Headline
Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.
Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.
BAYANGKAN dahulu bumi kita pernah mengalami hujan yang tak berhenti turun selama dua juta tahun. Terdengar seperti film fiksi ilmiah, tetapi ini adalah salah satu peristiwa alam yang luar biasa yang pernah terjadi di planet kita.
Bumi, dengan sejarahnya yang panjang pernah mengalami periode yang dikenal sebagai "hujan dua juta tahun". Ini adalah salah satu fenomena yang membentuk wajah planet kita, berkontribusi pada pembentukan lautan dan benua seperti yang kita kenal hari ini.
Tapi bagaimana fenomena ini bisa terjadi Dan apa dampaknya bagi kehidupan di Bumi pada saat itu.
Pada masa Pangea, yaitu sekitar 200-300 juta tahun yang lalu, Bumi merupakan benua raksasa yang terdiri dari seluruh daratan dunia. Planet kita saat itu merupakan tempat yang sama sekali berbeda dari yang kita kenal.
Para ilmuwan meyakini pada masa itu, ada periode di mana hujan turun selama sekitar satu hingga dua juta tahun. Dengan berlandaskan penemuan lapisan-lapisan yang tidak biasa yang tersimpan di beberapa batuan purba yang berasal dari sekitar 232 juta tahun lalu yang telah ditemukan dan diteliti lebih lanjut oleh para ahli geologi.
Oleh karena itu, periode hujan dua juta tahun ini diyakini terjadi pada era akhir periode Trias, sekitar 232 juta tahun yang lalu. Fenomena ini dipicu oleh perubahan iklim global yang ekstrem akibat aktivitas vulkanik besar-besaran. Di waktu itu, gunung-gunung berapi meletus tanpa henti, memuntahkan lava dan gas-gas ke atmosfer, yang mempengaruhi keseimbangan iklim global secara dramatis.
Gas-gas vulkanik, terutama karbon dioksida (CO2), yang dilepaskan dalam jumlah besar, menyebabkan pemanasan global. Hal ini meningkatkan penguapan air dari lautan, menciptakan awan yang tebal di seluruh permukaan bumi. Awan-awan ini menutupi langit selama ribuan tahun, menyebabkan hujan turun tanpa henti. Penelitian geologi menunjukkan bahwa fenomena ini berlangsung hingga dua juta tahun, membawa hujan deras yang mengubah permukaan bumi secara drastis.
Alasan utama di balik hujan yang tak berkesudahan ini berkaitan dengan perubahan iklim yang dipicu oleh letusan vulkanik besar. Saat gunung berapi melepaskan gas dan partikel ke atmosfer, terjadi peningkatan suhu yang signifikan. Pemanasan global yang ekstrem ini membuat uap air di atmosfer meningkat secara dramatis, menciptakan awan tebal yang memicu hujan deras.
Selain itu, pelepasan gas seperti CO2 mempercepat proses perubahan iklim ini. Konsentrasi karbon dioksida yang tinggi menjebak panas di atmosfer, yang tidak hanya menyebabkan penguapan air yang lebih banyak, tetapi juga mencegah uap air itu menghilang dari atmosfer. Kondisi ini menciptakan lingkaran setan di mana penguapan terus terjadi, dan hujan terus-menerus turun selama jutaan tahun.
Fenomena hujan tanpa henti ini membawa dampak besar bagi Bumi. Curah hujan yang tinggi menyebabkan erosi besar-besaran di daratan, mengikis pegunungan, dan membawa sedimen ke lautan.
Selain itu, hujan dua juta tahun ini juga diduga berkontribusi pada pembentukan lautan yang lebih luas, karena air yang terkumpul mengisi cekungan di permukaan bumi.
Tidak hanya mempengaruhi permukaan bumi, hujan ini juga berdampak pada kehidupan makhluk hidup. Pada periode tersebut, banyak spesies mengalami kepunahan, terutama spesies yang tak mampu beradaptasi dengan perubahan drastis dalam lingkungan.
Peristiwa hujan dua juta tahun adalah salah satu contoh bagaimana Bumi telah melalui perubahan luar biasa sepanjang sejarahnya. Fenomena ini mengingatkan kita bahwa planet kita selalu berubah, sering kali melalui proses alam yang tidak bisa kita kendalikan. Tanpa perubahan besar seperti hujan dua juta tahun, mungkin Bumi tidak akan menjadi tempat yang kita kenal sekarang. (IFL Science, WION/Z-3)
Peneliti ETH Zurich berhasil memecahkan misteri zona D'' di kedalaman 3.000 km bawah Bumi.
Terdapat 14.904 satelit yang mengorbit Bumi, 60% didominasi Starlink.
Sebuah studi terbaru mengungkap bahwa Venus, planet yang selama ini dikenal sebagai dunia yang sangat tidak bersahabat, ternyata bisa jadi lebih mirip Bumi daripada yang kita bayangkan.
Wahana antariksa Kosmos 482 milik Uni Soviet jatuh ke Bumi pada 10 Mei 2025 setelah lebih dari 50 tahun mengorbit.
Apakah dunia akan menjadi tempat yang lebih baik jika semua nyamuk tiba-tiba lenyap?Seorang Medical Scientist dmemberikan penjelasan mengenai dampak hilangnya nyamuk dari muka bumi.
Sebuah perhitungan ilmiah yang mengejutkan mengungkapkan bahwa jika Bumi dapat dijual, harganya bisa mencapai angka US$5 kuadriliun
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved