Headline
Presiden Trump telah bernegosiasi dengan Presiden Prabowo.
Presiden Trump telah bernegosiasi dengan Presiden Prabowo.
Warga bahu-membahu mengubah kotoran ternak menjadi sumber pendapatan
SEKITAR 160 juta tahun lalu, seekor dinosaurus kecil berayun di antara pepohonan purba di Tiongkok dengan sayap mirip kelelawar. Dikenal sebagai Ambopteryx longibrachium, fosil dinosaurus ini memberikan gambaran unik tentang jalur evolusi penerbangan yang berbeda dari burung modern.
Fosil Ambopteryx adalah contoh terbaik dari kelompok Scansoriopterygidae—dinosaurus theropoda kecil non-burung yang menunjukkan kemampuan terbang dengan struktur sayap membran, bukan bulu. Hasil penelitian ini dipublikasikan di jurnal Nature dalam studi berjudul "A New Jurassic Scansoriopterygid and the Loss of Membranous Wings in Theropod Dinosaurs."
Nama Ambopteryx longibrachium, yang berarti “dua sayap dengan lengan panjang”, menyoroti bentuk tubuhnya yang khas. Dinosaurus ini memperkuat teori bahwa kemampuan terbang berevolusi secara paralel dalam berbagai garis keturunan dinosaurus, dan tidak hanya mengarah pada burung modern seperti yang selama ini diyakini.
Penelitian ini mengonfirmasi keberadaan elemen styliform—tulang memanjang dari pergelangan tangan yang mendukung sayap berbentuk membran. Elemen ini sebelumnya hanya ditemukan pada Yi qi, dinosaurus “kelelawar” pertama yang ditemukan tahun 2015.
Uniknya, fosil Ambopteryx menampilkan jejak lapisan cokelat pada salah satu sayapnya, yang kemungkinan besar adalah sisa membran terbang.
Selain itu, ditemukan juga bulu-bulu halus dan pygostyle (tulang ekor menyatu) yang menjadi dasar bulu ekor, menyerupai struktur pada burung masa kini.
Fosil Ambopteryx ditemukan oleh seorang petani di Lingyuan, Provinsi Liaoning, Tiongkok, pada 2017. Awalnya dikira burung purba, fosil ini ternyata membuka perspektif baru ketika para peneliti—dipimpin oleh Min Wang dari IVPP—menyadari struktur tubuhnya bukanlah milik burung.
Dengan berat hanya beberapa ratus gram, Ambopteryx diduga sebagai omnivora oportunistik. Isi perutnya menunjukkan keberadaan batu ampela seperti burung herbivora, namun juga ditemukan fragmen tulang, menandakan ia mungkin baru saja memangsa hewan kecil.
Meskipun belum pasti apakah Ambopteryx bisa terbang aktif, struktur tubuh dan kakinya mendukung kemampuan meluncur dari pohon ke pohon—mirip seperti sugar glider atau tupai terbang masa kini.
Penemuan ini menambah bukti bahwa penerbangan di kalangan dinosaurus lebih kompleks dan bervariasi dari yang dibayangkan sebelumnya.
“Beberapa dinosaurus mengembangkan struktur sayap yang sangat berbeda untuk bisa terbang,” ujar Min Wang, paleontolog utama studi ini. (Z-10)
Penelitian UC Santa Cruz menemukan elemen genetik introner dapat berpindah antarspesies secara horizontal, membentuk intron baru dan memengaruhi evolusi serta kesehatan manusia.
Mengapa T. rex memiliki lengan yang kecil? Penelitian terbaru mengungkap ukuran lengan mini pada dinosaurus predator ini adalah strategi evolusioner.
Penelitian baru mengungkap bahwa aktivitas geologi di bawah permukaan Bumi memainkan peran penting dalam evolusi kehidupan, termasuk manusia.
Teori Biogenesis: Asal usul kehidupan dari kehidupan sebelumnya. Temukan bukti ilmiah dan evolusi pemikiran tentang asal mula makhluk hidup.
Toe beans, bantalan cakar lembut pada kaki kucing, bukan sekadar fitur menggemaskan tetapi juga hasil evolusi selama 50 juta tahun.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved