Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
Bahasa gaul akan terus muncul seiring berjalannya waktu. Ia akan terus ada sesuai dengan zamannya. Hal itu disampaikan Dr Bernadette, dosen dan peneliti dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia, saat menjadi salah seorang pembicara dalam sesi Gelar Wicara Bahasa Gaul bertajuk Haruskah Khawatir dengan Bahasa Gaul?. Kegiatan ini merupakan rangkaian acara Indonesia Sejati Festival Bahasa dan Sastra 2022 yang digelar Media Indonesia secara hybrid di Lobby Grand Metro Tv, Senin (31/10),
"Saya rasa, bahasa gaul akan terus muncul. Bentuknya juga terus berubah. Buktinya ada bahasa prokem tahun 80-an, bahasa gaul 90-an, bahaya alay tahun 2010-an, dan sekarang ada Bahasa Anak Jaksel," katanya.
Kemunculan bahasa gaul, menurutnya, selain karena kebutuhan pergaulan, ada pula karena faktor eksistensi, perlawanan terhadap kemapanan, dan identitas kelompok. "Penggunaan bahasa gaul dari masa ke masa menandai kelompok tertentu dan angkatan tertentu," lanjutnya.
Kehadiran bahasa pergaulan ini, menurut Bernadette, tidak akan mengancam Bahasa Indonesia. Hal paling penting, kata dia, adalah mendorong penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar, serta menumbuhkan kebanggaan akan bahasa nasional..
"Bahasa Indonesia dan bahasa gaul dapat hidup berdampingan dengan rukun, karena kedua variasi bahasa ini mempunyai fungsi penting dalam kehidupan sehari-hari. Penggunaan kedua variasi bahasa pada saat yang tepat merupakan cerminan kecerdasan sosial."
Media Indonesia kembali menggelar Festival Bahasa dan Sastra 2022 di tahun ini. Gelaran festival ini diikuti dengan sejumlah rangkaian acara, seperti sesi diskusi seputar bahasa, lomba cerpen hingga pembacaan puisi. (Nik/M-3)
Sutardji mengapresiasi setinggi-tingginya para petinggi Media Group Network karena mengikuti perkembangan sastra di Indonesia.
Penyair Sutardji Calzoum Bachri menilai puisi bukan sekadar harga mati, tapi juga harga hidup bagi suatu bangsa.
Digelarnya festival ini di tahun 2022 untuk melanjutkan komitmen Media Indonesia mengembangkan bahasa dan sastra Indonesia.
Tak ada yang tahu ia benalu, ibunya mati kering terpaku. Mati sengsara ditekuk-tekuk rindu.
Seperti tahun sebelumnya, Media Indonesia kembali mengadakan sayembara cerita pendek (cerpen) di tahun ini dengan tema "Sastra untuk Selamatkan Bumi".
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved