Headline
Pelaku perusakan dan penganiayaan harus diproses hukum.
Pelaku perusakan dan penganiayaan harus diproses hukum.
ORANG-orang di seluruh dunia menuntut lebih banyak kemajuan dalam upaya keberlanjutan dan sosial dan meminta perusahaan untuk mendorong inisiatif ini.
Hal itu diungkap berdasarkan sebuah riset baru oleh Oracle dan Pamela Rucker, Penasihat CIO dan Instruktur untuk Pengembangan Profesional Harvard.
Riset yang dinamakan ‘The No Planet B’, mensurvei terhadap lebih dari 11.000 konsumen dan pemimpin bisnis di 15 negara menemukan bahwa orang sudah kecewa dengan kurangnya kemajuan yang dibuat masyarakat menuju keberlanjutan dan inisiatif sosial,
Mereka ingin organisasi mengubah dari sekedar omongan menjadi tindakan, dan mereka percaya bahwa teknologi dapat membantu organisasi sukses di mana manusia telah gagal.
Orang-orang dari Asia-Pasifik (APAC) ingin agar bisnis meningkatkan upaya keberlanjutan dan sosial.
Perkembangan dua tahun terakhir telah menyoroti keberlanjutan dan upaya sosial, dimana banyak orang di seluruh dunia yang merasa kecewa dengan kurangnya kemajuan dan menyerukan agar perusahaan meningkatkan kedua upaya tersebut. Di bawah ini adalah beberapa temuan utama dari wilayah JAPAC.
Baca juga: Startup ini Berikan Solusi Pengelolaan Administrasi Pusat Kebugaran Secara Digital
Sebanyak 95% orang percaya faktor keberlanjutan dan sosial lebih penting dari sebelumnya dan 81% mengatakan peristiwa selama dua tahun terakhir telah menyebabkan mereka mengubah tindakan mereka.
Sebanyak 94% responden percaya bahwa masyarakat belum membuat kemajuan yang cukup terhadap inisiatif sosial.
Sebanyak 40% mengaitkan kurangnya kemajuan dengan orang yang terlalu sibuk dengan prioritas lain, 43% percaya itu adalah hasil menekankan pada keuntungan jangka pendek daripada manfaat jangka panjang, dan 37% percaya orang terlalu malas atau egois untuk membantu menyelamatkan bumi ini.
Sebanyak 50% percaya bahwa bisnis dapat membuat perubahan yang lebih berarti pada faktor keberlanjutan dan sosial daripada individu atau pemerintah.
Sebanyak 75% frustrasi dan tidak puas dengan kurangnya kemajuan bisnis dalam mendorong insiatif berkelanjutan dan sosial hingga saat ini.
Sebanyak 91% percaya bahwa tidak cukup bagi bisnis untuk mengatakan bahwa mereka memprioritaskan Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola (LST) – tetapi mereka perlu melihat tindakan dan bukti nyata.
Sebanyak 89% percaya bisnis akan membuat lebih banyak kemajuan menuju keberlanjutan dan tujuan sosial dengan bantuan artificial intelligence (AI), sedangan 66% bahkan percaya bahwa teknologi seperti robot akan berhasil ketika manusia gagal.
“Peristiwa dua tahun terakhir telah menyoroti tindakan keberlanjutan dan inisiatif sosial dan orang-orang menuntut perubahan yang nyata," kata Pamela Rucker, CIO Advisor and Instructor for Harvard Professional Development dalam keterangen pers, Kamis (21/4) .
"Meskipun ada tantangan untuk mengatasi masalah ini, perusahaan memiliki peluang besar untuk mengubah dunia menjadi lebih baik,” ujar Pamela .
Menurut Pamela, hasilnya menunjukkan bahwa orang lebih cenderung melakukan bisnis dengan dan bekerja untuk organisasi yang bertindak secara bertanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan kita.
"Ini adalah momen yang tepat. Sementara pemikiran telah berevolusi, teknologi juga berkembang, dan itu dapat memainkan peran kunci dalam mengatasi banyak kendala yang menghambat kemajuan,” jelasnya.
“Sangat penting bagi perusahaan untuk berinvestasi dalam inisiatif keberlanjutan dan lingkungan, sosial dan tata kelola (LST), karena orang tidak hanya ingin mendengarnya akan tetapi mereka mencari tindakan nyata dan menuntut lebih banyak transparansi dan hasil nyata,” kata Juergen Lindner, Senior Vice President and CMO, Global Marketing SaaS Oracle.
“Para pemimpin bisnis memahami pentingnya, namun sering kali memiliki asumsi yang salah bahwa mereka perlu memprioritaskan keuntungan atau keberlanjutan," ujarnya.
"Yang benar adalah ini bukan permainan. Teknologi yang dapat menghilangkan semua hambatan terhadap upaya LST kini telah tersedia, dan organisasi yang menerapkan hali ini tidak hanya dapat mendukung komunitas dan lingkungan mereka, tetapi juga menyadari perolehan pendapatan yang signifikan, penghematan biaya, dan manfaat lain yang berdampak pada laba,” papar Juergen.
“Mengingat pangsa Asia Pasifik yang besar dari populasi global dan emisi, kerentanan iklim, dan kekuatan teknologi dan keuangan, perjuangan global melawan perubahan iklim akan dapat dimenangkan atau dikalahkan di Asia Pasifik," ukas Will Symons, Asia Pacific Sustainability and Climate Lead, Deloitte.
"Sangat penting bagi kita untuk mengambil tindakan terhadap perubahan iklim dan organisasi mempunyai kemamupuan untuk merubah dan memimpin inisatif ini menjadi kenyataan,” jelasnya.
“Sangat menyenangkan melihat organisasi seperti Oracle membantu bisnis untuk meningkatkan dan memprioritaskan inisiatif keberlanjutan," katanya.
"Hasil studi menunjukkan orang ingin perusahaan memprioritaskan kemajuan pada keberlanjutan dan bersedia memberi penghargaan kepada mereka yang memimpin," ujar Will Symons.
"Untuk melakukan ini, organisasi harus memikirkan kembali bagaimana mereka menggunakan teknologi untuk beralih dari ambisi ke tindakan berdasarkan komitmen keberlanjutan dan disaat bersamaan memastikan transparansi dan akuntabilitas kepada semua pemangku kepentingan,” paparnya.
Pelajari lebih lanjut tentang laporan global ini di sini: www.oracle.com/noplanetb.
Temuan penelitian didasarkan pada survei yang dilakukan oleh Savanta, Inc. antara 25 Februari – 14 Maret 2022 dengan 11.005 responden global dari 15 negara (Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Belanda, Prancis, Tiongkok, India, Australia, Jepang, Singapura, Afrika Selatan, Uni Emirat Arab, Arab Saudi, Brasil, dan Meksiko).
Sebanyak4.000 responden diikutsertakan dari wilayah JAPAC. Survei tersebut mengeksplorasi sikap dan perilaku konsumen dan pemimpin bisnis terhadap upaya keberlanjutan dan sosial bersama dengan peran dan harapan kecerdasan buatan (AI) dan robot dalam upaya lingkungan, sosial, dan tata kelola (LST). (RO/OL-09)
LEMBAGA Survei Charta Politika Indonesia merilis survei terbaru evaluasi publik atas kinerja Gubernur- Wakil Gubernur Sulawesi Tenggara (Sultra) 2025
Sebanyak 53% pekerja penuh waktu mengatakan bahwa mereka menabung lebih sedikit dari rencana, hanya 23% yang mampu menabung lebih banyak dari yang ditargetkan.
Survei YouGov di Indonesia tentang resolusi tahun baru 2025 mengungkapkan 74% responden ingin mengelola keuangan dengan lebih baik.
Lembaga riset Ethical Politics mencatat tingkat kepuasan publik terhadap kinerja Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mencapai 77,73%.
Pramono mengatakan enggan untuk membuat konten khusus terkait pekerjaannya. Sebab, ia tidak terlalu suka untuk tampil di media sosial.
40 persen responden mengaku sangat mengkhawatirkan kemungkinan AS akan terlibat dalam perang besar dengan Iran.
Identitas digital bukan lagi menjadi sebuah opsi, tetapi suatu kebutuhan dasar.
Kukuh Kumara mengatakan bahwa tema Empowering the Future yang merupakan upaya kolaboratif untuk menciptakan pemahaman sekaligus mengedukasi masyarakat tentang teknologi terkini.
Ajang ini menghubungkan mahasiswa dan dunia industri dalam menjalin kerja sama di masa depan.
Indonesia International Electronics and Smart Appliances Expo (IEAE) 2025, akan digelar pada 6-8 Agustus 2025 di Jakarta.
Skoliosis dapat disebabkan oleh faktor kongenital atau bawaan lahir, faktor neuromuskular atau gangguan otot dan saraf, atau bahkan tidak ketahui sama sekali penyebabnya (idiopatik).
Penemuan objek antarbintang 3I/ATLAS memunculkan kembali spekulasi kontroversial: mungkinkah ini bukan sekadar komet, melainkan teknologi luar angkas yang disamarkan
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved