Headline
Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.
Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
Penyair Putu Oka Sukanta. (MI/Vicky Gustiawan)
Dua roti seperti punggung
kembar kerbau tidur, putih, coklat.
Kutelisik di kardusnya, tidak ada,
kulepas pembungkusnya, gak ketemu.
Ah, ini menggoda.
Awan dan langitkah,
atau gerimis di antara terikkah,
si pengirim roti itu?
Yang telah menyatu dengan dagingku,
buah persahabatan dan kesetiakawanan.
Halo, halo, siapa itu?
Rawamangun, 27 Januari 2022
Dapat paket
dari ketulusan
Tak terbayar harga
berapapun uang yang ada
Bulan berendam badan di tempayan
mencerna makna ketulusan.
Rawamangun, 26 Januari 2022
Hasil diskusi menjelang pagi,
setelah bermalam berhari hari.
Minum kopi
pertajam visi,
palu diketok:
Aksi
buruh tani beramai
menggigiti oligarki
yang cekikikan geli.
Suaranya tegas mengancam,
"Masih jam kerja, jangan bercanda,
kalo tidak, dirumahkan saja!"
Oligarki bercakak pinggang.
Dari depan tampak pengusaha,
dari belakang jelas penguasa.
Kukira samudera lepas,
ternyata gelombang hawa panas.
Rawamangun, 24 Maret 2022
Tak seorang boleh berkata
tak seorang berani bicara
dituntunnya orang tidak buta itu
yang tidak dapat melihat apa apa
matanya diplester, tangannya
dilipat kebelakang dikunci mati,
sampai senapan mesin merobohkannya ke dalam liang.
Bunga bunga rontok menangis
anak negeri menancapkan berbagai senjata di dada zaman
buah simalakama kehabisan
ditelan gemuruh yang sepi.
Berdendang dendang menyanyikan kemenangan
mengusung monumen
di antara sedu sedan ditelan kegundahan
dari generasi ke generasi,
luka bangsa
luka zaman
hanya mengatup ditutup nanah,
disiram minyak wangi
luar negeri
Rawamangun, 1 April 2021
Kudengar bintang-bintang menyilaukan
kemerjap di pundak
memutar balik Burma menjadi purba
dan engkau digelandang ke penjara,
rakyat murka melawan junta.
Maka kutulis surat ini,
kepadamu lewat telepati
supaya terhindar dari mata-mata
yang banyak punya mata,
dikawal penembak tersembunyi.
Seperti juga Dewi Saraswati engkau Aung San Suu Kyi
banyak orang memahami
pembawa bara dalam sunyi
apa yang engkau derita di sana
menembus sumsum tulangku di sini,
satu rasa maka kukirim aroma melati
dari Bali meneguhkan pilihan hati
lewat telepati, penembak jitu kita kelabui
ah mekong nan indah
janganlah mengalirkan darah.
Rawamangun, 29 Maret 2021
Seperti gerimis
membasuh rengkah tanah,
melejitkan bahagia pertemanan
kami duduk berdua di kamar tamu
di satu waktu berbincang masa lalu.
Ia minta aku menunjukkan KTP,
dipandanginya lamat lamat
"Katanya ada kode ET,
di mananya?"
aku menunjukkan huruf ET, di akhir deretan nomer yang panjang.
Ia berkedip, mata jelinya menangkap sejarah
yang menikam harkat.
Dengan berdengus marah ia,
melempar KTP ke lantai,
"KTP jelek begini kok dibawa bawa!?"
Ia membaca
mata yang bisu.
Kemudian kami terbang hinggap,
terbang hinggap
di dahan, dahan,
awan,
di belantara harapan.
Teringat mbak Toeti,
teringat bergantian menyendok nasi gudeg di satu piring,
diramaikan potongan tawa ngomongin lawan dan kawan,
maka rasa gudeg tambah gurih.
Mbak Toeti sudah berangkat,
entah ke mana namanya,
yang tidak tertera dalam peta,
kakiku tertambat di tiang rumah
menghindar sergapan corona.
teringat Mbak Toeti,
teringat langkah pagi.
Rawamangun, 18 Juni 2021
Ketika menerima penghargaan,
kuhitung berapa manusia
telah kucabut nyawanya
ketika ia berteriak merdeka,
kubungkam dengan senjata
ketika lapar aku pergi ke toilet.
Rawamangun, 15 Agustus 2021
Siapa memberimu bintang
di pundak mengejek
pasti tidak memetik dari langit
baunya amis dari tulang belulang.
Rawamangun, 16 November 2021
Aku selalu melamun
ketika menonton Dialita
melantunkan sejarah
di dalam dirinya
marah dan kangen
dirawat di belakang terali
semangat menyala
dirantai ketidakberdayaan
didengungkan nada nada
aku selalu melamun
diterbangkan Dialita
ke angkasa tanpa tepi
kekosongan dalam bui
engkau lantunkan dirimu
dalam sejarah bangsa
Rawamangun, 2 Februari 2021
Banyak orang berseliweran
mesam mesem silih berganti
bergegas memburu dirinya sendiri
kudengar suara menyapa dari luar
"kamu sehat?"
"ya sehat, aku baru bangun
dari jatuh cinta."
Ketika kubuka pintu
ia menerobos masuk
terang pagi hangat memeluk.
Rawamangun, 7 Mei 2020
Sekarang malam menjadi jauh,
sesekali saja melambaikan tangan,
tanpa berseru,
tanpa membisikan sesuatu
seperti dulu-dulu.
Sekarang malam mengasingkan diri.
Rawamangun, 23 September 2020
Baca juga: Sajak-sajak Maxim Gorky
Baca juga: Sajak-sajak Yevgeny Yevtushenko
Baca juga: Sajak-sajak Ibnu Wahyudi
Putu Oka Sukanta, sastrawan, lahir di Singaraja, Bali, 29 Juli 1939. Telah menerbitkan sejumlah buku, baik kumpulan puisi, cerpen, maupun novel. Kumpulan puisi: Selat Bali (1982), Salam (1986), Tembang Jalak Bali (1986), Matahari Tembok Berlin (1992), Surat Bunga dari Ubud (2008), dan Bulan di atas Belo (2014). Kumpulan cerita pendeknya: Keringat Mutiara (1990), Rindu Terluka (2005), Bukan Kematian (2006), Lies Loss and Longing (2014), Takkan Melupakanmu (2012), dan Tutur Wani (2022). Novelnya: Merajut Harkat (1999), Di Atas Siang Di Bawah Malam (2004), Buruan (2009), Istana Jiwa (2012), dan Celah (2018). Ia pernah ditahan Orde Baru selama 10 tahun tanpa proses hukum dikarenakan menjadi anggota Lekra (1966-1976). Menerima sejumlah penghargaan sastra internasional, antara lain NEMIS Prize dari Chili untuk cerita pendeknya Luh Galuh, International Human Rights Watch New York (2012), Herb-Feith Human Rights Education Australia (2016), dan Lifetime Achievement Award dari Ubud Writers and Readers Festival 2022. Puisi-puisi di Sajak Kofe disajikan dalam rangka merayakan Festival Bahasa dan Sastra Media Indonesia 2022. Sehari-hari bekerja sebagai ahli akupuntur di Jakarta. Kini, sedang mempersiapkan penerbitan buku terbarunya berjudul Puisi Isolasi dalam dwi bahasa. (SK-1)
Penyair Sutardji Calzoum Bachri menilai puisi bukan sekadar harga mati, tapi juga harga hidup bagi suatu bangsa.
Bahasa Indonesia dan bahasa gaul dapat hidup berdampingan dengan rukun, karena kedua variasi bahasa ini mempunyai fungsi penting dalam kehidupan sehari-hari.
Kepunahan bahasa bisa dilawan dengan menyugguhkan tradisi kesusastraan yang kuat.
Digelarnya festival ini di tahun 2022 untuk melanjutkan komitmen Media Indonesia mengembangkan bahasa dan sastra Indonesia.
Bahasa Indonesia dan bahasa gaul dapat hidup berdampingan.
Kompetisi membaca puisi berbahasa Mandarin merupakan upaya mendukung program pemerintah dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia.
LEBIH dari 1.800 pejalar dari seluruh Indonesia mengikuti lomba membaca puisi berbahasa mandarin tingkat nasional.
Rasakan emosi puisi! Pelajari citraan, kunci penyampaian perasaan mendalam melalui kekuatan kata yang memukau.
Acha Septriasa mengatakan puisi WS Rendra yang berjudul Hidup Itu Seperti Uap membantunya mendapatkan inspirasi dalam menjalani salah satu adegan di film Qodrat 2
Jelajahi puisi abadi Sapardi Djoko Damono! Temukan karya terkenal dan warisan sang penyair legendaris Indonesia.
Selami keindahan alam lewat puisi! Temukan pesan tersembunyi di balik rimbunnya hutan, birunya laut, dan gemerisik angin. Inspirasi dan refleksi menanti!
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved