terduga dari 'perpaduan budaya' kuliner. Penemuan ini memiliki implikasi bagi pemahaman kita tentang transisi dari gaya hidup pemburu dan peramu ke masa pertanian awal. Hal ini menunjukkan bahwa komoditas ini mulai ditukar atau mungkin dijarah dari petani terdekat," tutur Peneliti dari Departemen Arkeologi, University of York, itu seperti dilansir dari Sciencedaily, Kamis, (15/10).
Dalam proses penelusurannya, peneliti dalam studi ini mengadopsi teknik molekuler dan isotop untuk menganalisis pecahan tembikar. Rekan Harry, Oliver Craig menjelaskan analisis kimiawi pada produk alami atau sisa makanan yang menempel pada tembikar ini telah merevolusi pemahaman terkait tradisi kuliner menjelang akhir era berburu-meramu dan masa awal pertanian.
"Hasilnya menunjukkan bahwa mereka rupanya juga memiliki kompleksitas pada masakan dan berbeda secara budaya," tutur Oliver.
Adapun analisis residu organik pada pola sub-regional terkait penggunaan tembikar oleh masyarakar pemburu dan peramu ini sebelumnya pernah diterbitkan di Royal Society Open Science. Penelitian didanai oleh European Research Council yang dihibahkan melalui British Museum. (M-4)
UPAYA segera menindaklanjuti proses repatriasi sejumlah benda bersejarah ke tanah air merupakan bagian penting dalam pembangunan sektor kebudayaan nasional.
Pengetahuan tentang kriteria sebuah warisan zaman dulu dapat diklasifikasikan sebagai cagar budaya masih minim di tengah masyarakat Indonesia.
Pada Juli lalu, kolektor seni asal Australia, Michael Abbot telah menghibahkan enam lembar Al-Quran tulis tangan abad ke 17 kepada Museum Negeri NTB.
Selama kunjungan ke Burkina Faso pada 2017, Presiden Prancis Emmanuel Macron berjanji untuk mengembalikan ‘warisan’ Afrika ini dalam waktu lima tahun.
Benda-benda yang disita itu antara lain, patung gajah batu kapur dari Timur Tengah kuno hingga sebuah patung abad ketujuh dari Tiongkok.
Badan Kebudayaan PBB mengatakan telah mengonfirmasi bahwa setidaknya 53 situs bersejarah Ukraina, bangunan keagamaan dan museum telah mengalami kerusakan selama invasi Rusia.
Peneliti berhasil mengidentifikasi rahang Penghu 1 dari dasar laut Taiwan sebagai milik Denisovan, spesies manusia purba yang misterius.
Penemuan baru di Gua Kruger, Afrika Selatan, mengungkapkan teknik berburu canggih yang digunakan oleh manusia purba sekitar 7.000 tahun yang lalu.
Indonesia merupakan rumah bagi koleksi fosil manusia purba terbesar di Asia Tenggara. Dari seluruh temuan Homo erectus di dunia, 60% ditemukan di Indonesia.
Penemuan fosil manusia berusia sekitar 86.000 tahun di Gua Tam Pà Ling, Laos, memberikan wawasan baru tentang keberadaan manusia purba di Asia Tenggara.
Sekitar 40.000 tahun yang lalu, Homo sapiens muncul dari Afrika menggantikan Neanderthal, yang telah hidup di Eurasia barat selama ratusan ribu tahun.
Sebagai bentuk penghargaan dan kesepakatan para peneliti, fosil kerangka itu dinamai Besse, julukan khas bagi anak perempuan Suku Bugis
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved