Headline
AS ikut campur, Iran menyatakan siap tutup Selat Hormuz.
Tren kebakaran di Jakarta menunjukkan dinamika yang cukup signifikan.
PLANET terbesar di tata surya kita, Jupiter, ternyata dulunya lebih besar lagi dari sekarang. Temuan mengejutkan ini terungkap dalam studi terbaru yang dipublikasikan pada 20 Mei di jurnal Nature Astronomy.
Sekitar 4,5 miliar tahun lalu, ketika awan gas dan debu yang menjadi bahan pembentuk matahari dan planet-planet mulai menghilang, ukuran Jupiter diperkirakan dua kali lipat dari ukurannya saat ini. Tidak hanya itu, medan magnetnya juga jauh lebih kuat, yakni 50 kali lipat dibanding sekarang.
"Tujuan utama kami adalah memahami asal-usul kita. Menelusuri tahap awal pembentukan planet sangat penting untuk memecahkan teka-teki ini," kata Konstantin Batygin, ilmuwan planet dari Caltech sekaligus salah satu penulis studi tersebut.
"Temuan ini membawa kita lebih dekat pada pemahaman tentang bagaimana bukan hanya Jupiter, tapi seluruh tata surya terbentuk,” lanjutnya.
Sebagai planet raksasa, Jupiter memiliki gravitasi yang sangat besar bersama dengan matahari dan memainkan peran penting dalam membentuk tata surya, termasuk mengatur orbit planet-planet lain dan objek-objek berbatu. Namun, asal-usul Jupiter sendiri masih menjadi misteri.
Untuk menggali petunjuk tentang masa awal Jupiter, para ilmuwan mempelajari orbit dua bulan kecilnya, yaitu Amalthea dan Thebe. Orbit kedua bulan ini tidak jauh berbeda dari saat pertama kali terbentuk.
Namun, selama miliaran tahun, orbit mereka sedikit berubah karena tarikan dari tetangga mereka yang lebih besar dan aktif secara vulkanik, yaitu Io.
Dengan menganalisis selisih antara perubahan orbit yang sebenarnya dan yang seharusnya terjadi akibat tarikan Io, para ilmuwan berhasil memperkirakan ukuran awal Jupiter.
Ketika nebula matahari (awan gas dan debu) menghilang tanda berakhirnya proses pembentukan planet, radius Jupiter kemungkinan antara dua hingga 2,5 kali lebih besar dari sekarang. Seiring waktu, permukaan planet itu mendingin, dan ukurannya menyusut.
Berdasarkan ukuran awal tersebut, tim peneliti juga menghitung kekuatan medan magnet Jupiter pada masa lalu, yang diperkirakan mencapai 21 militesla sekitar 50 kali lebih kuat dari saat ini dan 400 kali lebih kuat dari medan magnet Bumi.
"Menakjubkan rasanya, bahwa setelah 4,5 miliar tahun berlalu, kita masih bisa menemukan cukup petunjuk untuk merekonstruksi kondisi fisik Jupiter di masa awalnya," ujar Fred Adams, astrofisikawan dari University of Michigan, yang juga terlibat dalam penelitian ini.
Temuan ini memberikan gambaran yang lebih tajam tentang kondisi tata surya pada masa transisi penting dalam sejarahnya. Menariknya, perhitungan ini tidak bergantung pada teori pembentukan Jupiter yang hingga kini belum sepenuhnya dipahami, melainkan berdasarkan data yang bisa diamati secara langsung.
"Apa yang kami temukan di sini adalah tolok ukur yang sangat berharga," tambah Batygin.
"Ini adalah titik pijak penting untuk merekonstruksi evolusi tata surya secara lebih akurat," pungkasnya.
Saat ini, Jupiter terus menyusut sekitar 2 sentimeter setiap tahun, menurut Caltech.
Penyusutan ini terjadi karena mekanisme Kelvin-Helmholtz proses alami saat planet mendingin, tekanan internalnya menurun, dan ukurannya perlahan mengecil. Namun, belum diketahui pasti kapan proses ini pertama kali dimulai. (livescience.com/Z-1)
Penelitian terbaru menemukan petir bisa muncul di planet ekstrasurya yang terkunci pasang surut. Tapi apakah bisa mendukung kehidupan?
Sebuah studi terbaru mengungkap bahwa Venus, planet yang selama ini dikenal sebagai dunia yang sangat tidak bersahabat, ternyata bisa jadi lebih mirip Bumi daripada yang kita bayangkan.
Saat berputar, BD 05 4868 Ab meninggalkan jejak batuan cair, mirip dengan komet berbasis lava, memberikan pandangan langka terhadap eksoplanet yang sekarat.
Sebuah perhitungan ilmiah yang mengejutkan mengungkapkan bahwa jika Bumi dapat dijual, harganya bisa mencapai angka US$5 kuadriliun
Antara 2021 hingga 2023, Basant dan timnya melakukan pengamatan terhadap Bintang Barnard sebanyak 112 kali dengan menggunakan spektrograf MAROON-X.
Penemuan tak disengaja dalam simulasi visual menunjukkan pola spiral tersembunyi di Awan Oort.
Teleskop James Webb mendeteksi adanya es air kristalin di sistem bintang muda, membuka wawasan baru tentang pembentukan planet dan potensi kehidupan di luar Tata Surya.
Planet mengorbit Matahari karena gravitasi! Pelajari selengkapnya tentang hukum Kepler, orbit elips, dan mengapa planet tetap pada jalurnya di tata surya kita. Klik di sini!
Jelajahi Bumi, planet kehidupan! Temukan keajaiban alam, ekosistem unik, dan pentingnya menjaga rumah kita bersama.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved