Headline
Saat ini sudah memasuki fase persiapan kontrak awal penyelenggaraan haji 2026.
Saat ini sudah memasuki fase persiapan kontrak awal penyelenggaraan haji 2026.
SEKITAR 400 kilometer dari laut terdekat, para mahasiswa teknik di ETH Zurich, Swiss, sedang bekerja keras pada robot-robot canggih yang mungkin mengubah cara kita mempelajari lautan dunia.
"Eva" ikan robotik ini menggerakkan ekornya yang terbuat dari silikon dari sisi ke sisi, didorong pompa yang tersembunyi di dalamnya, saat meluncur dengan lincah melalui air dingin Danau Zurich, tempat ia diuji SURF-eDNA. Kelompok yang dipimpin mahasiswa ini telah menghabiskan dua tahun terakhir membangun sekumpulan ikan robotik lembut.
"Dengan membuat Eva tampak seperti ikan, kami dapat meminimalkan gangguan terhadap ekosistem yang kami survei," kata Dennis Baumann, mahasiswa magister, kepada CNN.
Baca juga : Kurangi Limbah Makanan Laut dengan Inovasi Pengolahan Ikan
Baumann menambahkan desain biomimetik ini seharusnya mencegah ikan atau kehidupan laut lainnya terkejut dengan kehadirannya. "Kami dapat berbaur, kami dapat bercampur di dalam ekosistem," tambahnya.
Kemampuan Eva untuk menyamar sebagai ikan bukanlah satu-satunya kegunaannya. Kendaraan bawah air otonom (AUV) ini juga dilengkapi dengan kamera untuk merekam di bawah air dan sonar, yang ketika dipasangkan dengan algoritma, memungkinkan Eva menghindari rintangan.
AUV ini juga dilengkapi dengan filter untuk mengumpulkan DNA dari lingkungan, yang dikenal sebagai "eDNA," saat berenang. Partikel eDNA ini dapat dikirim ke laboratorium untuk diurutkan dan menentukan spesies apa yang hidup di badan air tersebut.
Baca juga : Dobel Berkah dari Pengolahan Limbah Industri Tepung Lele
"Semua hewan yang ada di lingkungan tersebut, mereka mengeluarkan DNA mereka, jadi ada DNA yang mengapung di sekitar yang bisa kami temukan," kata Martina Lüthi, peneliti pascadoktoral di ETH Zurich, kepada CNN.
Para mahasiswa berharap Eva dapat memberikan gambaran yang lebih detail tentang lautan dan penghuninya. Meskipun menutupi lebih dari 70% planet kita, banyak dari apa yang ada di bawah permukaan masih merupakan misteri.
Alat-alat seperti AUV dan kendaraan yang dikendalikan dari jarak jauh semakin sering digunakan untuk mengeksplorasi laut dan mempelajari lebih lanjut tentang habitat bawah air. Misalnya, startup yang didirikan di California, Aquaai, telah mengembangkan drone yang menyerupai ikan badut, yang dapat mengumpulkan informasi seperti oksigen, salinitas, dan tingkat pH di perairan; dan tahun lalu, sebuah rover merekam ikan terdalam yang pernah difilmkan pada kedalaman 8.300 meter.
Baca juga : Semakin Canggih, Velys Robotic Bantu Operasi Implan Lutut Lebih Mudah dan Akurat
Penggunaan eDNA untuk memantau biodiversitas semakin berkembang, tetapi pengambilan sampel masih bisa sederhana – beberapa ilmuwan masih mengumpulkannya dengan cara menuangkan air ke dalam cangkir dari sisi perahu.
Alat-alat yang lebih canggih yang dapat mempelajari lingkungan dengan lebih detail bisa menjadi penting untuk melindungi lautan Bumi dengan lebih baik, pada saat habitat laut menghadapi ancaman tanpa preseden dari perubahan iklim, penangkapan ikan yang berlebihan, dan aktivitas manusia lainnya.
“Kami ingin membangun alat yang dapat diandalkan untuk ahli biologi,” kata Baumann, yang menambahkan bahwa ia berharap suatu hari teknologi mereka dapat ditingkatkan, sehingga dapat diakses oleh ilmuwan mana pun yang ingin menggunakannya. “Mungkin kami dapat mencegah spesies dari terancam punah atau punah.” (CNN/Z-3)
Coelacanth Indonesia adalah ikan bersirip lobus (bukan tetrapoda sarkopterigi) perairan dalam sedang yang jarang terdokumentasi, yang awalnya dianggap endemik di wilayah Sulawesi.
Kandungan lemak dalam ikan dapat membantu menjaga kesehatan, misalnya kesehatan jantung.
Salmon, sarden, cod, dan tuna adalah ikan kaya omega-3 yang aman untuk penderita gula darah tinggi. Bantu stabilkan glukosa dan jaga kesehatan jantung.
Sedimen dari aktivitas tambang bisa menutup terumbu karang dan padang lamun, yang merupakan habitat penting bagi ikan kerapu untuk memijah dan berlindung.
Kertas bekas berpotensi mencemari ikan pindang. Kertas ini bisa membawa cemaran mikrobiologis maupun kimiawi yang mempercepat kerusakan pangan dan mengganggu kesehatan konsumen.
Rangkaian kegiatan HUT ke-16 KNTI yang dilaksanakan di Pemalang ini diawali dengan Konsolidasi Koperasi yang diikuti oleh Pengurus Koperasi KNTI.
Pemanis buatan seperti sakarin dan asesulfam K sudah lama digunakan sebagai pengganti gula. Namun, rasa pahit yang menyertai sering kali menjadi kendala.
Kemajuan teknologi dan hasil riset yang menjanjikan pada tikus telah membuka jalan bagi pengobatan untuk gangguan otak yang mematikan.
Penelitian di India ungkap, mangga bisa aman untuk penderita diabetes tipe 2 jika dikonsumsi terkontrol. Simak manfaat, riset, dan tips aman makannya.
Peneliti menemukan 6% burung liar di Australia memiliki kromosom satu jenis kelamin, tapi organ reproduksi milik jenis kelamin lain.
Kemdiktisaintek menegaskan komitmennya untuk memperkuat perlindungan dan pemanfaatan kekayaan intelektual (KI) dari hasil riset dan inovasi perguruan tinggi di seluruh Indonesia.
Dialog kebijakan antara Australia dan Indonesia merupakan langkah penting menuju pembangunan kemitraan yang lebih dinamis dan saling menguntungkan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved