LIONEL Messi larut dalam kegembiraan bersama rekan-rekannya begitu tendangan penalti keempat Argentina yang dieksekusi Gonzalo Montiel tidak mampu dihadang kiper Prancis Hugo Lloris. Di tengah lapangan, Messi tidak henti berpelukan dengan seluruh anggota timnya dan mengucapkan terima kasih kepada pendukung La Albiceleste yang Minggu (18/12) itu mendominasi Stadion Lusail di Doha, Qatar.
Di tengah puncak kegembiraan tiba-tiba ada seorang ibu tua masuk lapangan dan menepuk bahu Leo Messi dari belakang. Sang bintang langsung memeluk erat dan larut dalam keharuan ketika tahu perempuan yang menepuk bahunya itu ialah ibundanya tercinta, Celia Maria Cuccittini.
Leo Messi tidak pernah melupakan jasa Ibu dan juga ayahnya. Celia orang yang pertama mendorong dan membawa Leo Messi untuk menekuni sepak bola. Ia selalu mendampingi Leo Messi saat berlatih dan bertanding pada usia empat tahun. Bahkan, di usia 13 tahun, Celia yang membawa putranya untuk mengikuti Akademi Sepak Bola Barcelona.
Bakatnya yang luar biasa membuat Direktur Barcelona Cherly Rexach tertarik untuk membina Messi. Namun, karena usianya yang masih belia, tidak mungkin Barcelona mengontraknya, apalagi Messi ialah warga asing.
Satu tahun pertama Messi di Barcelona penuh dengan cobaan. Ia sempat rindu kampung halaman ketika ibunya harus pulang ke Rosario, Santa Fe. Sebagai karyawan pabrik magnet, Celia tidak mungkin terus mendampingi putranya di Barcelona. Ia hanya berpesan agar Messi betah dan menghubungi keluarga mereka yang tinggal di Catalonia, kalau kangen keluarga.
Didikan keras sang Ibu ternyata membawa berkah yang luar biasa. Setelah empat tahun mengikuti pendidikan di La Masia, Messi secara resmi dikontrak Barcelona. Di sana ia banyak belajar dari bintang-bintang seperti Ronaldinho dan Samuel Eto’o yang menjadi pemain pujaan di Camp Nou.
Messi tidak pernah akan pernah melupakan jasa ibunya, Celia yang menjadikan dirinya sebagai mahabintang sepak bola. Ia menutup kariernya secara paripurna setelah membawa Argentina memenangi Piala Dunia untuk ketiga kalinya dengan mengalahkan Prancis dalam drama adu tendangan penalti.
Di usianya yang ke-35, Messi sudah menyampaikan bahwa inilah ajang Piala Dunia terakhir yang ia akan ikuti. Obsesinya untuk bisa mengangkat Piala Dunia akhirnya tercapai dan Messi menyejajarkan dirinya dengan mahabintang sepak bola Argentina Mario Kempes dan Diego Armando Maradona yang membawa La Albiceleste memenangi Piala Dunia 1978 dan 1986.
Penghargaan yang pantas
Messi pantas untuk bisa mengangkat Piala Dunia karena setelah era Maradona, dialah pemain terbaik di dunia. Tujuh kali meraih Ballon d’Or dan berbagai piala untuk klub Barcelona, sangat ironis apabila Leo Messi tidak pernah memberikan hadiah juara kepada negaranya.
Nasib kurang baik sempat melingkupi Messi ketika menggunakan kostum La Albiceleste. Pada 2006 yang menjadi Piala Dunia 2006 pertama diikuti Messi, pelatih hanya menempatkannya di bangku cadangan. Empat tahun kemudian di Afrika Selatan, Argentina juga tersisih di perempat final, setelah kalah 0-4 dari Jerman.
Buruknya prestasi di Argentina sempat membuat Messi frustrasi. Ia bahkan pernah memutuskan untuk pensiun dini dari timnas ketika gagal di ajang Copa America 2016.
Namun, Messi akhirnya kembali lagi mau membela La Albiceleste. Apalagi kemudian ia bertemu dengan temannya di tim Piala Dunia 2006, Lionel Scaloni yang ditunjuk untuk menggantikan Jorge Sampaoli. Kesamaan nama depan membuat mereka menjadi duet yang kompak dan membawa keberuntungan.
Tahun lalu Messi meraih mimpi pertamanya untuk mempersembahkan gelar bagi La Albiceleste setelah membawa Argentina memenangi Copa America. Gol tunggal Angel di Maria menjadi penentu kemenangan Argentina atas tuan rumah Brasil di Stadion Maracana.
Di ujung kariernya, Messi meraih lagi mimpi tertinggi dari setiap pemain sepak bola, yakni dengan memenangi Piala Dunia 2022. Penampilan cemerlang Messi Minggu malam dengan dua gol yang diciptakannya membuat ia mencatat sebuah perpisahan yang sempurna.
Messi benar-benar membuat sejarah besar. Pemain yang lima kali tampil di Piala Dunia, tujuh kali menjadi pemain terbaik dunia, satu kali juara Piala Dunia, satu kali juara Copa America, tiga kali juara antarklub FIFA, empat kali juara Piala Champions, tiga kali juara Piala Super UEFA, 10 kali juara La Liga, tujuh kali juara Copa del Ray, delapan kali juara Piala Super Spanyol, dan satu kali juara Ligue 1 Prancis. Prestasi besar yang entah kapan dan oleh siapa kelak akan bisa dipatahkan. (R-3)