Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
PADA Senin (28/10) tiba-tiba komet C/2024 S1 (Atlas) menguap menuju perihelion, titik terdekatnya dengan matahari dalam orbitnya. Sebelumnya ada harapan komet ini, yang secara resmi diberi nama C/2024 S1 (ATLAS), bisa menjadi "hadiah Halloween" yang dapat terlihat dengan mata telanjang.
Observatorium Surya dan Heliosferik (SOHO), sebuah wahana antariksa yang dioperasikan bersama NASA dan Badan Antariksa Eropa, mengetahui akhir dari komet itu.
Komet C/2024 S1 (ATLAS) melintasi titik terdekatnya dengan Bumi pada 23 Oktober, mencapai magnitudo 8,7, terlalu redup untuk dapat dilihat dengan mata telanjang. Meski begitu, teleskop masih dapat menangkap sekilas tamu beku ini dari sistem tata surya bagian luar.
Setelah pendekatan itu, komet mulai terbang menuju matahari, membuatnya sulit dilihat kecuali dengan instrumen khusus yang dirancang untuk observasi matahari.
Komet ATLAS pertama kali ditemukan bulan lalu, pada 27 September, oleh proyek Asteroid Terrestrial-impact Last Alert System (ATLAS) di Hawaii. Komet ini termasuk dalam keluarga yang dikenal sebagai Kreutz sungrazers, yaitu komet yang mengikuti orbit serupa yang membawa mereka sangat dekat dengan matahari setiap 500 hingga 800 tahun, tergantung pada orbit masing-masing komet.
Kreutz sungrazers diyakini sebagai pecahan dari satu komet besar yang terpecah pada masa lalu yang sangat jauh. Komet sungrazer paling awal mungkin telah diamati sejak 317 SM, menurut Badan Antariksa Eropa.
Seperti semua komet, C/2024 S1 (ATLAS) pada dasarnya adalah "bola salju kotor," yaitu benda beku yang terdiri dari gas, batuan, dan debu yang tersisa dari awal terbentuknya tata surya sekitar 4,6 miliar tahun lalu.
Beberapa komet dapat membutuhkan ratusan ribu hingga jutaan tahun untuk mengorbit matahari, meskipun ada juga yang mengorbit dalam waktu yang jauh lebih singkat. Komet Halley, salah satu komet paling terkenal, mengorbit setiap sekitar 75 tahun. Sementara itu, Komet Encke mengorbit matahari setiap 3,3 tahun.
Komet lain, yang dikenal sebagai C/2023 A3 (Tsuchinshan-ATLAS), berhasil melewati pendekatan terdekatnya dengan matahari pada 27 September dan menjadi tontonan menarik bagi pengamat di seluruh dunia, bahkan tampak dengan mata telanjang sepanjang Oktober. (Space/Z-3)
Perseteruan Donald Trump dan Elon Musk memperparah ketidakpastian masa depan NASA.
Kapsul Dragon dari SpaceX memiliki peran vital bagi NASA dalam mengangkut astronot ke dan dari Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS).
Musk menulis di platform X bahwa SpaceX akan segera mulai menonaktifkan wahana antariksa Dragon miliknya.
NASA menegaskan akan terus berupaya mewujudkan visi luar angkasa Presiden Donald Trump. Ini dilakukan NASA meski Elon Musk telah menghentikan pengoperasian wahana Dragon.
Penelitian terbaru mengungkap ratusan lubang hitam supermasif tersembunyi di balik debu dan gas kosmik.
Teleskop James Webb mendeteksi cincin air beku di sekitar bintang muda HD 181327. Penemuan ini buka peluang baru pencarian kehidupan di luar tata surya.
Antena satelit Biomass milik ESA berhasil dibentangkan di orbit. Satelit ini akan memantau hutan dunia dan mengungkap data penting tentang cadangan karbon.
NASA dan ESA merilis gambar terbaru galaksi spiral Messier 77 (M77), yang dijuluki "Squid Galaxy" atau "Galaksi Ubur-Ubur" karena struktur filamennya yang menyerupai tentakel.
Solar Orbiter milik ESA baru-baru ini merekam aliran plasma yang berputar dan melingkar yang melarikan diri dari matahari setelah terjadinya letusan massa koronal (CME).
Roket Ariane 6 yang dijadwalkan meluncurkan satelit mata-mata Prancis CSO-3 pada 3 Maret 2025 batal mengudara karena masalah pada sistem darat.
Badan Antariksa Eropa (ESA) mengonfirmasi kemungkinan asteroid 2024 YR4 menabrak Bumi pada 22 Desember 2032 telah turun drastis menjadi 0,001%.
Para ilmuwan menemukan warna merah khas Mars kemungkinan berasal dari mineral ferrihidrit yang terbentuk di air dingin, bukan hematit seperti yang sebelumnya diyakini.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved