Headline

Bansos harus menjadi pilihan terakhir.

Pakai Teknologi GIS, Usaha Ikan Lolos dari Krisis Pandemi

Mediaindonesia.com
08/5/2021 14:56
Pakai Teknologi GIS, Usaha Ikan Lolos dari Krisis Pandemi
Teknologi GIS (geographic information system) membantu pengembangan bisnis Ikan Fillet Papua.(Ist)

PANDEMI Covid-19 membawa dampak tak terduga bagi berbagai sektor. Tidak terkecuali bagi para nelayan di Sorong, Papua Barat. Mereka sempat terpuruk karena pandemi membuat aktivitas ekspor ikan terhenti.

Pengepul tak lagi mau menampung tuna dan tenggiri tangkapan mereka. Para nelayan pun bingung karena kehilangan sumber pemasukan, sementara kebutuhan keluarga tetap harus dipenuhi.

Hingga kemudian, muncul sosok Ehdra Beta yang juga kehilangan pekerjaannya. Ia melihat ada potensi usaha di balik kesulitan itu.  Ia bersama rekan-rekannya pun memulai bisnis menjual ikan di bawah bendera usaha Ikan Fillet Papua.

 Mengusung slogan ‘Pesan Langsung Kirim’, Ikan Fillet Papua melayani pembelian ikan filet tanpa harus bertatap muka. Pelanggan dapat memesan, memilih, dan membayar secara daring, lalu ikan dihantarkan.

Seiring dengan pertumbuhan bisnis yang semakin potensial dan pasar yang cepat berubah, strategi penjualan selalu diperbaharui.

Dalam hal ini, upaya mereka patut diacungi jempol. Meski berskala UMKM, di wilayah timur Indonesia pula, mereka mau dan mampu menerapkan teknologi canggih sebagai alat untuk membantu pengembangan bisnis secara presisi.

 Berkat inovasi itu pula, Ikan Fillet Papua menjadi salah satu pemenang GeoInnovation Challenge, sebuah kompetisi yang bertujuan untuk mengeksplorasi dan mempromosikan terobosan solusi geospasial yang dipercaya akan membantu industri lokal beradaptasi di era pandemi.

“Kami menggunakan teknologi geographic information system (GIS). Teknologi ini membantu kami mengidentifikasi siapa pelanggan kami, bagaimana menjangkau mereka lebih jauh, serta di mana masyarakat yang potensial menjadi pelanggan kami,” tutur Dirga Daniel, Co-Founder dan GIS Specialist Ikan Fillet Papua.

Ia mencontohkan bagaimana teknologi GIS membantu pengembangan bisnis Ikan Fillet Papua. Misalnya ketika masyarakat mulai kembali berbelanja ke pasar dan supermarket setelah sebelumnya lebih memilih belanja daring saat awal pandemi.

 “Kami pun mengubah strategi bisnis untuk memasukkan produk kami ke pasar/supermarket,” ujar Dirga.

Berdasarkan data sebaran pelanggan dan pembeli, lanjutnya, pihaknya menggunakan analisis spasial untuk menentukan di mana Ikan Fillet Papua akan memasarkan produk.

“Kami mengambil titik lokasi pasar dan supermarket besar yang ada di Sorong dan memetakannya. Menggunakan tools destination cost matrix, kami membuat spider diagram untuk melihat aksesibilitas dari data pembeli dan pelanggan terhadap pasar atau supermarket eksisting,” jelas Dirga.

 

Hasil analisis menunjukkan Papua Supermaket dapat menjangkau pembeli/pelanggan dengan jarak terdekat. Rekomendasi ini menentukan langkah awal yang perlu ditempuh, yakni penjajakan untuk memasukkan produk favorit, ikan filet tuna dan filet tenggiri,  untuk dijual di supermarket tersebut.

User Friendly dan Murah

Barang kali, ketika bicara soal teknologi seperti GIS, yang terbersit di pikiran ialah sistem yang rumit dan mahal. Tapi menurut Dirga, tidak begitu faktanya. Dari pengalamannya, tak sulit menerapkan teknologi GIS dan mendapatkan manfaat nyata untuk pengembangan usaha Ikan Fillet Papua.

“Penerapan teknologi GIS kami lakukan dengan berlangganan aplikasi yang disediakan Esri Indonesia (penyedia layanan teknologi GIS). Penggunaannya tak sulit, user friendly, biaya langganan juga relatif terjangkau, hanya Rp 550 ribu per tahun,” imbuh Dirga.

Hal senada disampaikan Ehdra Beta. Menurutnya, ia sebagai seseorang yang baru mengenal GIS tidak mengalami kesulitan dalam  memahami dan menerapkan teknologi tersebut.

 “Manfaatnya dalam pengembangan usaha bukan hanya dirasakan Ikan Fillet Papua, tetapi juga komunitas nelayan di Sorong yang bisa memasarkan ikan tangkapan mereka melalui kami,” kata Ehdra.

Data Real Time dan Analisisnya

Mewakili penyedia layanan GIS, Chief Executive Officer Esri Indonesia, Achmad Istamar, mengungkapkan, teknologi GIS awalnya dipakai untuk keperluan militer, lalu sektor indutsri minyak dan gas, perkebunan, dan pertambangan.

 Seiring waktu, penggunaannya kian luas, terutama untuk pengembangan bisnis, bahkan untuk penanganan pandemi Covid-19.

Hal itu tidak lepas dari kemampuan GIS dalam menghimpun data akurat, baik data real time dari pergerakan suatu obyek/konsumen maupun konsolidasi data dari sumber-sumber valid seperti kementerian dan lembaga pemerintah. T

ak hanya itu, teknologi GIS juga mampu melakukan analisis data yang hasilnya bisa digunakan untuk berbagai keperluan, termasuk pengembangan bisnis. 

Misalnya, analisis jarak antara satu titik distribusi dengan waktu tempuh konsumen menuju titik tersebut, serta analisis tingkat pendapatan dan pola konsumsi kelompok masyarakat tertentu.

Satu hal yang ditekankan Achmad, teknologi bukanlah sesuatu yang eksklusif untuk segmen tertentu saja, termasuk teknologi GIS.

Ikan Fillet Papua menjadi salah satu bukti bahwa UMKM pun bisa memanfaatkan teknologi tersebut untuk pengembangan usaha dan merasakan manfaat signifikan.

“Jadi, saya ajak para pelaku UMKM lainnya, juga usaha-usaha startup untuk mengadopsi teknologi. Di era digital yang perkembangannya dipercepat oleh pandemi ini, penerapan teknologi sangat penting untuk remodeling usaha maupun organisasi agar ke depan bisnis yang dijalankan tidak sekadar survive tapi juga mampu bertumbuh baik,” pungkas Achmad. (RO/OL-09)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri
Berita Lainnya