Headline
Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.
Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.
Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.
INDUSTRI smartphone memang terkenal sarat akan persaingan sengit serta sikut menyikut antarbrand. Terlebih pada saat momen kampanye peluncuran produk baru berlangsung. Konten komparasi dari akun pengulas teknologi atau gawai bertebaran di bagian eksplorasi atau saran media sosial.
Baru-baru ini, dunia smartphone kembali dihebohkan dengan kasus pertikaian online antara Xiaomi dan Infinix yang disinyalir berawal dari kekeliruan konten komparasi pada akun IG resmi Infinix. Pada akunnya (@infinixid), Infinix memposting perbandingan antara smartphone terbarunya, yakni Hot 10S dengan smartphone yang diberi julukan Katanya Jawara.
Polemik itu semakin mencuat begitu akun resmi Poco dan Country Director Xiaomi, Alvin Tse, turut meninggalkan komentar pada postingan komparasi Infinix. Alvin menyatakan penyesalannya di kolom komentar dan berkata bahwa jika benar yang dimaksud Infinix ialah Redmi 9T, informasi pada konten komparasi tersebut tidak adil dan tergolong menyesatkan. Alvin bahkan menyampaikan keinginannya untuk meneruskan hal ini ke kementerian untuk diusut lebih lanjut.
Akun dengan username @ffarliani memposting konten from this/to this terkait komparasi Infinix VS smartphone dengan jargon Jawara dan momen saat Alvin Tse memberikan komentarnya. Hal ini membuat semakin banyak warganet yang belum mengetahui isu antara Infinix dan Xiaomi berbondong-bondong menyambangi akun IG Infinix. Tetapi, selang beberapa saat Alvin memberikan komentarnya, warganet tidak dapat lagi menemukan balasan sang Country Director.
Selanjutnya, lewat cuitan @ffarliani yang mendapat banyak impresi, Alvin menyampaikan bahwa ia tidak terima produknya dipublikasi secara tidak adil. Ia juga menduga bahwa pihak Infinix telah menyembunyikan atau menghapus komentarnya. Kejadian ini membuat warganet, khususnya MiFans, semakin geram dan tak henti-hentinya menyerbu postingan komparasi di IG Infinix. Namun, setelah dikonfirmasi dengan pihak Infinix, mereka menyatakan bahwa komentar yang diposting Alvin Tse tidak pernah disembunyikan apalagi dihapus.
Setelah ditelusuri, diketahui bahwa Poco lebih dahulu memposting konten komparasi antara Poco M3 dengan smartphone yang diberi label Entry-Level dan watermark Hot 10S pada background. Melihat watermark serta spesifikasi pada konten itu, warganet langsung mengetahui bahwa smartphone yang dijadikan pembanding Poco M3 ialah Infinix Hot 10S. Dari fakta tersebut, mayoritas warganet yang semula condong ke arah Xiaomi mulai bersikap lebih netral dan tidak larut dalam aksi yang terkesan seperti sebuah persekusi.
Itu dibuktikan melalui balasan twit @ffarliani oleh akun @tanganbelang_tb, @WisnuKumoro, dan @mouldie_sep yang mengkritisi respons Xiaomi dan warganet terkait postingan komparasi pada akun IG Infinix, terutama soal kekeliruan layar FHD+ Redmi 9T yang ditulis HD+. Selain itu, warganet lain bernama @billydolmen juga menyayangkan sikap Alvin sebagai Country Director yang terjun langsung memberi komentar dan menjadikan masalah semakin membesar. Ia berusaha menenangkan Alvin dan berkata bahwa sebenarnya Alvin tidak perlu menanggapi postingan tersebut.
Menurutnya, informasi yang salah dari kompetitor bukanlah tanggung jawab Alvin maupun Xiaomi. "Kesalahan informasi dari perusahaan anda barulah tanggung jawab anda. Bagaimana kalau misalnya saya memberikan informasi yang keliru mengenai produk Xiaomi? Apa anda akan mencecar saya juga?” ungkap @billydolmen.
Kejadian seperti itu mungkin bukan yang pertama kali di industri smartphone, terlebih ketika suatu merek baru saja meluncurkan produk baru, seperti Infinix Hot 10S, dan pesaing merasa ada ancaman yang bisa menyalip pasar mereka. Namun sejatinya, kasus ini merupakan pelajaran yang sangat berharga baik untuk Infinix maupun Xiaomi, sebab merek yang berkelas tidak fokus dengan ancaman yang timbul. Merek yang berkelas justru merasa semangat untuk bersaing lewat kreativitas, bukan adu komunitas. Kreativitas membuat pasar smartphone lebih berwarna dan membuat brand-brand berkompetisi untuk memberikan inovasi guna membantu keseharian orang-orang. (RO/OL-14)
Balita berumur kurang dari dua tahun menjadi kelompok paling berisiko terhadap dampak dari screen time (paparan waktu layar).
Kebiasaan bermain dan melihat konten menggunakan gawai bisa membuat anak susah memusatkan perhatian dan menyebabkan penurunan kemampuan sensorik anak.
Melatonin merupakan hormon yang bikin mengantuk hingga seseorang akhirnya bisa tertidur.
Kondisi ini dikenal sebagai gadget neck, yaitu nyeri yang muncul karena posisi kepala menunduk terlalu lama, seperti saat menatap layar ponsel atau laptop.
Autisme virtual menyebabkan anak mengalami kesulitan komunikasi sosial, perilaku repetitif, dan perilaku yang tidak lazim.
PP Tunas tidak melarang penggunaan gawai. Namun, PP mengatur produk, layanan, dan fitur (PLF) yang diakses anak harus sesuai dengan tahap perkembangan mereka.
Tanpa pemahaman dan kontrol diri yang baik, kebiasaan membagikan informasi dan konten di media sosial bisa mengganggu dan merugikan orang lain.
Oversharing di media sosial berkaitan dengan kebutuhan mendapatkan validasi dari orang lain.
AKTRIS Tissa Biani kini tengah menyambut perilisan film terbaru yang dibintanginya, Norma Antara Mertua dan Menantu saat Lebaran.
Melansir dari situs Times of India, terdapat 5 alasan yang membuat sejumlah orang jarang posting foto dengan pasangan di medsos, ini daftarnya.
Tantangan sebenarnya adalah apakah bisa platform media sosial betul-betul mendeteksi secara akurat, bahwa akun tersebut merupakan akun media sosial dari anak-anak.
Bila aturan tersebut perlu diperkuat, maka PP yang sudah disahkan bisa dijadikan Undang-Undang (UU)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved