Headline

Presiden Trump telah bernegosiasi dengan Presiden Prabowo.

Fokus

Warga bahu-membahu mengubah kotoran ternak menjadi sumber pendapatan

Ambopteryx Longibrachium: Dinosaurus Mini dengan Sayap Kelelawar dari Zaman Jurassic

Muhammad Ghifari A
15/7/2025 20:36
Ambopteryx Longibrachium: Dinosaurus Mini dengan Sayap Kelelawar dari Zaman Jurassic
Ambopteryx Longibrachium, dinosaurus mini(Dok. Chung-Tat Cheung)

SEKITAR 160 juta tahun lalu, seekor dinosaurus kecil berayun di antara pepohonan purba di Tiongkok dengan sayap mirip kelelawar. Dikenal sebagai Ambopteryx longibrachium, fosil dinosaurus ini memberikan gambaran unik tentang jalur evolusi penerbangan yang berbeda dari burung modern.

Penemuan Fosil Langka dan Evolusi Sayap Dinosaurus

Fosil Ambopteryx adalah contoh terbaik dari kelompok Scansoriopterygidae—dinosaurus theropoda kecil non-burung yang menunjukkan kemampuan terbang dengan struktur sayap membran, bukan bulu. Hasil penelitian ini dipublikasikan di jurnal Nature dalam studi berjudul "A New Jurassic Scansoriopterygid and the Loss of Membranous Wings in Theropod Dinosaurs."

Nama Ambopteryx longibrachium, yang berarti “dua sayap dengan lengan panjang”, menyoroti bentuk tubuhnya yang khas. Dinosaurus ini memperkuat teori bahwa kemampuan terbang berevolusi secara paralel dalam berbagai garis keturunan dinosaurus, dan tidak hanya mengarah pada burung modern seperti yang selama ini diyakini.

Sayap Membran dan Tulang Unik: Mirip Kelelawar

Penelitian ini mengonfirmasi keberadaan elemen styliform—tulang memanjang dari pergelangan tangan yang mendukung sayap berbentuk membran. Elemen ini sebelumnya hanya ditemukan pada Yi qi, dinosaurus “kelelawar” pertama yang ditemukan tahun 2015.

Uniknya, fosil Ambopteryx menampilkan jejak lapisan cokelat pada salah satu sayapnya, yang kemungkinan besar adalah sisa membran terbang.

Selain itu, ditemukan juga bulu-bulu halus dan pygostyle (tulang ekor menyatu) yang menjadi dasar bulu ekor, menyerupai struktur pada burung masa kini.

Ambopteryx, 'Tupai Terbang' Zaman Jurassic

Fosil Ambopteryx ditemukan oleh seorang petani di Lingyuan, Provinsi Liaoning, Tiongkok, pada 2017. Awalnya dikira burung purba, fosil ini ternyata membuka perspektif baru ketika para peneliti—dipimpin oleh Min Wang dari IVPP—menyadari struktur tubuhnya bukanlah milik burung.

Dengan berat hanya beberapa ratus gram, Ambopteryx diduga sebagai omnivora oportunistik. Isi perutnya menunjukkan keberadaan batu ampela seperti burung herbivora, namun juga ditemukan fragmen tulang, menandakan ia mungkin baru saja memangsa hewan kecil.

Meskipun belum pasti apakah Ambopteryx bisa terbang aktif, struktur tubuh dan kakinya mendukung kemampuan meluncur dari pohon ke pohon—mirip seperti sugar glider atau tupai terbang masa kini.

Penemuan ini menambah bukti bahwa penerbangan di kalangan dinosaurus lebih kompleks dan bervariasi dari yang dibayangkan sebelumnya.

“Beberapa dinosaurus mengembangkan struktur sayap yang sangat berbeda untuk bisa terbang,” ujar Min Wang, paleontolog utama studi ini. (Z-10)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Gana Buana
Berita Lainnya