Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Empat Cara Atasi Kecanduan Gawai

Abdillah M Marzuqi
23/3/2019 10:10
Empat Cara Atasi Kecanduan Gawai
(Ilustrasi)

Bagi remaja belasan tahun, ponsel adalah kehidupan. Mereka enggan terpisah dengan ponsel meski sebentar. Aktivitas mereka lebih banyak bersifat hiburan seperti Instagram dibandingkan mengakses informasi.

Tren itu terjadi pada hampir seluruh anak usia remaja. Menurut organisasi nirlaba MediaSmarts yang fokus pada literasi, lebih dari separuh anak berusia 10-13 tahun memiliki ponsel pintar. Organisasi yang berbasis di Kanada itu mengungkap jumlah kepemilikan ponsel pintar akan semakin meningkat seiring bertambahnya usia mereka.

Survei yang dilakukan Common Sense Media di Amerika Serikat, 47% orangtua di AS berpikir anak mereka kecanduan perangkat seluler.

Ponsel pintar memang punya banyak fitur dan layanan yang mengasyikkan. Tidak mengejutkan jika banyak orangtua menganggap kecanduan ponsel pintar sebagai sumber konflik antara orangtua dan anak.

Layaknya orangtua yang peduli terhadap tumbuh kembang anak, pasti akan miris dengan perilaku tersebut. Sayangnya, sebagian orangtua cenderung reaktif. Mereka mengomel dan membentak saat melihat anak menghabiskan waktu dengan ponsel pintar.

Berikut cara berkomunikasi dengan anak tanpa membentak mereka.

Jadikan Ponsel sebagai Perhatian Bersama

Menyuruh anak berpisah dengan ponsel sama sulitnya dengan meminta orangtua tidak mengangkat telepon. Keduanya sama-sama penasaran.


Kabar baik selalu layak ditunggu, meski kedatangannya belum dapat dipastikan. Rasa penasaran itu yang membangkitkan gairah ketika ada pemberitahuan. Fenomena itu dikenal dengan istilah respon intermiten.
"Respon intermiten itulah yang membuatnya begitu membentuk kebiasaan," kata direktur pendidikan MediaSmarts Matthew Johnson sebagaimana dilansir Todaysparent.


Orangtua dapat berbicara tentang bagaimana mereka mematikan pemberitahuan guna menghentikan kebiasaan itu. Orangtua bisa menunjukkan cara agar tidak terpaku dengan ponsel mereka.

Hindari menjelekkan teknologi

"Orangtua harus tahu bahwa anak-anak menyukai media. Semua orang suka media. Jadi, jika orangtua bersikap negatif, anak-anak akan mengabaikan," tambah Johnson.
Daripada menghina teknologi, mending bicara tentang manfaat ponsel. Lalu tunjukkan manfaat lain ketika tidak bersama ponsel, misalnya bergaul dan bermain bersama teman.


"Kasih mereka masukkan bahwa hal itu bisa berdampak negatif pada sisi lain kehidupan mereka," kata Johnson.
Perlu juga menunjukkan cara cepat bermedia sosial. Misalnya cara cepat memberi ikon suka pada unggahan teman.

Baca juga : Optimalkan Periode Emas Tumbuh Kembang Anak

Buat Kesepakatan Bersama

Orangtua bisa berdiskusi menentukan waktu bagi anak-anak bisa berponsel, begitu pula zona tanpa ponsel. Semua anggota keluarga wajib mematuhi kesepakatan bersama itu.


"Orangtua harus menjadi panutan. Anak-anak meniru kebiasaan berponsel dari orang dewasa," terang salah satu pendiri Parenting Power, Gail Bell.

Gunakan Argumen Berbasis Fakta dan Riset

Argumen berbasis bukti ilmiah ternyata tidak selalu efektif. Argumen ketergantungan ponsel bisa mengganggu perkembangan remaja dapat dengan mudah dipatahkan oleh mereka. Pilihlah argumen yang tepat seperti terlalu lama menatap layar ponsel sebelum tidur bisa mengurangi kualitas tidur. (M-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya