Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
MISI DART NASA telah berhasil mengubah orbit asteroid Dimorphos, namun dampaknya tidak berhenti di situ. Sebuah studi baru menunjukkan tabrakan tersebut menciptakan hujan meteor yang dapat berlangsung selama 100 tahun.
Tabrakan pesawat ruang angkasa DART milik NASA dengan asteroid kecil Dimorphos tahun 2022 tidak hanya berhasil mengubah orbitnya, tetapi juga memicu terbentuknya hujan meteor buatan manusia pertama, yang diberi nama "Dimorphids".
Studi terbaru mengungkap puing-puing berbatu yang terlempar akibat tabrakan ini, bisa menciptakan hujan meteor yang berpotensi terlihat dari Bumi selama satu abad ke depan.
Baca juga : NASA Ungkap Temuan Pertama dari Asteroid Bennu, Petunjuk Asal Usul Kehidupan di Bumi
Misi DART, atau Double Asteroid Redirection Test, dirancang menguji teknologi defleksi asteroid sebagai bagian dari pertahanan planet. Tujuan utamanya melihat apakah dampak kinetik, seperti menabrakkan pesawat ruang angkasa ke asteroid dengan kecepatan 21.800 km/jam, cukup mengubah lintasan benda langit di luar angkasa.
Walaupun asteroid Dimorphos dan asteroid induknya, Didymos, tidak mengancam Bumi, sistem asteroid ganda ini dianggap sebagai target yang ideal karena ukuran Dimorphos yang sebanding dengan asteroid yang berpotensi membahayakan planet kita.
Selama hampir dua tahun setelah tabrakan, para astronom menggunakan teleskop berbasis di Bumi untuk memantau dampak tersebut. Mereka menemukan DART sukses mengubah periode orbit Dimorphos waktu yang dibutuhkan asteroid kecil ini untuk mengelilingi Didymos sekitar 32 hingga 33 menit.
Baca juga : NASA Temukan Asteroid Yang Miliki Pasangan
Namun, dampak tersebut juga menghasilkan lebih dari 1 juta kilogram bebatuan dan debu, yang menyisakan pertanyaan besar mengenai ke mana material tersebut akan berakhir di luar angkasa.
Penelitian terbaru menunjukkan serpihan Dimorphos kemungkinan akan mendekati Bumi dan Mars dalam satu hingga tiga dekade mendatang. Bahkan, beberapa puing kecil diperkirakan akan mencapai atmosfer Bumi dalam 10 tahun ke depan.
Material ini berpotensi menghasilkan meteor yang terlihat saat memasuki atmosfer Mars, dan kemungkinan besar akan terus berlanjut secara berkala hingga 100 tahun ke depan.
Baca juga : NASA Siapkan Misi untuk Menyelidiki Asteroid yang Kaya Logam
Meskipun serpihan yang terbentuk hanya berukuran kecil, mulai dari partikel seukuran butiran pasir hingga sebesar smartphone, dan tidak menimbulkan risiko bagi Bumi, puing-puing tersebut tetap menjadi fokus penelitian untuk memprediksi kapan material tersebut bisa mencapai Bumi.
Tim peneliti menggunakan data dari satelit kecil LICIACube yang memisahkan diri dari DART sebelum tabrakan untuk mensimulasikan jalur jutaan partikel yang dihasilkan oleh tabrakan tersebut.
Hasil penelitian ini memperkirakan jika puing-puing tersebut terlempar dengan kecepatan 1.800 km/jam, sebagian material bisa mencapai Mars, sementara puing yang lebih kecil dan bergerak lebih cepat dengan kecepatan 5.760 km/jam memiliki potensi untuk mencapai Bumi.
Baca juga : Sampel Asteroid NASA Mengandung Air dan Karbon yang Penting bagi Kehidupan
Kemungkinan terjadinya hujan meteor Dimorphids di Bumi dianggap kecil, para peneliti tidak dapat mengesampingkan sepenuhnya kemungkinan tersebut. Jika terjadi, hujan meteor ini akan muncul perlahan dengan aktivitas puncak yang diperkirakan terjadi pada Mei dan terlihat terutama dari belahan bumi selatan.
Misi DART akan diikuti misi Hera milik Badan Antariksa Eropa, yang direncanakan diluncurkan pada Oktober mendatang untuk mengamati dampak dari tabrakan tersebut.
Misi ini akan tiba di sistem asteroid tersebut pada akhir tahun 2026 dan akan mempelajari komposisi serta massa Dimorphos, sekaligus melihat seberapa besar perubahan yang terjadi akibat dampak tersebut. Hasil dari misi ini akan memberikan pemahaman yang lebih dalam mengenai evolusi dinamis dari puing-puing yang dihasilkan oleh tabrakan dalam sistem asteroid ganda yang kompleks ini. (CNN/Z-3)
Penelitian terbaru dalam dunia astronomi mengungkapkan fakta mengejutkan: Bumi pernah memiliki hingga enam “bulan mini” sekaligus.
Sekitar 48,5 ton (44.000 kilogram) reruntuhan puing-puing dari pembentukan sistem tata surya kita menabrak atmosfer Bumi
Analisis awal terhadap sampel asteroid Bennu yang dikumpulkan oleh misi OSIRIS-REx NASA mengungkapkan keberadaan mineral fosfat magnesium-natrium, yang belum pernah terdeteksi
Sebuah studi mengungkapkan kadal malam berhasil selamat dari hantaman asteroid raksasa, yang memusnahkan dinosaurus 66 juta tahun lalu.
Ilmuwan menemukan tiga asteroid besar tersembunyi di orbit Venus yang berpotensi menghantam Bumi.
Tiongkok meluncurkan wahana antariksa Tianwen 2 di Tiongkok Barat Daya untuk kumpulkan sampel ke asteroid Kamo'oalewa.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved