Headline
KPK akan telusuri pemerasan di Kemenaker sejak 2019.
ORANG-orang di seluruh dunia menuntut lebih banyak kemajuan dalam upaya keberlanjutan dan sosial dan meminta perusahaan untuk mendorong inisiatif ini.
Hal itu diungkap berdasarkan sebuah riset baru oleh Oracle dan Pamela Rucker, Penasihat CIO dan Instruktur untuk Pengembangan Profesional Harvard.
Riset yang dinamakan ‘The No Planet B’, mensurvei terhadap lebih dari 11.000 konsumen dan pemimpin bisnis di 15 negara menemukan bahwa orang sudah kecewa dengan kurangnya kemajuan yang dibuat masyarakat menuju keberlanjutan dan inisiatif sosial,
Mereka ingin organisasi mengubah dari sekedar omongan menjadi tindakan, dan mereka percaya bahwa teknologi dapat membantu organisasi sukses di mana manusia telah gagal.
Orang-orang dari Asia-Pasifik (APAC) ingin agar bisnis meningkatkan upaya keberlanjutan dan sosial.
Perkembangan dua tahun terakhir telah menyoroti keberlanjutan dan upaya sosial, dimana banyak orang di seluruh dunia yang merasa kecewa dengan kurangnya kemajuan dan menyerukan agar perusahaan meningkatkan kedua upaya tersebut. Di bawah ini adalah beberapa temuan utama dari wilayah JAPAC.
Baca juga: Startup ini Berikan Solusi Pengelolaan Administrasi Pusat Kebugaran Secara Digital
Sebanyak 95% orang percaya faktor keberlanjutan dan sosial lebih penting dari sebelumnya dan 81% mengatakan peristiwa selama dua tahun terakhir telah menyebabkan mereka mengubah tindakan mereka.
Sebanyak 94% responden percaya bahwa masyarakat belum membuat kemajuan yang cukup terhadap inisiatif sosial.
Sebanyak 40% mengaitkan kurangnya kemajuan dengan orang yang terlalu sibuk dengan prioritas lain, 43% percaya itu adalah hasil menekankan pada keuntungan jangka pendek daripada manfaat jangka panjang, dan 37% percaya orang terlalu malas atau egois untuk membantu menyelamatkan bumi ini.
Sebanyak 50% percaya bahwa bisnis dapat membuat perubahan yang lebih berarti pada faktor keberlanjutan dan sosial daripada individu atau pemerintah.
Sebanyak 75% frustrasi dan tidak puas dengan kurangnya kemajuan bisnis dalam mendorong insiatif berkelanjutan dan sosial hingga saat ini.
Sebanyak 91% percaya bahwa tidak cukup bagi bisnis untuk mengatakan bahwa mereka memprioritaskan Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola (LST) – tetapi mereka perlu melihat tindakan dan bukti nyata.
Sebanyak 89% percaya bisnis akan membuat lebih banyak kemajuan menuju keberlanjutan dan tujuan sosial dengan bantuan artificial intelligence (AI), sedangan 66% bahkan percaya bahwa teknologi seperti robot akan berhasil ketika manusia gagal.
“Peristiwa dua tahun terakhir telah menyoroti tindakan keberlanjutan dan inisiatif sosial dan orang-orang menuntut perubahan yang nyata," kata Pamela Rucker, CIO Advisor and Instructor for Harvard Professional Development dalam keterangen pers, Kamis (21/4) .
"Meskipun ada tantangan untuk mengatasi masalah ini, perusahaan memiliki peluang besar untuk mengubah dunia menjadi lebih baik,” ujar Pamela .
Menurut Pamela, hasilnya menunjukkan bahwa orang lebih cenderung melakukan bisnis dengan dan bekerja untuk organisasi yang bertindak secara bertanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan kita.
"Ini adalah momen yang tepat. Sementara pemikiran telah berevolusi, teknologi juga berkembang, dan itu dapat memainkan peran kunci dalam mengatasi banyak kendala yang menghambat kemajuan,” jelasnya.
“Sangat penting bagi perusahaan untuk berinvestasi dalam inisiatif keberlanjutan dan lingkungan, sosial dan tata kelola (LST), karena orang tidak hanya ingin mendengarnya akan tetapi mereka mencari tindakan nyata dan menuntut lebih banyak transparansi dan hasil nyata,” kata Juergen Lindner, Senior Vice President and CMO, Global Marketing SaaS Oracle.
“Para pemimpin bisnis memahami pentingnya, namun sering kali memiliki asumsi yang salah bahwa mereka perlu memprioritaskan keuntungan atau keberlanjutan," ujarnya.
"Yang benar adalah ini bukan permainan. Teknologi yang dapat menghilangkan semua hambatan terhadap upaya LST kini telah tersedia, dan organisasi yang menerapkan hali ini tidak hanya dapat mendukung komunitas dan lingkungan mereka, tetapi juga menyadari perolehan pendapatan yang signifikan, penghematan biaya, dan manfaat lain yang berdampak pada laba,” papar Juergen.
“Mengingat pangsa Asia Pasifik yang besar dari populasi global dan emisi, kerentanan iklim, dan kekuatan teknologi dan keuangan, perjuangan global melawan perubahan iklim akan dapat dimenangkan atau dikalahkan di Asia Pasifik," ukas Will Symons, Asia Pacific Sustainability and Climate Lead, Deloitte.
"Sangat penting bagi kita untuk mengambil tindakan terhadap perubahan iklim dan organisasi mempunyai kemamupuan untuk merubah dan memimpin inisatif ini menjadi kenyataan,” jelasnya.
“Sangat menyenangkan melihat organisasi seperti Oracle membantu bisnis untuk meningkatkan dan memprioritaskan inisiatif keberlanjutan," katanya.
"Hasil studi menunjukkan orang ingin perusahaan memprioritaskan kemajuan pada keberlanjutan dan bersedia memberi penghargaan kepada mereka yang memimpin," ujar Will Symons.
"Untuk melakukan ini, organisasi harus memikirkan kembali bagaimana mereka menggunakan teknologi untuk beralih dari ambisi ke tindakan berdasarkan komitmen keberlanjutan dan disaat bersamaan memastikan transparansi dan akuntabilitas kepada semua pemangku kepentingan,” paparnya.
Pelajari lebih lanjut tentang laporan global ini di sini: www.oracle.com/noplanetb.
Temuan penelitian didasarkan pada survei yang dilakukan oleh Savanta, Inc. antara 25 Februari – 14 Maret 2022 dengan 11.005 responden global dari 15 negara (Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Belanda, Prancis, Tiongkok, India, Australia, Jepang, Singapura, Afrika Selatan, Uni Emirat Arab, Arab Saudi, Brasil, dan Meksiko).
Sebanyak4.000 responden diikutsertakan dari wilayah JAPAC. Survei tersebut mengeksplorasi sikap dan perilaku konsumen dan pemimpin bisnis terhadap upaya keberlanjutan dan sosial bersama dengan peran dan harapan kecerdasan buatan (AI) dan robot dalam upaya lingkungan, sosial, dan tata kelola (LST). (RO/OL-09)
MASYARAKAT Kalimantan Tengah (Kalteng) mengapresiasi kinerja 100 hari kepemimpinan Gubernur Kalteng, Agustiar Sabran bersama Wakil Gubernur (Wagub) Edy Pratowo.
Survei The Kids Mental Health Foundation mengungkap alasan anak malas atau menolak sekolah, mulai dari rasa lelah, cemas, hingga masalah kesehatan mental.
Bukan lagi sekadar terpikat harga murah, para calon pengguna mobil listrik kini telah berevolusi menjadi konsumen yang lebih matang.
Kenaikan harga membuat konsumen di semua pasar semakin fokus pada nilai, namun di Indonesia perilaku ini berpadu dengan kebiasaan belanja yang praktis dan lokasi yang mudah dijangkau.
LEMBAGA Survei Charta Politika Indonesia merilis survei terbaru evaluasi publik atas kinerja Gubernur- Wakil Gubernur Sulawesi Tenggara (Sultra) 2025
Sebanyak 53% pekerja penuh waktu mengatakan bahwa mereka menabung lebih sedikit dari rencana, hanya 23% yang mampu menabung lebih banyak dari yang ditargetkan.
Xapiens berkomitmen menghadirkan solusi dan peluang kolaborasi di indutri teknologi.
Tiga entitas besar di bidang pengembangan talenta, teknologi, dan transformasi organisasi kini resmi melebur dalam satu identitas baru bernama KTM Solutions.
Australia dan Indonesia bekerja sama erat di bidang siber untuk membangun ketahanan siber dan melindungi dari kerentanan yang berdampak pada keamanan nasional.
Transformasi digital memberikan alat untuk bekerja lebih efisien, merespons kebutuhan pelanggan, dan selaras dengan praktik terbaik global.
Pameran Emergency Disaster Reduction & Rescue Expo (EDRR) Indonesia 2025 kembali digelar di Jakarta International Expo (JIEXPO) Kemayoran.
Penggunaan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) kini tidak hanya soal kecepatan dan efisiensi, tetapi juga bagaimana teknologi ini mampu memahami manusia.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved