Headline
Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.
Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.
PANDEMI virus korona atau dikenal dengan sebutan covid-19 membebani seluruh negara, termasuk Indonesia.
Di kala keprihatinan ini, Koordinator Peneliti Rapid Test Covid-19 Unpad dari Fakultas MIPA Universitas Padjajaran, Muhammad Yusuf, melihat pada akhirnya hadir banyak gerakan inovasi terkait teknologi di dalam negeri untuk membantu ketersediaan alat penanganan kepada pasien positif.
Direktorat Riset Pengabdian kepada Masyarakat dan Inovasi (DRPMI) Universitas Padjajaran, Departemen Pusat Riset Bioteknologi Molekuler dan Bioinformatika, berhasil membuat alat tes cepat (rapid test) berbasis antigen untuk mendeteksi infeksi virus covid-19 bersama dua mitra industri.
Sebelumnya, Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Padjadjaran (Unpad), dan Yayasan Pembina Masjid (YPM) Salman ITB berhasil memproduksi ventilator portabel Vent-I. Lalu ada Universitas Airlangga (UnAir) dan Universitas Gadjah Mada (UGM) dalam konsorsium riset Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) juga sedang mengerjakan pembuatan alat rapid test virus korona menggunakan antibodi imunoglobulin G (IgG) dan imunoglobulin M (IgM) di dalam darah.
Hal itu mengingat selama selama pandemi terjadi, Indonesia masih harus mengimpor pendeteksi covid-19 berupa alat rapid test dan polymerase chain reaction (PCR), termasuk reagen dan swab stick-nya.
“Sekarang yang membuat rapid test lokal itu bukan hanya Universitas Padjajaran. Alhamdulillah sekarang banyak yang membuat, seperti Universitas Gajah Mada (UGM), lalu ada Universitas Airlangga. Kemarin, saya dengar Universitas Indonesia (UI) sudah ada yang bisa buat swab stick sendiri. Artinya, ketika sudah muncul gerakan inovasi, harapannya dengan kita bisa memproduksi sendiri, industrinya juga tumbuh,” jelas Yusuf saat dihubungi, Rabu (1/7).
Baginya, di samping keprihatinan terhadap wabah ini, juga patut disyukuri perihal banyak pihak-pihak yang bergerak dan berinovasi sebab ada banyak penyakit infeksi di Indonesia.
Namun, untuk penanganan penyakit infeksi bahkan dari aspek deteksinya saja, Indonesia masih harus mengimpor. Padahal, deteksi dan penanganan penyakit infeksi itu urgensi.
Dia mengibaratkan dengan makanan tempe dan tahu yang selama ini orang pikir itu makanan tradisional Indonesia, dimakan oleh mayoritas masyarakat sehari-hari bahkan masyarakat kecil sekalipun. Akan tetapi, kacang kedelainya justru impor. Padahal, seperti untuk penyakit infeksi, ada urgensi variasi genetik yang khas dari setiap virus. Dengan begitu, untuk deteksinya kita harus mengembangkan sendiri, apalagi virus yang mudah bermutasi.
Jadi, kalau misalnya alat deteksi virusnya impor dari suatu negara, sedangkan antigen atau zat yang merangsang respons imunitas untuk mencari penyebab penyakitnya itu berbeda di negara produsen dan di Indonesia, nanti dikhawatirkan alat tersebut tidak bisa dipakai.
“Contoh saja untuk yang selama ini kami deteksi, yaitu virus cikungunya. Virus cikungunya ada beberapa jenis. Kami selama ini impor untuk deteksinya itu dari Korea, misalnya. Ketika di Korea, dia mengembangkannya itu untuk antigen segi lima. Padahal, virus yang ada di kita bentuknya segi enam. Maka, alat itu tidak akan bisa dipakai,” kata Yusuf.
Oleh karena itu, menjadi urgensi kenapa Indonesia seharusnya bisa mengembangkan pendeteksi secara mandiri ketika banyak penyakit infeksi di negara ini dan kemudian ada isu keragaman genetik.
“Karena bisa jadi yang kita impor itu tidak akan terpakai karena bentuk antigennya juga berbeda,” jelas Yusuf. (M-2)
KEPALA Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan Ishaq Iskanda, Sabtu (21/6) mengatakan Tim Terpadu Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan (Sulsel) menemukan satu kasus suspek Covid-19.
Peneliti temukan antibodi mini dari llama yang efektif melawan berbagai varian SARS-CoV, termasuk Covid-19.
HASIL swab antigen 11 jemaah Haji yang mengalami sakit pada saat tiba di Asrama Haji Sukolilo Surabaya, menunjukkan hasil negatif covid-19
jemaah haji Indonesia untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap gejala penyakit pascahaji. Terlebih, saat ini ada kenaikan kasus Covid-19.
Untuk mewaspadai penyebaran covid-19, bagi jamaah yang sedang batuk-pilek sejak di Tanah Suci hingga pulang ke Indonesia, jangan lupa pakai masker.
Masyarakat harus selalu waspada serta selalu menjaga pola hidup sehat bersih (PHBS).
Vulvovaginitis yang bergejala keputihan, nyeri, dan gatal amatlah mengganggu. Ketepatan diagnosis menentukan efektivitas pengobatannya.
Testing dan tracer dilakukan untuk Mencegah terjadinya klaster Covid-19 di lingkungan sekolah selama Pembelajaran Tatap Muka (PTM).
Gus Muhaimin mendesak aparat kepolisian dan dinas terkait untuk mengusut temuan ribuan limbah bekas alat tes antigen di sepanjang pantai di Selat Bali.
Akses tes Covid-19 yang cepat dan andal, dan mengurangi penyebaran infeksi seiring semakin banyaknya orang kembali melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari di Indonesia.
PT Kereta Api Indonesia (Persero) menerapkan tarif baru untuk layanan Rapid Test Antigen di Stasiun dari sebelumnya Rp45.000 menjadi Rp35.000.
Sebanyak 40 orang perawat dikerahkan dalam kegiatan rapid test ini. Uniknya layanan rapid test ini dilangsungkan dengan mekanisme drive thru atau tetap berada di kendaraan (mobil atau motor).
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved