Headline
Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.
Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.
Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.
Setelah bebas mengonsumsi aneka makanan saat liburan, saatnya kembali menjaga asupan makanan, alias diet. Namun program diet kamu belum tentu pas untuk temanmu. Aturan ini pun berlaku untuk anak kembar.
Sebuah studi terbaru menunjukan kesalahan terbesar memangkas lemak, karbohidrat, atau kalori. Pasalnya makanan yang dikonsumsi berdampak berbeda pada setiap orang. Perbedaannya terkait dengan kadar gula dan lemak dalam darah, sehingga respon tubuh setiap orang berbeda.
Temuan yang disebut Predict 1 ini dilakukan peneliti kolaborasi King's College London dan Rumah Sakit Umum Massachusetts dan Universitas Stanford di AS. Selaku pemimpin riset itu, Tim Spector, profesor epidemologi genetika King's College London mengaku terkejut dengan temuan itu.
Predict 1 menunjukan asupan kalori yang selama ini memengaruhi berat badan ternyata kurang tepat. "Pada praktiknya tidak akan berguna, karena respon tubuh seseorang terhadap makanan berbeda, meski dengan jumlah kalori yang sama," ujar Spector.
Para peneliti pun mengaku terkejut akan penelitian itu. Tentang bagaimana karbohidrat dan lemat memengaruhi mereka secara berbeda.
"Ini temuan yang mengejutkan. Ini berarti label nutrisi dalam kemasan makanan yang menunjukan kandungan karbohidrat dan lemat tidak berguna. Studi ini menemukan 'makronutrien' (gula, lemak, dan protein) menjelaskan kurang dari 30% respon terhadap makanan," ujar Sarah Berry, profesor ilmu gizi King's College London.
Temuan ini mungkin bisa menjelaskan mengapa beberapa orang bisa memakan donat tanpa menambah berat badan, sedangkan yang lain hanya melihat biskuit bisa mengalami kenaikan berat badan.
Riset Predict 1 ini dilakukan pada 1.100 peserta yang kebanyakan kembar identik. Pemilihan peserta sangat penting karena menunjukan respon yang unik dari anak kembar akan makanan yang sama. Berarti gen tidak menjadi alasan perbedaan reaksi makanan. Pasalnya anak kembar memiliki genetik yang identik, sehingga perbedaan berat badan itu karena penyebab yan glain.
Berdasarkan studi itu, faktor gaya hidup, tidur, dan olahraga memengaruhi respon tubuh kita terhadap makanan. "Khususnya faktor gaya hidup tidak pernah menjadi faktor dalam saran nutrisi, tapi faktor ini menjadi pembeda terbesar akan efek makanan terhadap tubuh," ujar dr Berry.
Selama penelitian, peserta diminta puasa semalaman. Pagi harinya mereka diberi roti putih atau gandum hitam dengan olesan berbasis lemak nabati. Selain itu mereka bisa memilih nasi atau pasta. Sedangkan makan siang diberikan pilihan spaghetti bolognese, atau telur dan keripik.
Tiap peserta mengenakan monitor 24 jam di lengan untuk melacak kadar glukosa darah. Tes darah juga diberikan tiap beberapa jam untuk memantau perubahan kadar lemak, serta mencatat tingkat metabolit. Yaitu senyawa yang dapat mengungkapkan rincian seperti fungsi hati dan bahan kimia otak termasuk serotonin.
Peneliti juga mengamati lemak tubuh, massa otot, kadar insulin, dan penanda peradangan partisipan. Tes feses digunakan untuk memeriksa jumlah bakteri usus. Kuesioner diberikan untuk waktu makan dan kebiasaan olahraga. Para peserta lalu pulang dan menguji diri mereka sendiri tiap hari selama dua pekan. Mereka masih sarapan standar dan makanan yang lebih bervariasi. Pemantauan glukosa berlanjut selama empat hari pertama, mereka harus mengambil sampel darah jarum tiga kali sehari.
"Ini menunjukan anak kembar yang makan makanan sama bisa memiliki respon yang sangat berbeda. Seseorang bisa memiliki 10x jumlah glukosa atau lemak darah setelah makan dari pada orang lain. Ini menempatkan mereka pada peningkatan resiko kenaikan berat badan atau penyakit jantung,"kata Dr.Berry.
Mengacu pada penelitian itu, setiap orang butuh diet khusus. Disesuaikan dengan kondisi tubuhnya masing-masing. Jadi diet seperti apa bagi tubuh anda? (M-3)
Baca juga : Ancaman Banjir Hoax dari Menjamurnya Program Audio Palsu
Tujuan diet bisa bermacam-macam, seperti menurunkan berat badan, menambah berat badan, menjaga kesehatan, dan mengelola kondisi medis tertentu seperti diabetes, kolesterol, darah tinggi.
Diet yang baik bukan soal cepat kurus, tapi soal konsistensi dan gaya hidup yang sehat.
Diet bukan berarti tidak makan, melainkan mengatur jenis, porsi, dan waktu konsumsi makanan agar tubuh tetap sehat dan seimbang.
Nasi sering disalahkan sebagai penyebab naiknya berat badan dan gula darah. Padahal, jika dikonsumsi dengan bijak, nasi tetap bisa menjadi bagian dari pola hidup sehat. Simak faktanya.
Diet yang mengurangi asupkan kalori secara ekstrem, bisa berdampak serius pada kesehatan mental.
Yellow Fit Kitchen telah berhasil menciptakan program makanan sehat yang inovatif dan enak dengan memberikan jaminan uang kembali 100% jika berat badan pelanggan tidak turun
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved