Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Puisi-puisi Fara Khazanah

Sajak Kofe
06/10/2023 19:00
Puisi-puisi Fara Khazanah
Before Sunset, 100 x 100 cm, akrilik pada kanvas.(Ilustrasi: Wiwik Oratmangun)

Ilustrasi: Wiwik Oratmangun

Hawa

Aku mencintaimu lebih dari seharusnya
bayang dan hujan menjadi bisu
saksi betapa besar rasaku
aku mencintaimu lebih dari seharusnya
adakah batas untuk mencinta?

Biarkanlah gaun putih menjadi hitam
sorak tawa menjelma derai tangis
pernikahan sebagai permakaman terakhirku
aku akan terus mencintaimu lebih dari seharusnya
mencumbumu dalam sepi malam
walau hanya dalam angan-angan
mengapa yang terlarang begitu indah?

2023


Sebentar

Duduklah sebentar
aku buatkan teh atau kopi jika kau mau
untuk satu atau dua bait puisi ini
aku tak pandai merangkai kata
semoga yang di hati dapat tersampai
tidak, tidak ada apa-apa
hanya ingin merekammu sebanyak mungkin
duduk ya sebentar saja
kau masih berada di kotak gelap itu?
Tidak, tidak apa jika kau suka
tidak ada yang salah dengan gelap
senja sebentar lagi berakhir
gelap, kamu suka kan?
Tinggallah sebentar
habiskan kopimu
masih banyak cerita yang tak terceritakan
akan kubuatkan kopi lagi jika perlu
bicaralah, inginku dengar suaramu itu
ceritakan semua mengenaimu
mengenal apakah merahku sama denganmu
ingin kurekam semuanya tentang kamu
menetaplah tidak untuk sebentar

2023

 

Manusia adalah kutukan tanpa mawar penawar.


Waktu

"Waktu adalah uang," katanya
aku tak ingin uang 
aku tak ingin waktu
bisakah uang membeli waktu dan
bisakah waktu ditukar uang?
"Taulah!" keluhnya

Ia yang mengatur waktu
waktu yang mengatur ia
"Persetan!" batinnya

Menyesap kopi dibelinya beberapa waktu lalu
dengan uang tak seberapa itu
bukankah semuanya sudah dituliskan manusia

Ia dikutuk menjadi manusia
beradab tapi biadab
hidup dengan harta berselimut darah

Ia dikutuk menjadi manusia
hewan berotak minim rasa
hidup di antara mayat jalan

Ia dikutuk menjadi manusia
mulia katanya, hina nyatanya
nyaring suaranya, buta rupanya 
manusia adalah kutukan
tanpa mawar penawar

2023


Rumah

Lirih doa yang bergemuruh
tangis iba tak tertahan
umpatan kejam tak pantas
tawa kecil yang terlontar
rumah itu sudah terbiasa melihat semua
mungkin bersamaan, mungkin di waktu berbeda
masturbasi dan lantunan suci dalam satu ruangan
seperti sayatan dan obat merah dalam satu lengan
kali ini, entah raga atau doa akan tergantung

2023


Baca juga: Sajak-sajak Saras Dewi
Baca juga: Sajak-sajak Stevie Alexandra
Baca juga: Sajak Kofe, Warung Puisi Pascakontemporer Indonesia

 

 

 

 


Fara Khazanah, pemuisi, menekuni dunia baca dan tulis-menulis. Kini sedang menempuh pendidikan sarjana S-1 Filsafat di Universitas Gadjah Mada. Sehari-hari bergiat dan berkarya di Yogyakarta. (SK-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Iwan Jaconiah
Berita Lainnya