Headline

Tingkat kemiskinan versi Bank Dunia semakin menjauh dari penghitungan pemerintah.

Fokus

Perluasan areal preservasi diikuti dengan keharusan bagi setiap pemegang hak untuk melepaskan hak atas tanah mereka.

Pecahan Benua yang Hilang Ditemukan Kembali di Indonesia

Rany Siahaan
04/2/2025 11:00
Pecahan Benua yang Hilang Ditemukan Kembali di Indonesia
Tim peneliti menemukan fragmen daratan purba di Indonesia dan Myanmar, serta jejak samudra kecil yang terbentuk saat benua tersebut terbelah.(Kampee Patisena)

MISTERI tentang benua yang hilang, yang konon lenyap 155 juta tahun lalu, tampaknya akhirnya menemukan titik terang. Para ilmuwan berhasil menggali bukti daratan tersebut dan menelusuri jejaknya.

Benua yang hilang ini, yang dikenal sebagai Argoland, ternyata terpisah dari bagian barat Australia. Benua ini mengalami kehancuran akibat gaya tektonik yang merenggangkan daratan dan memisahkannya dari kawasan benua lainnya, sebelum kemudian menyebar ke seluruh Asia Tenggara, seperti diungkap dalam sebuah penelitian terbaru.

Para peneliti menyadari sebuah daratan terpisah dari Australia sekitar 155 juta tahun yang lalu, berdasarkan petunjuk yang tersimpan dalam geologi cekungan laut dalam yang dikenal sebagai Dataran Abyssal Argo di lepas pantai barat laut Australia.

Argoland terpecah menjadi beberapa potongan. Saat ini, para ilmuwan masih bertanya-tanya ke mana saja pecahan benua itu berakhir.

"Kami tahu daratan ini pasti berada di suatu tempat di utara Australia, jadi kami menduga akan menemukannya di Asia Tenggara," ungkap Eldert Advokaat, penulis utama studi dan peneliti di Departemen Ilmu Bumi Universitas Utrecht, Belanda, kepada Live Science.

Dalam studi baru yang dipublikasikan secara daring pada 19 Oktober di jurnal Gondwana Research, Advokaat dan timnya merekonstruksi perjalanan benua yang terpisah tersebut. Para peneliti menemukan fragmen tanah purba yang tersebar di sekitar Indonesia dan Myanmar, namun saat mencoba menyatukan pecahan-pecahan ini untuk membentuk Argoland, "tidak ada yang cocok," katanya.

Tim peneliti kemudian bekerja mundur, mengumpulkan bukti dari Asia Tenggara untuk menelusuri perjalanan Argoland ke utara. Di antara serpihan tanah purba yang ditemukan, mereka juga menemukan sisa-sisa sebuah samudra kecil yang berasal dari sekitar 200 juta tahun yang lalu. 

Samudra tersebut kemungkinan terbentuk saat gaya tektonik meregang dan memecah Argoland sebelum daratan seluas 5.000 kilometer itu benar-benar terputus, seperti yang dijelaskan oleh Advokaat.

"Proses ini berlangsung selama 50 hingga 60 juta tahun, dan sekitar 155 juta tahun yang lalu, seluruh rangkaian benua dan samudra di antaranya mulai bergerak ke Asia Tenggara," tambahnya. "Kita tidak kehilangan satu benua; benua itu hanyalah kumpulan daratan yang sangat luas dan terfragmentasi. "

Sesuai dengan temuan ini, Advokaat dan rekannya menyerupakan Argoland sebagai "Argopelago". Rekonstruksi sejarah benua tersebut dapat memberikan wawasan tentang iklim masa lalu wilayah ini, yang mulai mendingin saat lautan terbentuk di antara pecahan-pecahan Argoland, ujar Advokaat.

Ketika pecahan-pecahan Argoland berinteraksi dengan daratan di Asia Tenggara, mereka turut membentuk keanekaragaman hayati yang kaya yang kita saksikan saat ini. Temuan ini mungkin bisa membantu menjelaskan distribusi spesies yang tidak merata di sepanjang penghalang tak kasat mata yang membentang di Indonesia, pungkasnya. (Live Science/Z-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya