Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
TELESKOP Luar Angkasa James Webb (JWST) kembali menangkap gambar spektakuler. Kali ini JWST menghadirkan citra dua bintang sekarat yang dikelilingi pusaran debu kosmik membentuk pola spiral indah.
Sistem bintang langka ini terletak sekitar 8.000 tahun cahaya dari Bumi, di dalam galaksi Bima Sakti. Saat pertama kali ditemukan pada 2018, para astronom menjulukinya Apep.
Apep merujuk pada dewa ular dalam mitologi Mesir kuno yang melambangkan kekacauan. Julukan ini muncul karena pola debu yang dihasilkan bintang tampak seperti ular yang melilit dirinya sendiri.
Kini, dengan detail yang belum pernah terlihat sebelumnya, JWST mengungkap Apep bukan hanya satu bintang sekarat, melainkan dua bintang Wolf-Rayet ditambah bintang ketiga yang mengganggu selubung debu di sekitarnya. Temuan ini dipublikasikan pada 19 Juli di server pra-cetak arXiv dan masih menunggu proses telaah sejawat.
“Kami mengira Apep akan tampak seperti nebula pinwheel yang elegan. Ternyata tidak,” ungkap Benjamin Pope, profesor ilmu data statistik dari Macquarie University, Sydney, yang terlibat dalam penelitian ini.
Bintang Wolf-Rayet adalah bintang masif yang hampir habis masanya. Mereka kehilangan lapisan luar hidrogen, lalu melepaskan gas helium, karbon, dan nitrogen yang sangat panas. Setelah beberapa juta tahun, bintang ini akan berakhir dengan ledakan supernova yang dahsyat.
Selama fase sekaratnya, tekanan radiasi dari cahaya mereka memuntahkan debu karbon superpanas. Debu inilah yang kelak menjadi bahan pembentuk planet. Saat diamati pada panjang gelombang inframerah, debu ini memancarkan cahaya terang.
Pada 2018, astronom pertama kali melihat Apep menggunakan Very Large Telescope di Chili. Namun, JWST dengan instrumen inframerahnya kini mampu mengungkap detail yang jauh lebih rumit.
Pope menjelaskan, Apep bukan hanya satu bintang kuat yang menghempaskan debu ke bintang pendampingnya, melainkan dua bintang Wolf-Rayet dengan kekuatan angin bintang hampir setara. Debu yang mereka hasilkan membentuk pola kerucut lebar menyerupai kaus angin (wind sock).
Menambah kompleksitasnya, ada bintang ketiga yang mengukir rongga di dalam pusaran debu, yang dilepaskan kedua “saudaranya” yang sekarat.
Selain menghasilkan gambar yang memesona, penelitian Apep membantu astronom memahami proses kematian bintang masif. Bagaimana debu karbon yang mereka hasilkan berperan penting dalam evolusi kosmos.
“Kekerasan kematian bintang menyimpan teka-teki yang akan membuat Newton dan Archimedes tertarik. Menyelesaikan misteri ini dan membagikannya ke dunia adalah kebahagiaan ilmiah tersendiri,” tulis Pope. (Space/Z-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved