Pengamatan Hubble Ungkap Bima Sakti "Mengganggu" Awan Magellan Besar

Thalatie K Yani
19/11/2024 14:39
Pengamatan Hubble Ungkap Bima Sakti
Penelitian terbaru berbasis pengamatan Teleskop Luar Angkasa Hubble mengungkap bahwa Bima Sakti telah "mengganggu" Awan Magellan Besar, tetangga galaksi kita. (NASA)

DUA tetangga terdekat galaksi kita adalah dua galaksi kerdil, yaitu Awan Magellan Besar (Large Magellanic Cloud/LMC) dan Awan Magellan Kecil (Small Magellanic Cloud/SMC). Karena massanya jauh lebih kecil (LMC hanya memiliki 10% massa Bima Sakti, misalnya), galaksi-galaksi ini sebagian besar berada di bawah kendali gravitasi Bima Sakti.

Ketika kita mengamati galaksi biasa, kita dapat melihat bintang-bintang terang di pusatnya. Saat pandangan bergerak menjauh dari pusat, konsentrasi bintang cenderung berkurang hingga akhirnya menghilang sepenuhnya. Namun, di luar wilayah padat bintang tersebut, terdapat halo gas, debu, dan bintang-bintang yang mengembara, yang membentang jauh melampaui batas visual galaksi. Hal ini juga berlaku untuk LMC dan SMC.

Sebuah studi baru berbasis pengamatan Teleskop Luar Angkasa Hubble semakin menguatkan reputasi Bima Sakti sebagai "pengganggu," dengan menunjukkan bahwa ukuran halo LMC sekitar 10 kali lebih kecil dibandingkan halo galaksi lain dengan massa serupa. Hal ini mengindikasikan adanya insiden di masa lalu di mana Bima Sakti mencuri sebagian materi milik LMC. Para peneliti menggunakan pengamatan ultraviolet dari Hubble untuk menyelidiki halo LMC.

“LMC adalah penyintas,” ujar Andrew Fox dari AURA/STScI untuk Badan Antariksa Eropa di Baltimore, yang merupakan peneliti utama dalam pengamatan ini. 

“Meskipun LMC kehilangan banyak gasnya, galaksi ini masih memiliki cukup gas untuk membentuk bintang-bintang baru. Jadi, wilayah pembentukan bintang baru masih bisa tercipta. Galaksi yang lebih kecil tidak akan bertahan—mereka akan kehilangan semua gasnya, hanya menyisakan kumpulan bintang merah yang menua.”

Meskipun kehilangan sebagian besar gasnya, LMC mampu mempertahankan gelembung kecil dari material lamanya.

“Karena halo raksasa milik Bima Sakti, gas di LMC terpotong atau teredam,” jelas Sapna Mishra, penulis utama penelitian ini, dalam pernyataan resmi. “Namun, mengalami interaksi yang sangat merugikan dengan Bima Sakti, LMC mampu mempertahankan 10 persen halo-nya karena massanya yang cukup besar.”

Kemampuan deteksi ultraviolet Hubble menjadikannya alat ideal untuk studi ini. Para peneliti mengamati halo LMC dengan menggunakan cahaya latar dari 28 quasar terang sebagai semacam "mercusuar." Pendekatan ini memungkinkan mereka melihat gas di halo secara tidak langsung melalui penyerapan cahaya latar quasar tersebut.

Data dari Cosmic Origins Spectrograph (COS) Hubble digunakan untuk memecah cahaya menjadi panjang gelombang komponennya, mengungkap petunjuk tentang suhu, kecepatan, dan komposisi gas di halo.

Mengamati dampak interaksi LMC dengan Bima Sakti dapat membantu para peneliti memahami dinamika galaksi di awal alam semesta, ketika galaksi-galaksi berada lebih dekat satu sama lain dan sering berinteraksi. Studi ini juga mengungkap beragam variabel yang memengaruhi evolusi galaksi.

Selanjutnya, para peneliti berencana menyelidiki halo LMC dari sudut pandang yang berbeda.

“Dalam program baru ini, kami akan menyelidiki lima jalur pandang di wilayah tempat halo LMC dan halo Bima Sakti bertabrakan,” ujar Scott Lucchini, salah satu penulis penelitian, dalam pernyataan resmi. “Ini adalah lokasi di mana halo-halo tersebut terkompresi, seperti dua balon yang saling menekan.” (Space/Z-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya