Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Perlunya Tata Krama Bermedia Sosial

Media Indonesia
22/10/2023 20:04
Perlunya Tata Krama Bermedia Sosial
Sejumlah selebritis menjadi pengisi acara Obral-Obrol Literasi Digital (OOTD)(dok ist)

TATA krama dalam bermedia sosial adalah hal yang mutlak diperlukan oleh para orangtua untuk membangun generasi penerus yang bijak berdigital. Terlebih lagi masyarakat Indonesia menjunjung adat ketimuran yang mengedepankan adab.

“Jangan mengeluarkan kata-kata caci maki, terlebih di depan anak-anak kita, karena kita yang menentukan akan membangun generasi penerus yang seperti apa,” tutur Melaney Ricardo pada sesi Obral-Obrol Literasi Digital (OOTD), bagian dari acara peluncuran kegiatan Literasi Digital kepada Keluarga Besar TNI (KBT) di Jakarta.

Melaney melanjukan, ada dua hal yang patut diperhatikan terkait sharing di media sosial. Terdapat sharing yang tujuannya untuk menginspirasi, namun ada pula yang penyampaiannya kurang tepat sehingga cenderung masuk kategori flexing.

“Ketika kita mempertontonkan kesuksesan kita, pertama-tama harus bertanya pada diri sendiri apa tujuannya, kalau memang berniat menginspirasi, cara menyampaikannya juga harus tepat,” ujar Melaney dalam pernyataannya, Minggu (22/10).

Dengan segala kemudahan, sekarang sudah bisa membuat konten melalui smartphone. Ia menambahkan kemudahan itu merupakan pisau bermata dunia yang jika tidak digunakan dengan tepat dapat membawa malapetaka dan akibat-akibat lain yang tidak diinginkan.

“Pikirkan berkali-kali untuk memfilter konten yang sudah dibuat. Apakah hal itu nantinya akan membawa impact yang baik atau tidak. Jika tidak, mendingan tidak usah di-share,” pungkasnya.

baca juga: Peran Utama Prajurit TNI Menjaga Data Fisik dan Cyberspace

Aktor Nicholas Saputra turut menyuarakan mengenai pentingnya menyadari bahwa dunia digital adalah dunia yang dimiliki oleh semua orang, sehingga patut berhati-hati dan mengontrol diri.

Weapon of mass destruction itu bisa terjadi lewat smartphone atau digital, ini jadi perhatian penting karena telah menjadi bagian hidup kita,” tutur Nicholas.

Nicholas melanjutkan seiring dengan bergesernya budaya berinteraksi, manusia juga menjadi lebih sering mengoperasikan gawai dalam sehari-harinya. "Bijak bermedia sosial juga menyangkut bagaimana kita mengoperasikannya," lanjutnya.

Yosi Mokalu yang turut menjadi pembicara sependapat. Menurut Yosi, media sosial juga memiliki do’s and dont’s yang wajib diperhatikan penggunanya. Jika ingin dihormati, baiknya menghormati orang lain, pun jika tidak ingin mendapatkan komen negatif, harus menghindari melakukan hate speech kepada pengguna lain.

“Dulu lingkup komunikasi dan interaksi hanya dari Sabang sampai Merauke, sekarang seperti ada warga negara digital Indonesia. Sehingga tidak cukup hanya tahu nilai tanpa menerapkan etika," ujarnya.

"Penerapan etika menjadi sulit karena kita mudah terhubung, tapi tidak mudah menjadi dekat. Dekat itu harus ada rasa, tapi dengan tidak pernah bertemu, kita tidak bisa menyebut kita dekat dengan orang lain,” lanjutnya.

Hadir pula Marcella Zalianty, Ketua Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) Septiaji Eko Nugroho, hingga Fast-checker Specialist Mafindo Aribowo Sasmito. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memberikan literasi digital kepada para anggota KBT yang harapannya akan menjadi lebih paham soal kehidupan di dunia digital dengan menghadirkan empat pilar literasi digital. (N-1)

 

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya