Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Perkembangan jenama Huggy Boo, mulai dari masuk ke Metro Departemen Store hingga kini tengah dalam proses kerja sama dengan Marc Jacobs untuk dipasarkan di luar negeri, tidak membuat sang pemiliknya, Novita Hapsari, berpuas diri. Ia masih memiliki tujuan besar yang ingin diraih ke depan dan harus dapat direalisasikan.
“Hal yang mau aku capai di Huggy Boo aku pengen go internasional karena ada gerbong panjang yang pengen aku tarik,” ungkapnya dengan penuh semangat saat diwawancarai Media Indonesia, Selasa (19/3).
Lebih lanjut, Novita menegaskan bahwa kehadiran Huggy Boo sebagai UMKM harus dapat membuat dampak bagi masyarakat sekitar. Hal konkret yang dapat dilakukan dalam hal ini dalam pembukaan lapangan kerja. Jika jenamanya dapat melanglang buana di kancah internasional, pembukaan lapangan pekerjaan di pabriknya yang terletak di Cileungsi, Jawa Barat akan semakin bertambah.
Baca juga : Pakaian Keluarga Jadi Kekuatan Huggy Boo
“Aku ingin bantu warga sekitar untuk mendapatkan pekerjaan. Jadi aku membantu mereka. Dengan go internasional, pasti jadi lebih banyak karyawan dan menyejahterakan masyarakat,” ujar Novita.
Saat ini novita memiliki pegawai kurang lebih sekitar 100 orang. Dia juga menambahkan bahwa dirinya kini tengah dalam proses pembuatan pabrik kedua yang kemungkinan besar dapat menampung lebih dari 400 orang karyawan nantinya.
“Alhamdulillah aku sedang bikin pabrik kedua dan progresnya sudah 70%,” tuturnya.
Baca juga : Huggy Boo Sulap Pandemi Jadi Berkah
Menurut Novita, peran Bank BRI juga sangat penting dalam keberlangsungan bisnisnya. Bantuan pinjaman dari BRI dikatakan telah membuat keberlangsungan usahanya lebih mudah karena prosesnya yang mudah dan juga plafon pinjaman yang besar.
“Aku sudah sama BRI itu delapan tahun. BRI sangat amat membantu kami. Kalau aku sih punya pinjaman plafon misalnya Rp1 miliar dan aku cairin Rp300 juta untuk 3 bulan. Itu aku cuma bayar bunganya aja nanti aku balikin uangnya 3 bulan. Jadi sangat memudahkan karena kadang kan kita enggak butuh pinjam dengan tenor lama ya,” ujar Novita.
Dia berharap, kerja sama BRI dengan Huggy Boo dapat terus berjalan sampai brandnya dapat go internasional dan mampu menyejahterakan masyarakat sekitar. (Z-11)
Melalui local craftmanship, pembuatan sepatu lokal tidak hanya manjadi bisnis, tapi juga merupakan bagian penting dari pemberdayaan lokal, warisan budaya, dan identitas.
Konsumen fashion di AS menggugat Hermes karena dianggap enggan menjual tas Birkin tanpa pembelian produk mewah lainnya.
Selain nyaman dikenakan, rok plisket juga mudah dipadu-padankan dengan berbagai atasan, seperti crop shirt, sweater, blus, blazer, dan lainnya
Koleksi ini memiliki motif geometris khas Maroko.
Tren fesyen celana putih dari Oprah Winfrey, Reese Witherspoon, dan Emma Stone bisa menginspirasi gaya anda.
Dalam Drip&Drop, pengunjung diajak untuk mendonasikan pakaian bekas pakai, dan donasi tersebut akan disalurkan untuk mendukung pendidikan anak kurang mampu.
Desa Benteng, Kabupaten Bogor, bersolek menjadi salah satu desa wisata yang ada di Jawa Barat. Perjalanannya menjadi desa edu agrotourism boleh dibilang cukup panjang.
Kemajuan sistem pembayaran di Indonesia berkembang cukup pesat. Salah satu contohnya adalah penerapan pembayaran nontunai menggunakan gawai melalui QRIS
Pandemi covid-19 yang terjadi empat tahun lalu ternyata tidak melulu menjadi cobaan. Itu juga membawa keuntungan bagi beberapa pihak, salah satunya adalah Huggy Boo.
Huggy Boo, jenama fesyen lokal bertemakan pakaian keluarga ciptaan Novita Hapsari memiliki sebuah arti yang menarik. Huggy Boo sendiri diartikan sebagai memeluk kesayangan.
Fitri Aprilia memulai bisnisnya sebagai perajin makrame sejak 2019. Berawal dari coba-coba, usahanya tersebut kini berbuah manis dan terus berkembang.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved